Penjualan Manusia

Anggota Baru

Ahmad ditunjuk oleh aldiano untuk melatih para anggota organisasi pandawa agar terbiasa mengontrol energi jiwa. Hari itu juga ke-10 anggota grup rigma yang belum layak menurut aldiano mulai menjalani latihan.

"Ok karena urusan di sini sudah selesai… kalian bertiga tolong ikuti aku… ada hal penting yang ingin aku bicarakan…"

"Saya juga…?"

Amalia terlihat sedikit ragu karena merasa dirinya berbeda dengan asrea yang memiliki hubungan dengan rigma.

"Iya kamu juga… karena keluargamu ada sangkut pautnya dengan hal ini…"

"Keluargaku…?"

"Benar kamu dari keluar Atraja kan…? Aku pernah bertemu denganmu waktu kau masih sd… waktu itu aku sedang mengunjungi ayahmu…"

"Anda kenal ayahku…!?"

"Iya aku kenal… tapi… Obrolannya tidak bisa kita lanjut di tempat ini…"

Akhirnya aldiano bersama asistennya membawa rigma ke sebuah ruangan khusus untuk menyambut tamu.

"Baiklah… badriah… kamu tolong jaga di depan pintu dan jangan biarkan siapapun masuk…"

"Dimengerti…"

Setelah badriah keluar, barulah mereka duduk di atas sofa yang berada di tengah ruangan khusus.

"Sebelum mulai aku ingin menanyakan sesuatu terlebih dahulu…"

"Iya silahkan rigma… tanyakan apa saja…"

"Sebenarnya aku agak enggan menanyakannya di depan amalia tapi… SIAPA WANITA YANG BERNAMA BADRIAH ITU…? DAN DIMANA IBU…!"

"Te-tenang rigma… i-ibumu sedang sibuk dengan penelitian di area laboratorium tengah… ja-jadi ayah te-terpaksa membawa badriah..."

Aldiano yang sebelumnya terlihat tenang dan berwibawa langsung menjadi sangat gugup seolah berhadapan dengan atasannya.

"Cih… jadi begitu… biar nanti aku sendiri yang tanya ke ibu…"

"Iya…"

Aldiano menjawab perkataan rigma dengan suara yang amat pelan karena merasa bersalah.

"Maaf memotong tuan aldiano… tapi… bisa tidak kita langsung mulai pembicaraannya…?"

Amalia yang amat penasaran soal keterkaitan keluarganya dengan berita penting dari aldiano pun memberanikan diri untuk bicara.

"Ah iya maaf sebelumnya… aku sengaja membawa kalian untuk membicarakan soal praktek perdagangan manusia… akhir-akhir ini di Indonesia praktek tersebut semakin marak… terutama setelah keruntuhan beberapa negara kecil di asia akibat retakan dimensi…"

"Ah jadi soal perdagangan manusia ya… aku juga memiliki beberapa informasi soal itu… pusatnya berada di pulau sumatra…"

"Benar… seperti yang diharapkan dari anakku… kau tahu banyak soal informasi terbaru… dikarenakan berita ini terlalu bersifat rahasia… media tentu tidak bisa mengungkapnya… hasilnya aku bersama dengan regu spesial menyerang markas mereka beberapa hari yang lalu… di sana kami menemukan lambang keluarga atraja pada sebuah amplop putih..."

Aldiano pun mengeluarkan amplop putih yang ia temukan dari saku seragamnya. Sebuah amplop putih dengan simbol huruf A besar bermotif batik dengan tombak di sisi kiri dan kanannya pun terlihat.

"Ini… tidak salah lagi lambang keluargaku… lalu apa isinya…?"

"Isinya sebuah laporan keuangan beserta surat permohonan untuk laporan bulanan…"

"Ini… Sutisno Kusma Atraja…!? Dia kakak sepupuku…"

Sebuah nama tertulis pada surat dengan tanda tangan serta cap keluarga atraja terlihat pada bagian bawah surat permohonan. Sontak amalia pun terkejut sekaligus merasa kecewa melihat keluarganya terlibat dalam bisnis ilegal.

