WebNovelStory E75.00%

Why ?

"Jangan pernah katakan ini kepada siapapun, aku mohon" Mohon seseorang anak yang berumur 9 tahun.

"Nak kenapa begitu, bukannya keluargamu juga harus tau ?" Kata seseorang laki-laki yang sedang berjongkok untuk menyeimbangkan tingginya dengan anak tersebut.

"Iya mereka berhak tau, tapi aku mohon jangan beritahu mereka dulu" Mohonnya lagi dengan menautkan kedua tangannya di depan laki-laki tersebut.

"Ini masalah besar nak, jika saya tidak memberitahu keluargamu nanti akan semakin parah" Jelas laki-laki tersebut.

"Aku tau tapi aku mohon"

"Ok baiklah"

"Terimakasih"

"Sama-sama nak, jaga diri kamu terus ok"

"Baik"

•••••••••••••••••

"Huh....cape banget" Ucap seseorang perempuan yang sedang mengelap keringatnya di dahi.

"Ayo Arna lari lagi, baru juga setengah jam lari" Ucap perempuan yang telah sampai di sebelahnya.

"Aduh kak udah setengah jam kak cape, mending makan bubur yok kak" Ajak perempuan yang biasa di panggil Arna kepada perempuan disebelahnya.

"Mana ?" Tanya perempuan tersebut.

"Itu kak Rara" tunjuk ya ke sebelah kanan nya yang kurang lebih berjarak 5 meter.

"Oh ya udah yok" Jawab Rara.

Tak lama juga cuma 5menit sampai deket juga tempatnya, dengan tempat yang mereka duduki tadi.

"Pak pesen buburnya 2 ya pak, yang satu cuma bubur aja gak pake apa-apa ya pak" Pesan Arna yang telah sampai di tempat tujuan.

"Ok neng, ditunggu ya" Jawab penjual bubur tersebut.

"Eh na niat makan bubur gak sih, kok beli cuma buburnya doang gak ada apa-apanya ?" tanya Rara ketika Arna telah duduk di sampingnya.

"Niat lah kak, buktinya ini beli kan ?" Jawab Arna.

"Lu terispirasi dari siapa makan kaya gitu sih ?" Tanya Rara dengan penasaran.

"Gini loh kak Arna suka liat kalo ada anak kecil di siapin makan bubur sama bundanya cuma gitu doang, dan Arna penasaran dan coba. Alhasil rasanya enak kak jadi gitu aja kalo beli bubur kak" Jelas Arna yang hanya di jawab anggukan kepala oleh Rara.

"Na mau nanya boleh ?" Ucap Rara dengan menghadap Arna. Kenapa baru menghadap ya kan dari tadi si Arna sama Rara bicara fokus Ama hp masing-masing.

"Ya kak ?" Jawab Arna yang juga memosisikan diri menghadap Rara.

"Gak jadi deh privasi pasti buat Arna sendiri" Ragu Rara

"Tanya aja kak gak papa bener kok" Ucap arna meyakinkan.

"Kenapa Arna suka liat orang yang kumpul Ama keluarganya, tapi Arna malah nangis ?" Tanya Rara dengan hati-hati. Tapi Arna hanya diam belum menjawab.

"Gak di jawab juga gak papa kok na, itu juga privasi Arna"

"Jadi gini kak, Keluarga Arna bisa di bilang lengkap. Tapi di keluarga Arna rata-rata mereka sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri, akibatnya juga kurang komunikasi. Mereka menuntut Arna untuk sempurna tapi arna cuma bisa segini, dan gak bisa lebih. Jujur Arna iri liat orang lain yang keluarganya lengkap maupun gak, tapi mereka dapet kasih sayang dari keluarga mereka. Itu aja sih kak, sis do you know where ? "

"Oh that, yesterday saw Arna in the garden again, seeing the little child who gathered with her family, then Arna smiled and finally cried. Sis, I just want to say that if you want someone to tell the story"

"Sorry sis, Arna can't because it's used to like this"

"It's okay, if there is anything, you can tell sis, you can or someone who trusts me" Arna hanya menjawab dengan anggukan dari ucapan Rara

"Misi neng ini buburnya" ucap tukang bubur tersebut memecah keheningan.

