Matanya menoleh ke arah nakas. Ponselnya berdering tertera nama dilayar, Ara dengan cepat mengangkatnya.
"Hallo kak, apa kabar? "
"Baik sayang, kamu gimana? Sibuk kuliah ya"
"Iya kak, Ara sibuk banget maaf ya"
"Kamu jangan lupa istirahat juga,"
"Gimana kabar manu ma? Dia sehat kan"
"Sehat banget, makin aktif. Terus Aksa gimana sayang, kamu tau kan alasan kakak."
"Kenapa kakak nggak cerita aja, kenapa kakak diem. Kalo Ara tau dari awal Aksa lupa ingatan, Ara bisa kok bantu dia buat inget lagi." ujar Ara
"Itu akan berakibat fatal ra, luka bara lebih parah dari kamu"
"Tapi ma, dia--" ucapan Ara terpotong.
"Sayang dengerin kakak, kakak tahu apa yang kamu rasain sekarang, kakak paham kamu butuh dukungan dari kita yang di sini. Tapi kamu janji sama kakak, jangan lakukan apapun untuk Aksa inget semuanya. "
"Kakak kenapa sejahat ini, dia ayah dari anak aku ma. Manu butuh ayah, aku nggak sanggup liat Manu tubuh besar tanpa ayah."