WHO IS HE?

siapa aku dipihak adika???

siapa aku dipihak bagas???

apa yang kalian lakukan, semua serba tiba-tiba

--------------------------------

"hai, sya"

hah.. suara itu lagi. Suara yang selalu membangunkan dari mimpi indahku.

"muah... miss them"

suara beratnya mampu mengerakan mataku yang belum membuka dengan sempurna tapi dengan cepat dia memberiku sedikit percikan aneh di hatiku.

"tak puas kah kamu dengan semalam" omelku.

"tentu saja. itu hanya kiss" dia tersenyum mengejek ke diriku.

"hot kiss lebih tepatnya. kau memasukan benda asing di mulutku. untung saja aku menamparmu. kalau tak begitu kau tak berhenti" omelku.

"berhenti mengomel, sarapan."

dengan enggan aku berajak dari kasur maskulinnya. rasanya tulang-tulang belakangku masih menempel di kasur itu. tak ada tenaga untuk berdiri sampai akhirnya dia menyusulku.

" huh... sarapan lah, nanti malam kita makan bersama. aku harus pergi pagi ini" suaranya yang selalu menenangkan dan usapan tangan di lenganku, rasanya aku ingin tidur kembali.

"kenapa harus membangunkanku? pergilah"

"aku ingin melihatmu dari sesuap makan sarapanmu"

"menyebalkan. kau menyuruh untuk kesini. setelah disini kau malah pergi"

"kalau begitu, menikahlah denganku. aku tak akan pergi" ucapannya berhasil membuka mataku seratus persen. sisa-sisa nyawaku yang masih ke kota-kota indah di mimpi langsung masuk masuk ke ragaku. dia berhasil memberi harapan kosong. tetapi aku,

"dalam mimpimu saja. pergilah." ku tatap dirinya, dengan mengisyaratkan aku sudah memengang sendok.

"baiklah, hubungi aku jika kau akan keluar"

aku hanya bisa menghela nafas. dia telah pergi. pintu sudah tertutup. begitu juga dengan hatiku.

----------------------------------------

dreeeet...dreeeet....dreeet..... (mbak ira telepon)

"haloo? ada, mbak"

"mbaak el.... mbah jatoh di rumah. sekarang aku di rumah sakit"

deg... seperti di sambar petir yang langsung ke jantungku, itulah perasaan saat suster merawat mbah putri memberiku kabar tentangnya.

"sekarang mbak dimana?"

aku tergesa-gesa mencari kunci mobil dan dompet, otakku tiba-tiba kosong tanganku juga bergetar hebat.

"lah tadi kan saya sudah kasih tahu, mbak el. kalau lagi di rumah sakit"

ku hembusan nafas beratku, kenapa mbak ita selalu egak peka...

"iya... rumah sakit mana?"

"rumah sakit hopeles mbak, tapi egak usah kesini mbk. ini mau pulang. mbah udh ditanganin. tinggal ambil rosen sama ngurus admintrasinya" ucapnya

"terus siapa nanti yang jemput mbah. biar aku kesana"

"saya tadi sama pak slamet. jangan khawatir. besok ajah ke rumah mbak. udah malem."

"iya... aku ke rumah mbah sekarang. tolong jaga mbah ya mbak..."

hp langsungku matikan. egak banyak gaya, aku langsung chat anak orang yang menjengkelkan. siapa lagi yang punya apaterment yang aku tumpangi untuk tidur semalam. bos dari segala bos. si Bagas.

