Setelah melihat keadaan dibelakangku, aku kembali mengalihkan pandanganku ke Saya, yang masih menatapku sambil cemberut.
"Apakah kalian tergigit.?" Dia berkata dengan nada tajam
'Itu yang pertama dia katakan kepada kami? Bahkan tidak 'Hai senang bertemu denganmu'. Bukannya aku mengharapkan hal lain darinya sejujurnya.' Batin ku sambil menghela nafas.
"Sebenarnya itu pertanyaan yang bagus." Aku menjawab ketika saya mulai memeriksa diriku,Miku dan Kyoko-sensei apakah ada gigitan atau luka lainnya
Dalam panasnya saat itu, mungkin saja kita mendapat sedikit gigitan, namun kami tak merasakannya. Setelah memeriksa beberapa saat, untungnya tidak ada gigitan atau luka sedikit pun pada diri kami.
"Tidak ada gigitan." Ucapku sambil melihat kembali ke Saya dan Kohta.
Kami berlima kemudian menghabiskan beberapa detik yang canggung dengan saling memandang sebelum memutuskan untuk pindah.
Sambil berjalan dengan Saya memimpin didepan, kami berjalan dengan hati-hati untuk tidak menimbulkan suara.
"Jadi mereka hanya bereaksi terhadap suara?" Tanya Kohta dengan nada rendah.
"Ya mereka buta dan sepertinya mengabaikan kontak fisik dengan benda mati, mereka mungkin bisa merasakan panas. Dari apa yang saya lihat, mereka sepertinya menyadari ketika mereka telah menangkap manusia dan mereka juga dapat menemukan orang yang sedang berlari setelah mendapatkan target yang terkunci…bahkan jika itu tak bertahan lama karena mereka kehilangan minat cukup cepat dan teralihkan dengan cepat. Itu hanya hipotesis ku saja, aku tidak memiliki banyak kesempatan untuk mengujinya, aku juga tidak memiliki keinginan kematian untuk bereksperimen berapa lama mereka akan kehilangan minat untuk mengejarku, terutama ketika aku berada di ruang tertutup seperti ini." Kataku sambil melihat kearah Kohta.
"Begitu, itu menjelaskan kenapa kita bisa berjalan mengelilingi mereka saat itu." Kohta mengangguk sambil terus berbicara
"Juga mungkin kalian sudah tahu, namun hal-hal ini, yah mereka sudah mati." Kataku dengan ekspresi datar diwajahku.
"Hah,mati? Jangan konyol, kalau sudah mati kenapa mereka masih berdiri dan berjalan?" Saya menyela dengan suara yang tajam dan agak keras
"Aku tidak tahu." Ucapku mengerang dalam hati saat mendengar suara Saya yang agak keras.
"Nero-kun benar Takagi, apakah anda pernah melihat? Aku mungkin tidak ahli dalam biologi manusia, tetapi yang aku tahu adalah anda tidak dapat dianggap hidup jika anda mengunyah lenganmu yang terlepas, setengah dagingmmu hilang dan beberapa bagian perutmu berserakan dilantai. Dan Takagi, bisakah kau berbicara sedikit pelan." Ucap Miku pelan dan kesal sambil memelototi Saya.
Sepertinya Miku sangat kesal dengan sikap Saya. Yah aku tidak menyalahkan dia, aku juga berusaha bersikap ramah dan tidak memprovokasinya sebisaku, namun tentu saja aku gagal. Lagipula ini Saya yang kita bicarakan.
Saya mengerutkan kening, menggembungkan pipinya dan menjawab dengan suara yang agak keras…lagi
"Dan kau, siapa kau yang memberitahuku apa yang harus kulakukan. Dan kau juga kenapa menyuruh kami berhenti di kelas ini."
Saat ini kami berada di ruang kelas yang kosong, ketika saya meminta yang lainnya untuk 'berhenti' setelah saya melihat mereka mencoba untuk bersembunyi dibalik beberapa loker ketika mereka melihat beberapa mayat 'menatap' ke arah kami. Aku bisa menjelaskan bagaimana mayat bertindak disana sini. Namun saya memiliki perasaan kuat bahwa Saya tidak akan bisa menahan diri dan akan berakhir dengan dia mengomentari penjelasan saya dengan keras dan tajam.
