Lain Padang Lain Belalang

Wi, kamu beli apa?" tanya Nia sambil berjalan menggandeng lengan Dewi

"Aku mau makan Nasi Ayam" jawab Dewi

"Ya udah, aku juga sama" sahut Nia

Mereka berdua berjalan menuju kedai Nasi Ayam. Tiba-tiba ia merasa jengah dengan cuitan cowok-cowok yang lagi duduk-duduk di kedai Teh Tarik, Nia melirik sambil berusaha cuek tiba-tiba salah satu diantara mereka memanggil, 

"Kak..!"

Nia menoleh ke arah suara dengan bingung, begitu pun Dewi, mereka nggak kenal dengan cowok-cowok itu

"Kenapa?" tanya Nia pada mereka

"Kak dirumah banjir ye." tanya salah satu dari mereka lagi diiringi gelak tawa tiga cowok lainnya.

Nia dan Dewi semakin kebingungan, tidak mengerti dengan maksud pertanyaan cowok itu. Nia dan Dewi terdiam.

"Di rumah takde kain lagi ke kak" tanya cowok yang satunya lagi, disusul dengan gelak teman-temannya lagi.

Tidak mau bermasalah Nia segera menarik tangan Dewi, segera pergi menjauh dari kumpulan cowok-cowok itu.

"Cowok-cowok aneh!" gerutu Dewi, 

"Apa maksudnya sih! "

"Nggak tahu Wi, aku juga nggak ngerti" Jawab Nia

"Udah biarin aja."

Nia dan Dewi berlalu dari hadapan cowok-cowok itu. Nia mulai berfikir ada yang aneh, Dia merasa orang-orang yang ada di sekitar kebayan itu seperti memperhatikannya, membuatnya merasa sedikit risih. 

"Apa yang salah denganku" gumam Nia, 

"Kenapa cowok-cowok itu ngomong kayak gitu ya" 

Setelah dapat makanan yang dipesan, Nia buru-buru ngajak Dewi balik ke Hostel karena perutnya sudah nggak bisa diajak kompromi.

Jam 18:30. Nia berangkat ke kilang naik bis jemputan. 

Sampai di Kilang Dia langsung naik ke lantai empat tempat dimana Kantin berada yang menjadi tempat favoritnya juga teman temannya untuk nongkrong sambil nunggu pergantian Shift.

Nia duduk di salah satu meja sambil menunggu teman-teman yang lainnya belum pada datang. Mereka nggak tahu pada kemana dulu. 

Sambil duduk dia berfikir tentang kejadian sore tadi, "apa yang salah sama aku ya? cowok-cowok itu ngomongnya kok aneh!" 

"Hai, kenapa melamun?" 

Nia dikejutkan oleh tepukan di bahunya. Rupanya Kak Mimi yang barusan menepuknya. 

"Takde Ka.. takde pape" jawab Nia. 

Mimi kemudian mengambil posisi duduk di depan Nia,

"Rindu Kampung ke?" tanya Mimi lagi

"Bukan, bukan camtu, tapi tadi..." 

Nia kemudian menceritakan kejadian tadi sore, Mimi mengernyitkan dahinya, 

"Tadi engkau keluar, pakai baju apa?" tanya Mimi

"T-shirt dengan celana pendek." jawab Nia bingung tak mengerti maksud Mimi, Mimi tergelak

"Ooo.. patut lah! "

"Memang kenapa? tanya Nia, masih bingung.

" Nia, orang sini tak biasa dengan pakaian macam tu, sebab mereka tengok muka kau orang muka Melayu kalau muka Cinese mereka tak kisah! " jawab Mimi panjang lebar

"Bila-bila masa nak keluar tu pakailah seluar panjang, pakai baju kurung lagi elok." lanjut Mimi

Nia ternganga, " Oh.. Itu sebabnya" gumamnya.

"Oke Kak makasih nasihatnya" lanjut Nia

Mimi tersenyum,  "Ok.. lah, Akak turun dulu ye! Akak lupa bekal akak tertinggal kat locker" Mimi kemudian beranjak dari duduknya.

Nia mengangguk "Oke bye.."

Nia termenung sepeninggal Mimi. Dia baru mengerti tentang kejadian sore tadi, rupanya kebiasaan cueknya sewaktu di Indonesia, tidak bisa diterapkan di sini. Di sini adat ketimuran masih kuat melekat, perempuan melayu dianggap tidak sopan keluar rumah hanya mengenakan celana pendek.

"Hissh.." gerutu Nia dalam hati. 

Nia senyum-senyum sendiri. Ternyata masih banyak hal yang harus dia pelajari disini, seperti hari-hari sebelumnya, Dia melihat banyak tatapan aneh ketika ia makan satu meja di Kantin bersama teman - teman cowok yang sama-sama orang Indonesia.

Ternyata di sini yang duduk satu meja di Kantin hanya pasangan suami-isteri. Sedangkan kalau di Indonesia bukan hal yang aneh kalau makan satu meja bersama teman-teman cowok. Di sini laki dan perempuan duduk terpisah. 

"Lain ladang lain belalang" ternyata pepatah itu betul.

Nia menyeruput Milo Ice nya, suasana kantin masih sepi.

Di sudut lain di barisan laki-laki ada seseorang yang memperhatikan Nia dari tadi sambil tersenyum simpul. Dia tertarik dengan Nia semenjak masih berada di Indonesia, nggak tahu kenapa dia suka dengan sikap cuek Nia.

Nia beranjak dari duduknya sambil membawa gelas bekas Milo Ice nya kemudian berjalan menuju tempat cucian perabot kotor di kantin itu. Setelah meletakkan gelas kotornya dia berjalan menuju lift bermaksud menunggu peragantian Shift di tempat kerjanya saja sabil ngecek laporan yang kemarin malam.

Nia tidak menyadari ada seseorang yang mengikutinya dari belakang. Nia berdiri menunggu di depan pintu lift karena saat ini posisi lift masih di basement. 

Nia menoleh ke belakang, dia merasa ada seseorang di belakangnya. betul saja.

"Hai.." sapa Nia, ternyata teman satu rombongannya dari Indonesia. Nia membaca nametag di dada cowok itu, 

"Ian, kamu departmen apa?" Nia memulai obrolan, laki-laki bernama Ian itu tersenyum,

"Aku di bagian Printing, kamu dimana?" Ian balik nanya

"QA" , jawab Nia pendek karena pintu lift terbuka, Ian mengikuti gadis itu kedalam lift, dalam lift itu cuma mereka berdua.

"Lantai berapa?" tanya Nia setelah dia meminjit tombol angka tiga, ruang QA ada di lantai tiga. 

"Lantai dua" jawab Ian.

"Oke" Nia kemudian menekan tombol nomor dua

Tak lama, di lantai tiga pintu Lift terbuka, "Aku duluan ya! " pamit Nia sambil berjalan keluar dari lift

Ian mengangguk, Dia baru tahu Nia bekerja di lantai tiga padahal mereka sama-sama satu shift, tapi memang jarang bertemu apalagi bertegur sapa seperti barusan.

"Coba bisa lebih lama ngobrolnya" gerutunya dalam hati

****