"Iya pak Makasih" Ucap mereka berdua.

•••••••••••••••••

"Emm...gimana kalau yang ini ?" Tanya laki-laki terhadap dua orang sahabat karibnya.

"Gak ah yang ini aja warnanya hitam" Usul laki-laki bertubuh bongsor.

"Hitam dah banyak dirumah lu lan" Jawab laki-laki berkulit sawo matang.

"Dah lah mending putih aja, mencoba warna lain selain hitam" Pasrah laki-laki yang bisa di panggil Erlan.

"Ya udah, ayo lan,ken pulang" Ajak laki-laki berkulit sawo matang tadi.

"Makan dulu laper nih" Usul laki-laki bertubuh bongsor yang bisa dipanggil Ken.

"Lan gimana lu ?" Ucap Ken

"Oh ya ken, wan Erlan gak bisa ikut, Erlan khawatir sama nenek Erlan" Ucap Erlan dengan nada khawatir.

"Gini lan, Erlan kenapa kok khawatir gitu ?" Tanya laki-laki yang berkulit sawo matang yang bisa dipanggil Awan.

"Gak tau, Erlan tiba-tiba kepikiran sama nenek terus khawatir juga" Jelasnya.

"Ok kita antar Erlan ke rumah ya ?" Tawar Ken.

"Daripada nanti nenek Erlan kenapa-napa, bukan doain loh cuma firasat" ujar awan mendukung tawaran dari Ken.

"Ya udah deh" pasrah Erlan.

Mereka bertiga berjalan dari toko sepatu, namun tiba-tiba.

"Ehh...mas-mas mau pada kemana, belanjaannya kan belum di bayar ?" Cegah seseorang perempuan yang sedang berada di hadapan mereka bertiga.

"Lah...emangnya iya ya ?" Bingung Awan.

"Iya mas, ganteng-ganteng kok pikun masnya" Cibir perempuan tersebut.

"Wehhhh...jangan gitu mbaknya, mau ngajak ribut sama saya mbaknya hmm?" Tanya Awan.

"There's no need to fight, it's no use either. How much is all of them in total ?" Lerai Ken.

"Aduh masnya ganteng, tapi maaf ya mas saya dari esed kalo pelajaran bahasa Inggris remidi terus. Jadi jangan pake bahasa Inggris ya mas" Jelas perempuan tersebut dengan diakhiri kekehan.

"Makanya belajar biar gak bodo mbaknya" Sindir Awan.

"Gak ngaca lu wan" Jawab Ken.

"Udah berapa totalnya mbak, ini saya lagi khawatir sama nenek saya" Kesal Erlan karna dari awal mereka malah bercanda.

"Mang neneknya kenapa mas ?" Tanya perempuan tersebut.

"It's fine, but I'm worried" jawab Erlan yang dibalas anggukan oleh perempuan tersebut.

"Nih ya uangnya mbak kalo lebih kembaliannya buat mbak aja ok, kami pergi dulu" Ucap Ken denganmenyerahkan uang bernominal 100.000 sebanyak 10 lembar.

Tak lama kemudian mareka berdua telah sampai di rumah nenek Erlan, ya bisa di bilang cepat karna mereka mencari jalan pintas agar cepat sampai.

"Erlan duluan ya, makasih udah mau nganterin Erlan dan hati-hati juga di jalan jangan ngebut bawa mobilnya" Ucap Erlan ketika sebelum masuk ke dalam rumah.

"Iya lan, santai aja kali ama kita" Timpal Awan dengan senyumnya.

"Oh ya kita pergi dulu ya lan, kalo ada apa-apa bisa hubungi kita berdua ok" Pamit Ken, dan tak lama mobil yang mereka tumangi pergi meninggalkan perkara gan rumah Erlan.

"IYA" teriak Erlan denganelambaikan tangannya.

Namun ketika Erlan barusaja masuk kedalam rumah, dan dia menuju kearah ruang tamu dia dikejutkan oleh neneknya. Dengan kondisi neneknya yang tengkurap di lantai dan darah yang lumayan banyak di tangan kanannya serta pecahan gelas yang berserakan di depan neneknya.