Istirahat (2)

Aku mulai berjalan menuju bagian Hiking. Setelah sampai disana, tidak butuh waktu lama untuk menemukan kantong tidur.

'Hmm mari kita lihat, kami butuh 8, 10 jika menghitung dua lainnya, 11 jika kita menambahkan Alice.'

Aku mengambil 10 kantong tidur paling mahal dan mengikatnya menjadi satu, membuatnya menjadi tampak seperti 'ulat. Kemudian aku membawanya dan pergi kembali ke kelompok.

Kembali ke kelompok, aku melihat Kohta yang terlihat sedih,Saeko,Miku dan Rei yang tertawa, Saya yang wajahnya merah, Kyoko yang menggelengkan kepala dan tersenyum serta Shizuka yang menjadi…dirinya sendiri.

'Aku merasa bahwa aku baru saja melewatkan sesuatu yang akan membuatku benar-benar asin.'

Aku mendekati kelompok yang menyebabkan mereka menoleh, pertama ke kantong tidur lalu…kepadaku.

"Oh hei Nero, menemukan yang lainnya…ehh?" Kohta lupa alasan apapun yang membuatnya sedih sejak awal dan hanya menatapku dengan mulut ternganga.

"Kantong tidur…dan benda yang akan menguburku." Aku berkata sambil memberikan beberapa pukulan ke topeng.

"Ohh?" Saeko menoleh kepadaku. Aku bisa melihat sedikit seringai diwajahnya.

'Tunggu, apakah aku sekarang terlihat seperti psikopat sadis juga.?' Batinku.

Kyoko dan Rei hanya menatapku kosong, sementara Miku hanya terkikik mengetahui kesukaanku pada masker dan topeng. Sementara Saya hanya menatapku dalam diam tak berkata sama sekali.

"Apa…yang membuatmu tak bisa berkata-kata.?"Aku berkata kepada Saya, aku sebenarnya menyeringai namun tidak ada yang dapat melihatnya.

Dia menyentakkan kepalanya seolah-olah sedang keluar dari apapun yang dia pikirkan.

"Idiot." Hanya itu yang dia katakan sebelum memalingkan wajahnya ke jendela.

Aku juga bisa mendengar Ummm yang halus dan konstan dari Shizuka, aku menoleh kepadanya dan melihat dia menatapku dengan intens.

'Eh ini sangat canggung.' Batinku berkeringat.

"Power Ranger." Dia berkata, menepukkan kedua tangannya dengan lembut membuatku menelungkup.

Aku bisa mendengar gadis-gadis lain tertawa, bahkan Saya. Kohta untuk beberapa alasan sepertinya terjebak dalam mode 'mulut ikan.'

Dan kemudian perutnya keroncongan…keras.

"Apa kau lapar.?" Tanyaku sambil berjalan kearah tasku.

"Yah aku belum makan sepanjang hari, aku tidak bisa menahannya." Kata Kohta terlihat sedih sekali lagi.

Membuka tasku, aku melihat beberapa makanan yang ku kemas. Desahan kecewa keluar dari mulutku saat aku menyadari bahwa sebagian besar tidak dalam kondisi yang baik, namun setidaknya masih bisa dimakan.

"Ayam,kari keju,pizza,keju tawar,udang,telur ikan kod atau daging sapi.?" Tanyaku sambil mengobrak-abrik tasku.

Ketika aku bertanya kepada Kohta, aku tahu yang lain mungkin akan lapar juga. Dan aku benar, karena mereka semua mencondongkan tubuh kearah tasku.

"huh apa.?" Tanya Kohta masih terlihat seperti ikan.

"Pilih salah satu dari mereka,komando. Cepat, kau memperlambat antrian dan aku memiliki paket yang harus dikirimkan.." kataku mencoba bertindak seperti karyawan di toko makanan cepat saji.

"Uhhh A..Ayam." Dia menjawab dengan sedikit gagap.

Aku mengambil roti yang bertuliskan 'ayam' dilabelnya dan melemparkannya kearah Kohta.Dia dengan canggung menangkapnya sebelum menyadari apa yang terjadi.

"Ohh….ehh terimakasih Nero." Dia berkata, membuka bungkus roti dan memakannya, wajahnya berubah menjadi satu kebahagiaan murni.

"Selanjutnya." Kataku.

"Bisakah aku minta telur ikan cod." Saeko bertanya, masih mencondongkan tubuhnya kearahku.

"Ini dia." Aku memberikannya kepada Saeko.

