Daun berguguran tertiup angin dan lampu berkelip-kelip begitu indah serta begitu dingin di malam hari.
Begitu indah.
Malam ini, seperti biasa Amel kerja.
Bahkan Revan sudah tahu jika Amel kerja, sebenarnya ia sudah melarang Amel untuk tidak kerja lagi. Tapi, Amel kekeh ingin tetap kerja.
Flashback on
"Amel!"
Teriak Revan dengan nafas bergemuruh dan sambil menahan amarahnya.
"R-revan?"
Kaget Amel. Bagaimana tidak Amel sudah menutup-nutupi pekerjaannya. Tapi, malah ketahuan juga.
Revan menatap Amel tajam dan melangkah mendekati Amel bahkan lebih dekat lagi.
Melihat Revan seperti itu membuat Amel dag dig dug serrr.
"Ngapain?"
Tidak ada jawaban.
"Ngapain di sini?!" tanyanya lagi.
Amel meneguk ludah kasar, melihat Revan seperti membuatnya susah untuk benafas.
"A-aku-"
"Kamu kerja di sini?"
Amel menundukkan kepalanya dan mengangguk pelan "Iya."
Revan menarik tangan Amel, membuat Amel hampir terjungkal.
Revan membawa Amel keluar cafe dan melepas cekramannya.
"Keluar dari pekerjaan itu!"
Amel menatap Revan kesal "Aku gak bisa!"
"Aku bilang berhenti dari pekerjaan kamu AMEL!" bentak Revan.
Amel menatap Revan tidak percaya "Aku gak bisa!"
Revan mencekram tangan Amel kencang, membuat Amel meringis kesakitan.
"Berhenti dari pekerjaan itu!"
Amel menggeleng cepat "Nggak. Aku gak mau!" sambil berusaha melepas cekraman Revan.
Akhirnya cekramannya lepas "Maaf aku gak bisa."
Ucap Amel dan langsung pergi meninggalkan Revan, kemudian kembali untuk kerja.
"Akhhh" teriak Revan sambil mengacak-acak rambutnya.
"Maaf Van aku gak bisa, ini demi aku untuk bertahan hidup" batin Amel.
Flashback off.
*****
Farel melihat Bate sedang tertidur pulas, membuat ia punya ide untuk mengerjainya.
"Beta, ada cewe bening tuh di depan" teriak Farel tepat di telinga Beta.
Beta kaget mendengar teriakan dan langsung bangun dari tidurnya
"Mana-mana? cewe bening mana?" sambil mencari-cari di mana cewe bening itu.
Farel tertawa keras, membuat Beta kesal.
"Anjirr. Gue di kerjain!" sambil menoyor kepala Farel.
Bukannya marah Farel malah tambah tertawa.
Lebih keras.
"Abisnya lo, giliran cewe bening aja langsung."
Beta menggaruk kepala yang tidak gatal "Hehehehe" cengengesannya.
Toni yang melihat seperti itu tertawa geli "Mamam tuh" sambil melempar bantal sofa.
"Diem lo tayo."
"Padahal gue baru aja mimpi indah" lanjutnya.
"Seorang Beta mana ada mimpi indah!" celetuk Revan.
"Buset, pedes banget."
Melihat Beta sengsara, itu yang membuat Farel, Toni, Revan dan anak gengster bahagia.
"Jahat bener."
Pranggg
"Apaan tuh?"
Dito mengambil benda yang tadi barusan ada yang melempar di kaca beskem gengster.
Siapa dia?.
Dito memberikan benda tadi kepada Revan dan Revan membukanya.
Gue datang!"
Itu isi dari kertas tadi.
Revan mengepalkan tangannya dan merobek kertas tadi.
"Perketat keamanan!" perintah Revan kepada anak gengster.
Anak gengster sudah tahu jika yang meneror adalah musuhnya.
"Ternyata lo masih belum terima."
*****
Seorang gadis cantik dengan rambut panjang berwarna coklat, berjalan di koridor sekolah.
Farel melihat Dila yang sedang jalan langsung menghampirinya.
"Hai."
"E-eh hai."
"Mau ke kelas?"
"Iya."
Farel langsung menggandeng tangan Dila, membuat Dila kaget bukan main.
"Ehh ka. Lepas" tolak Dila lembut.
"Udah ayo, gue anter."
"Gak usah ka, gue bisa sendiri" sambil berusaha melepas gandengan Farel.
Namun hasilnya nihil Farel malah mempererat gandengannya, membuat Dila pasrah.
Sesampainya dikelas Dila. Farel langsung melepas gandengannya dan mengacak-ngacak rambut Dila gemas "Belajar yang benar, nanti gue jemput lo pas istirahat" dan langsung pergi meninggalkan Dila.
Dila melihat kelakuan Farel seperti itu membuatnya kesal, seenak jidatnya ngatur-ngatur.
Pacar juga bukan!.
Dila lupakan kejadian tadi dan langsung menghampiri tempat duduknya.