Jadi karena itu, aku memilih ruang kelas kosong dengan harapan suaranya akan terkurangi dengan tembok kelas, karena dia terus berbicara cukup keras untuk membuat setiap mayat berjalan ke arah kami.
"Grrr." Miku menggeram setelah mendengar perkataan Saya.
"Tenang Miku-chan." Ucap Kyoko-sensei menenangkan.
"Ughh..baik." ucapnya sambil membuang muka.
"Haaaahhh… dengar kami disini bukan untuk membuatmu marah Saya. Baiklah Kohta dan aku akan memeriksa pintunya. Dan jika aman aku akan memberikan isyarat dengan tanganku agar kami bisa keluar. Kita harus mencoba menjaga kebisingan dan obrolan untuk jumlah minimum setelah kita keluar dari kelas ini." Aku berkata sambil bangkit dari kursi yang kududuki.
"Dan siapa yang menjadikanmu bos.?" Saya 'bertanya' saat dia diam-diam berpaling dariku.
Aku mengabaikannya dan mulai bergerak menuju pintu kelas.
' Ya tuhan, dia mungkin terlihat imut dengan semua aksi tsunderenya di anime. Tapi fakta yang aku lihat sekarang hanyaah Tsun dan tidak ada dere yang membuatku ingin berteriak frustasi. Aku sudah harus berurusan dengan banyak zombie karena dia sangat berisik, dan ditambah dengan ini. Ughh fokus, jangan kehilangan fokusmu Nero. Dia mungkin bertindak seperti jalang total sekarang, namun dia bukanlah orang jahat, aku berharap. Dan aku harus memastikan Kohta tidak mati sebelum dia mendapatkan Nail gun buatannya.' Batinku
Aku menjernihkan pikiranku dan pergi ke pintu, dengan perlahan aku membuka dan mengintip dari balik pintu.
'Di sisi kanan, ada dua dari mereka yang berdiri dan tiga yang berlutut mengunyah beberapa bajingan malang di tanah. Sementara sisi kiri hanya ada tiga dari mereka,tapi semuanya sudah berdiri. Biasanya aku akan mengambil sisi kanan karena berjalan mengelilingi mayat yang sedang makan lebih mudah daripada melewati mayat yang sedang berjalan, namun aku tidak mau mengambil resiko karena aku tidak hanya sendiri, tetapi aku juga membawa empat orang lainnya bersamaku.' Batinku
Aku kembali masuk ke kelas, meminta Kohta untuk menunggu, aku mengambil kotak pensil secara acak di lantai kelas, mengisinya dengan apapun yang ada disana kemudian aku menutup kotak pensil itu dan kembali menuju pintu kelas. Lalu aku melemparkan kotak pensil itu ke arah loker yang berada di sisi kanan. Suara itu membuat zombie disisi kanan yang sedang makan bangkit menuju loker tersebut, itu juga menyebabkan trio zombie disisi kiri mulai bergerak menuju koridor di sisi kanan.
Saat mereka berjalan melewati pintu kelas, aku memberikan isyarat kepada Kohta untuk bergerak, dia bangkit dari kursinya dan mulai bergerak, diikuti oleh ketiga perempuan dengan Saya yang masih kesal namun sekarang diam.
Setelah keluar dan diam-diam berjalan ke kiri koridor, kami berlima mulai menyusuri koridor dengan aku di depan, disusul Miku lalu Saya ditengah, disusul Kyoko-sensei dan terakhir Kohta dibelakang.
"Kohta, tetap waspada, aku ingin kau mengawasi kita, jangan sampai kita terkepung pada saat yang salah." Aku berkata padanya dengan berbisik
Kohta menatapku ternganga, lalu mengangguk, sementara Saya hanya diam saja.
'Kohta harus mendapatkan senjatanya secepat mungkin, dia terlalu lemah lembut untuk sekarang.' Batinku
" Nero, kenapa kau membawa tas besar itu dan juga sarung tangan.?" Tanya Kohta pelan
"Ya, aku juga penasaran Nero-kun. Aku ingin bertanya sejak tadi." Kata Miku dengan Kyoko mengangguk pelan.
"Ah iya, sebenarnya jadwalku hari ini sangat padat, aku berencana pergi setelah pulang sekolah dan pulang besok pagi sehingga, aku mengepak barang-barangku dengan tas besar termasuk sarung tangan ini.