"Aku mau udang." "Aku mau Daging sapi." Ucap Miku dan Kyoko.

"Rei.?" "Aku mau Pizza"

Lalu aku beralih ke dua yang tersisa. Shizuka tampaknya sedang berpikir keras. Dan Saya juga tampaknya sedang berpikir

"Ummm, Cheese Curry." Shizuka akhirnya angkat bicara dan aku menyerahkan yang dia minta, dia menerimanya dengan cekikikan.

Saya adalah satu-satunya orang yang tersisa.

'Kurasa putri kita juga pemilih makanan.?' Batinku tersenyum kecil.

"..Keju tawar.."ucapnya dengan nada rendah.

Aku segera mengambil roti keju tawar dan memberikan kepadanya.

"…Terimakasih." Ucapnya pelan lalu kembali memandangi jendela.

Aku mengangkat bahu dan mengambil salah satu roti yang tersisa tanpa melihat. Aku mengangkat topengku dan menarik balaclavaku kebawah sampai bawah daguku dan kemudian memakan roti itu.

'Hmmm, ayam.'

Saat aku terus makan, aku melihat sesuatu yang aneh.

Semua orang sedang menatapku. Ini berlangsung beberapa menit sampai…

"Penguin Ninja."

Aku bahkan tidak menyadari siapa yang mengatakan itu sebelum seluruh kelompok dengan sekuat tenaga berusaha untuk tidak tersedak makanan mereka dari hidung mereka.

'Oh ayolah, aku bahkan tidak memiliki apapun yang berwarna putih di tubuhku.'

Aku perlahan-lahan menurunkun seluruh topeng sambil terus menguyah.

"Kalian semua iri dengan topeng baru kerenku." Aku berkata kepada mereka.

Aku rasa aku melihat air mata mengalir dipipi Saeko yang sejujurnya baru pertama kali kulihat, bahkan jika aku menambahkan seluruh anime disana.

Setelah kita selesai 'makan.' Kita menyiapkan tempat tidur untuk bermalam.

Kami memutuskan kami akan membagi tiga shift tugas jaga satu orang sementara yang lainnya tidur. Untuk berjaga-jaga jika terjadi sesuatu. Aku menjadi orang pertama yang berjaga jadi aku mengambil kursi dan duduk.

Saat semua orang bersiap-siap untuk tidur, aku melihat perlengkapan ekstra yang kuambil untuk Saeko dan Rei. Aku bangkit dan mengambilnya lalu aku berjalan menuju Rei dan memberikannya perlengkapan itu. Lalu aku berjalan menuju Saeko, yang sedang duduk sendirian di dekat jendela.

"Hei Busujima." Saeko menoleh kepadaku.

."Karena anda akan dekat dan pribadi dengan mayat diluar sana, aku pikir kau dapat memanfaatkan ini dengan baik." Aku berkata sambil menyerahkan perlengkapan itu kepadanya.

"Kuharap kau tidak keberatan dengan warnanya, fashionku memang jelek."

"Ohh,terimakasih, Marcial-kun." Saeko membungkuk dan meletakkan peralatan di pangkuannya serta tersenyum kepadaku.

"Dan sekarang aku tidak akan menjadi 'power ranger' satu-satunya disini. Selamat malam Busujima." Kataku tertawa kecil dan berbalik.

"Selamat malam..Ninja-pe.."

"Nero..hanya…Nero." Aku berbalik memotong ucapan Saeko sebelum dia bisa melontarkan ledekan itu, lalu aku kembali berbalik menuju kursiku…Aku bisa mendengar suara cekikikan tertahan dibelakangku sekarang.

Aku duduk dan memandangi keluar jendela, namun tiba-tiba Miku datang kesebelahku.

"Tidurlah. Kamu butuh tenaga untuk besok." Ucapku kepadanya.

"Hihihi, iya aku hanya mau mengucapkan terimakasih untuk semua yang kau lakukan untuk kami." Katanya dengan lembut.

"Aku tidak melakukan banyak hal kok. Namun jangan khawatir, aku akan terus memastikan kalian aman. Aku akan menjagamu Miku." Ucapku pelan. Miku hanya diam dan mengangguk.

"Tidurlah oke, besok kita masih harus berjalan." Ucapku sambil menggenggam tangannya. Dia tersenyum dan mengangguk, lalu dia berjalan ke kantong tidurnya.

'Jangan khawatir Miku. Aku akan memastikan kalian aman setidaknya sampai di mansion Takagi.' Batinku dengan serius, sambil terus memandangi pemandangan diluar jendela.