Melihat Amel sedang nulis membuat Dila penasaran, apa yang ditulisnya?.
"Mel, nulis apa sih?"
Amel langsung menengok ke arah Dila "Ini aku lagi salin PR, soalnya semalam salah ngambil buku."
Dila menepuk jidat "Astaga gue lupa."
Gini ini semalam akibat di ganggu Farel.
Memang benar semalam Farel selalu menelepon Dila berkali-kali, membuat Dila kesal akhirnya mengangkat telepon Farel dan ketiduran akibat dinyanyikan lagu untuk tidur.
Dasar Farel.
Dila menatap Amel dan menyengir
lebar "Liat ya."
Amel geleng - gelang kepala, selalu saja seperti itu, kebiasaan. "Nih" sambil memberikan bukunya kepada Dila.
Dila menerima buku Amel dan langsung menyalin jawabnya.
"Aku ke kamar mandi dulu, sebentar."
Dila mengangguk "Oke."
Amel langsung pergi meninggalkan kelas menuju kamar mandi.
Ia mengambil obat di saku roknya dan membuka botol minumnya, kemudian meminumnya.
Semoga cepat sembuh.
Ini alasan Amel mengapa ingin pergi ke kamar mandi.
Setelah selesai amel langsung menuju kelas, untuk belajar.
*****
Bel berbunyi pertanda waktunya istirahat.
Amel dan Dila sudah siap untuk pergi ke kantin, mengisi perutnya yang kosong.
Baru sampai pintu kelas, sudah di kagetkan dengan Revan dan yang lainnya.
Revan menggenggam tangan Amel lembut dan langsung pergi ke kantin.
Dila melihat seperti itu melongo, gini nih selalu ditinggal.
Farel mendekati Dila dan langsung menggenggam tangan Dila, membuat Dila kaget.
Toni dan Beta menatap satu sama lain, sambil melongo.
"Gini amat" celetuk Toni.
Beta tertawa "Emang nasib lo" langsung menoyor kepala Toni dan meninggalkan Toni begitu saja.
Toni menggeram kesal "Awas lo kriwil!" langsung mengejar Beta.
Beta terkekeh melihat Toni seperti itu.
*****
Sesampainya di kantin Revan langsung memesan makanan untuk dirinya dan juga kekasihnya, Amel.
Farel terus menggenggam tangan Dila, membuat Dila risih.
"Ka bisa lepas gak?"
Farel tidak menjawab ocehan Dila, ia tetap menggenggam tangan Dila.
Sesampainya di kantin farel dan Dila langsung menghampiri meja Revan dan melepaskan genggamannya, untuk memesan makanan untuk Dila dan dirinya.
Dila menghela nafas lega, akhirnya lepas juga.
Belum lama, kemudian datanglah Beta dan Toni.
"Bet, pesan sono" titah Toni.
Beta menggeram kesal, selalu saja di suruh-suruh.
"Asal beliin ya."
"Ogah!" ogah Toni dan langsung bangkit dari duduk untuk memesan makanan.
Melihat Toni seperti itu, membuat Beta terkekeh geli dan langsung ikut menghampiri Toni.
Setelah memesan makanan, semuanya kumpul dan saling becanda gurau.
Tapi berbeda dengan Dila yang risih dengan Farel.
Bagaimana tidak. Farel selalu dekat-dekat dirinya, kaya tidak ada tempat saja.
Menyebalkan.
*****
Hari semakin gelap. Matahari perlahan pergi dan bulan perlahan datang serta kicauan burung hilang kini tergantikan oleh bintang-bintang.
Hari ini begitu melelahkan.
Bagaimana tidak. Dila selalu saja diganggu oleh kakak kelasnya itu, siapa lagi kalau bukan Farel.
Menyebalkan.
Sangat, sangat menyebalkan!.
Seperti sekarang. Saat ini Farel ikut masuk ke rumah Dila.
"Malam tante" sapa Farel dengan senyum manisnya.
Dela membalas sapaan Farel "Malam juga, nak."
Dila melihat mamahnya seperti itu kesal dan langsung pergi ke kamar meninggalkan mereka, untuk bersih-bersih.
"Oiya, namanya siapa?"
"Farel tante."
"Maaf ya Dila memang seperti itu."
Farel mengangguk dan tersenyum "Tidka apa-apa tante."
Dila tersenyum melihat Farel begitu sopan.
Anak baik.
"Kamu pacarnya Dila? kalau begitu jangan panggil tante bunda aja."
Farel tersenyum senang, calon mertua yang sangat peka.
"Apa sih bun, Ka Farel itu kakak kelas Dila di sekolah" ucap Dila, baru saja datang.
"Calon bun" jelas Farel sambil melihat ke arah Dila sambil tersenyum.
Dela terkekeh pelan, melihat anak muda di hadapannya.
Dasar anak muda, malu-malu kucing.
Dila menatap Farel kesal Apa katanya calon? what? no, no, no gak akan terjadi!.
"Dasar gila" batin Dila.