"Benar… sutisno adalah anak semata wayang dari pamanmu… tapi karena kami tidak memiliki bukti yang kuat… penangkapan tidak bisa dilakukan… sebab rekening sutisno sudah aku periksa dan bersih…"

"Terima kasih atas penjelasannya tuan aldiano… kalau bisa saya ingin mengurus kasus ini secara kekeluargaan… sebab ini menyangkut nama baik keluarga kami…"

"Tentu… tugasku hanya sebatas tindakan lapangan… kalau untuk penangkapan atau hukum… aku serahkan pada kepolisian… jadi kalau rekeningnya bersih… kami sudah tidak bisa melanjutkan penyelidikan lebih lanjut… "

Perasaan amalia pun bercampur aduk akibat berita buruk yang ia terima soal anggota keluarganya. Aldiano pun menarik buktinya untuk digandakan agar amalia juga memiliki salinannya.

"Lalu untuk rigma… bisakah kamu mengurus beberapa orang lagi…?"

"Apa maksudmu…?"

"Sebenarnya aku menyelamatkan terlalu banyak orang dari pusat perdagangan manusia… jadi mustahil menjadikan mereka semua anggota militer baru…"

"Hah…!? Jadi ayah ingin aku mengurus orang-orang yang asal usulnya tidak jelas itu…!?"

"Benar… tapi tenang… hampir semua orang yang aku selamatkan sudah bisa berbicara Bahasa Indonesia... meski banyak dari mereka yang berasal dari luar negeri…"

"Lalu apa dukungan darimu…?"

"Du-dukungan…?"

"Tentu saja…! Aku tidak mau mengurus orang-orang yang kau kirim tanpa bantuan dana tambahan bukan…!? Uang jajanku terbatas dan pendapatanku sebagai etranger juga tidak terlalu besar… ditambah dengan kebutuhan 3 orang… semua pastinya berat… apalagi uang saku darimu sangat sulit di ambil..."

Setiap kali rigma ingin mengambil uang saku dari ayahnya ia selalu mengalami kesulitan karena uang sakunya berbentuk deposito. Jadi selama ini rigma hanya mengandalkan pendapatannya sebagai etranger untuk kehidupan sehari-hari.

"Ah itu… habis kalau di deposito uangnya akan bertambah…"

"Dasar ayah pelit… mana ada orang tua yang memberikan uang saku anaknya dalam bentuk tabungan deposito…! Aku hanya akan menerima permintaanmu bila semua uang deposito kau cairkan dan pindahkan ke tabungan biasa…"

Aldiano seperti tersambar petir ketika mendengar dirinya harus mencairkan semua uang saku rigma. Sudah jelas uangnya akan lenyap bila cair seluruhnya, rencananya untuk menimbun uang saku rigma dalam deposito pun berakhir.

"Ti-tidak bisakah aku membantumu dalam bentuk transfer…? Aku akan mentransfer kebutuhan orang-orang ini setiap bulannya ke rekening tabungan biasamu..."

"Tidak…! Lagi pula apa untungnya aku mengurus orang-orang asing yang bahkan tidak aku kenal…?"

'Si-sial… anak ini semakin pandai berargumen… aku harus gunakan cara terakhir…'

Aldiano tetap tidak ingin menyerah dan tetap mempertahankan uang depositonya. Ia pun mengeluarkan senjata terakhirnya untuk membujuk rigma agar menerima permintaannya.

"Ini adalah inti golem yang sudah disempurnakan… kamu boleh mengambilnya asalkan uang deposito dari hasil pengumpulan uang sakumu tidak dicairkan..."

"Apa…!? Jangan bilang project golem pengamanan nasional sudah selesai…?"

"Tidak… project golem sudah dihentikan sejak 1 tahun yang lalu… tapi mereka berhasil membentuk satu-satunya inti golem yang sempurna sebelum pendanaan dihentikan… benda ini diberikan padaku karena para peneliti tidak ingin ini jatuh ketangan orang yang salah..."

"Hmmm…"

'Inti golem memang sangat menarik untuk penelitian di laboratorium pengembangan senjata jiwa… tapi kalau aku menerimanya usahaku untuk mendapatkan uang tambahan akan gagal… sial…'

Aldiano sudah tersenyum lebar melihat anaknya mulai berpikir setelah mendengar penawaran terakhirnya. Ia tahu rigma adalah anak yang penuh dengan rasa ingin tahu dan selalu ingin meneliti sesuatu.

