"Dik, cepet mandi. Jum'atan dik."
Ini yang ku rindukan saat pulang kerumah. Suara ibu terdengar merdu di telingaku. Ku peluk erat dari belakang tubuh ibu dan tersenyum kearahnya,
" iya bu... ini sudah ambil handuk. Ibu mau aku tak bawain apa abis jum'atan?"
Seperti inilah diriku saat dirumah, tak malu bermanja-manja terutama dengan ibu.
"Jodoh!! Lepas! Mandi sana."
Dan ini yang tidak kusukai saat pulang. Bukan tanya anaknya apa kabar, malah jodohku kapan datang.
----
Selesai sholat Jum'at, mataku tertuju satu titik. Sesosok perempuan duduk di bawah tangga masjid, mengelus-elus kucing jalanan yang dia beri makan sambil mulutnya berkomat kamit, entah yang di bicarakan pada sang kucing. Mataku terus memandang perempuan itu, akhirnya aku memutuskan untuk menghampirinya.
"Permisi mbak, maaf. Sandal saya, mbak duduki"
Kepalanya keatas melihatku, dia terlihat tertegun lalu dia tersenyum bersalah padaku " maaf mas" katanya. saat dia berdiri, dia terlihat mungil, apa aku terlalu tinggi. Entahlah, aku terus memadanginya saat tubuhnya mundur dan membersihkan area belakang yang kotor di bajunya, aku menghirup aroma bayi. Iya bayi. Astagaa... apa dia perempuan dewasa apa bayi. Sudah mungil, bau bayi. Rasanya inginku peluk. Tak ku sadari aku terus memandanginya.
"Maaf ya mas" ucapnya sekali lagi membuyarkan semua imajinasiku.
"Iya mbak, mari" ku beri senyumanku padanya berharap dia membalasnya. tapi saat ku tunggu beberapa detik, hanya tundukan kepala lalu berlalu ke arah tempat wudhu perempuan. Ah... gagal bawa oleh-oleh buat ibuk.
-----
Entah apa yang terjadi pada diriku pada hari ini. Biasanya setelah sholat jum'at aku langsung pulang. Tapi, hari ini aku bertegur sapa oleh beberapa orang yang ku kenal, Untuk berlama-lama disini.
"Assalamulaikum, pak bak" sapaku pada lelaki paruh baya yang bertetangga depan rumahku.
"Walaikumsalam, MasAllah apa kabar mas dika? Kapan pulang?" Sambil menepuk-nepuk bahuku
"Hehe, kemarin malam pak. Saya lihat-lihat makin kesini bapak makin tambah muda ya, pak" kataku basa basi
"Masnya, bisa saja. Main mas, kerumah. kebetulan nanti malam gadis pulang"
"Hehe. Insyallah"
"Saya pulang duluan ya mas"
"Iya pak silahkan" ku berikan senyuman sopan ke pada pak bak. Setelah pak bak berlalu, kepalaku menoleh kearah pintu masuk masjid. Ku melihat kucing-kucing itu setia menunggu malaikat pemberi makan untuknya. Tak lama, malaikat itu muncul. Angin yang berhembus menerpa rambutnya terurai. Ku lihat dia lebih teliti. Rambutnya sebahu berwarna coklat kemerahan, kaos lengan panjang berwarna hitam, rok merah marun panjang se- bawah dengkulnya, dan sepatu high heal berwarna hitam berjalan ke arahku. Sebentar, dia jalan ke arahku. APAAAAA! Dia ke arah ku dengan pengawal kucing di belakangnya. apa yang harus ku lakukan! Dimana sifat nge-boss'i kata adikku. Dimana sifat sok cool kata ibuku. Kenapa aku blussing?!!
"Permisi mas, mau buka pintu mobil" akhirnya aku melihat wajahnya.
"Oh, maaf silahkan" ku geser tubuku satu meter menjauh darinya. Selain agar dia membuka pintu juga agar dia tidak mendengarkan suara jantung ini yang tiba-tiba berdegup kencang. Dia membuka pintu dan mengambil bungkus makanan ternyata untuk kucing-kucing yang menunggunya. Dia lagi-lagi membuatku tersenyum tanpa sadar. Dan tiba-tiba juga dia membuatku terkejut dengan senyumannya yang Berlalu pergi. Wajahnya tak secantik perempuan yang sering kudekati atau mendekatiku tapi mata dan lembut hatinya membuatku bergetar untuk pertama kalinya.