~sori, ada urgent di rumah. aku harus pulang. besok aku kabari. aku benar- benar minta maaf, kalau habis ini aku susah dihubungi. bener-bener penting. bye... ~

----------------------------------------

dalam perjalanan aku berdoa terus menerus. dan selalu mengatakan kata seandainya. iya, "seadainya" aku tetap di rumah pasti mbah putri akan baik-baik saja.

dan benar saja, hari ini memang apapun yang aku lakukan tidak baik baik saja. mobil yang kupakai tiba-tiba mengeluarkan asap. segera ku parkir darurat di pinggir jalan. segeraku cek bagian kap mobil.

parah, parah banget. aku egak tahu apa-apa. mana yang ngeluarin asapnya, semua tampak mengeluarkan asap semua.

aku kembali ke dalam mobil untuk mencari hpku, ku cari-cari tidak kutemukan. tasku juga egak ada. aku sedang kalut. berusaha untuk tenang, kuhembuskan nafas berlahan-lahan. tiba-tiba ingatan ceroboh menghentikan metode pernafasan perlahan yang sedang kulakukan. saat selesai ngasih kabar ke bagas, aku membuang hp sembarangan entah disofa entah sudah tergeletak tak berdaya ke lantai. astagaaaaaa...

paraaaah.... bawa cuma dompet.

kuliat, sebelah kanan jalan ada sawah. liat kiri, jalan raya. sekitar 700 meter udh sampai komplek perumahan, tapi harus masuk sekitar 2.1 km lagi nyampek rumah embah. kalau aku jalan kaki butuh berapa lama ya....?ketika otak sedang menghitung, tiba-tiba saja

jederrrrrrr....

langit sama sekali tidak berpihak kepadaku.

suara itu, menandakan hujan lebat akan datang. dan benar saja.

sekarang aku terjebak.ku hembuskan nafas putus asa. saat seperti aku berharap jodohku menolongku.

kalau gini ajah nyariin jodoh, kalau di ajak nikah langsung kabur. hahaha, aku hanya tertawa terpaksa.

tok..took..tok..

"mbak, mobilnya ngelurin asap" suara seorang berhasil membuat jantungku tak berdetak sedetik, dan "monyet loo" saking kagetnya, aku terbetur atap mobil. ingin berkata kasar, tapi sudah keceplosan.

ku turunkan kaca mobil 3/4, karna ada rasa takut.

"mbak, mobilnya ngelurin asap. mendingan keluar mbak"

"ujan pak"

kuperhatikan bapak bapak itu. dia turun dari motor. dan melepas jas ujannya, dan berjalan mendekatiku.

tok..tok..tok.. "turun mbk, pakek ini"

gara-gara bapak itu melepas jas ujannya aku tahu, ternyata dia seorang tentara. karena dia sedang memakai seragam tentara. ku beranikan jiwa ragaku. aku membuka pintu mobilku dan menerima jas hujannya.

"udah lama di dalam mobil mbak?"

"belum.."

"kalau gini jangan didalam mobil, takut ada gas beracun..." aku seperti diomeli ayahku, masih banyak omelannya aku hanya diam tertunduk sambil memakai jas, dia juga membantuku mengenakan.

asataga... kenapa jas hujan serumit ini di kala hujan.

selesai memakainya, ku pindai bapak ini dari bawah sampai atas, mataku melotot sampai hampir lepas. bukan bapak-bapak, ternyata mas ganteng yang dateng dari tetesan hujan (karena lagi hujan).

"rumahnya dimana, mbak?" tanyanya, pasti aku ketahuan liatin dia tak berdaya ini.

"pondok asri mas eh pak.."

liat... dia tersenyum satu setengah cm,

"saya belum jadi bapak, jadi panggil ajah mas ajah. biar saya antar. gimana? kebetulan rumah saya di komplek itu"

kutatap tak percaya, inikah namanya

bantuan dari langit.

"egak ngerepotin mas?

"hayuk" di udah pasang badan di motor. udh siap-siap berangkat. tak banyak pikir aku naik motornya.

saat perjalanan, terasa dingin, tapi hangat. hening tapi berisik. detak jantung ini terus memompa lebih cepat tiap detikya. apa aku sakit? apa takut? nervous? aku berusaha menenangkan diri, tapi setelah pikir-pikir....

kenapa pria ini egak asing ya...

who is he???