"Kau mau pergi ke suatu tempat.?" Tanya Miku
"Ya kerja sambilan." Jawabku
"Kau punya pekerjaan.?" Tanya Kohta terkejut.
'Sialan man, jangan menjadi sangat penasaran. Sekarang aku harus memikirkan sebuah kebohongan yang dapat dipercaya.' Batinku sedikit kesal. Lalu aku mendapat sebuah ide.
"Yep, aku membantu teman tuan Yagi dengan beberapa hal, kamu ingat dia kan?" aku menjawab, berharap jika menyebutkan pemilik tempat lapangan tembak yaitu tuan Yagi akan membuat Kohta berhenti bertanya, karena dia sering bersamaku kesana dan juga hal itu tidak terlalu legal. Bukan berarti hokum itu penting saat ini, namun mereka belum menyadari beratnya situasi dari yang saya lihat sekarang.
'Aku hanya berharap, hal ini tidak akan kembali dan menggigitku di pantat.'
"Ohhh begitu…" Kohta hendak membuka mulutnya lagi ketika..
"Bisakah kalian diam." Saya menyela, dan lagi dengan suara yang keras.
'Saya, anda adalah penyelamatku, walau kau tidak bermaksud membantu sih.' Batinku menghela nafas lega
Syukurlah suara Saya tidak menarik apapun selain beberapa mayat yang ada di belakang kami, jadi selain beberapa mayat yang entah bagaimana mendekati kami dan berakhir dengan Carving Knifeku di kepalanya atau mencium tembok didekatnya, kami bergerak melalui lorong ini dengan mudah.
'Apa yang harus dilakukan sekarang? Aku membawa Miku-chan, Sensei, Saya dan Kohta, jadi mungkin aku bisa langsung ke ruang kelas dimana, Kohta membuat Nail gun nya. Tapi itu dapat membuatnya kehabisan peluru dengan cepat.. di anime dia mendapatkan senjatanya saat matahari terbenam dan kita punya waktu satu jam sebelum itu. Kita juga bisa langsung ke ruang fakultas dan menunggu anggota tim lainnya. Dengan kunci mobil dan bus disana, keduanya mungkin akan setuju pergi dengan kami jika aku memberitahu mereka bahwa aku bisa mengendarainya. Tapi aku tak yakin apakah kelompok itu akan bertemu seperti di aslinya. Hmm Saeko dan Shizuka, aku tahu mereka sedang menuju ruang fakultas juga, jadi yang harus kita lakukan untuk bertemu mereka adalah menunggu. Itu hanya menyisakan Rei dan Takashi.' pikirku
'Hmm, tidak, tidak, aku harus memastikan Takashi bergabung dengan grup, tak peduli bagaimana menggoda untuk meninggalkannya, tidak, tidak, pikiran buruk, buruk. Lagipula Rei masih bersamanya. Aku tidak akan meninggalkan Rei.' Batinku sambil menggelengkan kepala dengan pelan
"Ada apa Nero-kun." Suara Miku menyadarkanku.
"Ah tidak apa, tetap waspada guys." Balasku dengan pelan.
'Baik, jadi aku pikir kita harus pergi mengambil senjata Kohta dan kemudian berlarian atau menunggu hingga matahari terbenam, kasus terburuk, aku harus membiarkan semuanya seperti di anime dimana Saya diserang dan mengalami syok. Meskipun aku berharap dia tak mengalami pengalaman mengerikan itu..Pokoknya, Takashi berniat meninggalkan sekolah bersama Rei, jadi kita akan menemukannya jika kita mengawasi gerbang depan setelah bertemu dengan Saeko dan Shizuka.' pikirku
Dengan pemikiran itu, aku memutuskan langkah terbaik adalah mempersenjatai Kohta terlebih dahulu, agar lebih mudah untuknya menjaga punggung kami.
"Baiklah kita harus pergi ke bengkel kelas, disana pasti ada bahan dan alat yang akan memungkinkan kita memperkuat apa yang sudah kita miliki sekarang, atau malah membuat sesuatu yang lebih baik, karena aku tidak tahu berapa lama pisauku akan efektif jika seperti ini terus." Kataku sambil menoleh ke belakang.
"Ada satu dilantai 2." Kata Kyoko.
"Baiklah, kalau begitu sebagai permulaan kita ke lantai 2." Kataku sambil berbalik kedepan lagi.