'Ayolah cepat pilih… lalu lepaskan uang deposito itu…'

"Cih… baiklah… aku ambil inti golem ini… tapi aku ingin uang transfer bulanan untuk biaya mengurus orang-orang titipanmu… dan kau tidak boleh protes tentang apa yang aku lakukan pada mereka…"

"Eh…? Inti golem dan transfer bulanan…? Bukannya itu terlalu serakah…?"

"Terima atau tidak sama sekali…"

Rigma mengeluarkan nada ketus serta wajah serius untuk mengakhiri acara tawar menawar yang dilakukan ayahnya.

"Ba-baiklah…"

'Hehehe… aku tetap menang…'

Senyuman kemenangan pun muncul di wajah rigma ketika memeras ayahnya sendiri. Keduanya memiliki sifat licik yang sama dan itulah yang membuat aldiano kesulitan sekarang. Rigma mengambil inti golem dan memeriksa kristal ungu yang menjadi pusat energinya dengan seksama.

"Hooo… menarik sekali… kristal ini dapat menyerap berbagai energi…"

"Benar… eh tunggu… kenapa kau bisa tahu hanya dengan melihatnya…?"

"Simpel… jiwa pengelana pada tubuhku yang memberitahu…"

Syna dapat mengetahui fungsi inti golem dalam sekali lihat, kemudian ia menjelaskannya pada rigma. Inti golem yang terbuat dari proses alkimia sangatlah sulit dibuat kecuali memiliki bahan-bahan kualitas tinggi. Rigma merasa senang karena ia bisa mendapatkan barang sebagus inti golem dari ayahnya.

"Ehem… baiklah lupakan soal inti golem… sekarang aku ingin memperkenalkanmu pada orang-orang yang akan kamu rawat… oh iya… soal tempat tinggal… aku sudah membeli sebuah tanah dan kontrakan murah di Purwakarta jadi tidak perlu khawatir…"

"Huaa…. Jadi kau benar-benar sudah menyiapkan semuanya ya ayah…"

"Ya begitulah… ada 10 orang yang akan ikut denganmu… mereka kebanyakan tidak memiliki tujuan, kenalan atau keluarga… oh iya dini kemana…? Dari tadi aku tidak melihatnya… kau bilang dia ikut juga bukan…?"

Aldiano bertanya sambil mengantar rigma, amalia dan asrea ke tempat korban penjualan manusia.

"Soal itu… dini tadi ikut latihan bersama anggotaku yang lain…"

"Hah…!? Tapi aku tidak merasa melihatnya…"

"Ya itu karen-..."

Sebuah pintu besi terbuka hingga menimbulkan suara keras serta hembusan angin. Rigma tidak bisa melanjutkan kata-katanya setelah melihat orang-orang yang berada di ruangan tersebut. Mereka sangat kurus dan tubuhnya penuh dengan perban, bahkan ada yang kehilangan tangannya. Total ada 10 orang dengan jumlah 5 lelaki dan 5 perempuan berumur 20 sampai 30 tahunan.

"Mereka adalah orang-orang yang harus kamu rawat mulai sekarang… kamu bebas melakukan apapun pada mereka asalkan tidak melibatkan polisi… karena mereka tidak punya identitas yang jelas dan kalau tertangkap… entah apa yang akan terjadi pada mereka..."

"Hua… jadi ayah ingin aku melakukan sesuatu yang ilegal seperti ini…?"

"Tidak perlu berpura-pura taat peraturan di depanku saat baju yang kau pakai berasal dari tempat ilegal…"

"Cih… jadi kau sudah mengetahuinya…"

"Itu jelas…! Karena akulah orang yang menjual baju hitam lusuh itu ke pelelangan bawah tanah…"

Aldiano terlihat sangat bangga ketika membeberkan kejahatannya dalam menjual barang secara ilegal. Sekarang rigma hanya bisa menghela nafas ketika rahasianya sudah ketahuan oleh sang ayah.

"Baiklah… tapi… mereka sekarang jadi milikku… jadi jangan salahkan aku kalau salah satu dari mereka mati atau menghilang…"

"Tidak masalah… sebab mereka hanya ingin pekerjaan dan tempat untuk tidur…"

Hari itu rigma pun mendapat pekerjaan tambahan dari sang ayah untuk mengurus korban penjualan manusia.

Bersambung…