"Selamat pagi, Nona Hester. Apakah Anda ingin sarapan?" Gob membawa senampan sarapan. Salad dan beberapa roti tawar beserta selai. Sereal, serta susu segar. Apa pun itu yang dia tahu jika makanan itu adalah kesukaan dari Grace.
Grace yang saat ini tengah menyisir rambutnya hanya diam, bahkan dia melirik pada makan malam yang ada di atas meja. Semuanya masih utuh, tak tersentuh, dan ini sudah hampir seminggu Grace menyiksa dirinya dengan seperti ini.
"Nona Hester, jika Anda tidak ingin makan, setidaknya minumlah susu hangat ini. Setidaknya untuk tenggorokanmu agar basah. Tidak makan dan tidak minum bukanlah cara yang tepat untuk Anda agar bisa pulang. Sebab itu adalah hal yang tidak mungkin terjadi bagi Tuan Kyle. Dari pada Anda mati dengan cara mengenaskan karena tidak makan dan kelaparan, sehingga membuat adik laki-laki Anda menjadi sendirian di dunia ini. Bukankah lebih baik jika Nona Hester menjadi lebih sehat? Setidaknya kumpulkan tenaga dulu, untuk keluar dari sini pikirkan jalannya pelan-pelan. Saya hanya ingin mengatakan jika, Tuan Kyle tipikal orang dengan watak keras yang tak bisa dibantah oleh siapa pun. Jika ingin mengambil hatinya dan bisa kembali pulang, luluhkanlah hatinya, dapatkan simpatinya. Setelah Nona berhasil, maka ke mana pun dan apa pun keinginan Nona Hester akan terkabulkan tampa berpikir lebih dahulu," setelah mengatakan itu, Gob mengambil nampan yang berisi menu makan malam semalam, kemudian dia menggantinya dengan menu sarapan yang baru.
Gob tampak memiringkan wajahnya, dia kemudian tersenyum saat tahu jika Grace melahap sarapan itu dengan sangat rakus.
Sementara itu Nicholas tampak duduk sambil bertopang dagu, dia melihat pantulan wajahnya di cermin setinggi badan yang ada di hadapannya. Rahangnya mengeras setiap kali dia melihat wajahnya, untuk kemudian dia melempar gelas kristal yang masih berisikan wine pada cermin itu sampai cermin itu hancur berkeping-keping.
Marvin yang baru saja masuk ke dalam ruangan Nicholas nyaris melompat. Mendengar suara cermin terpecah dengan sangat sempurna. Kemudian dia melirik pada sosok yang ada di depannya. Nicholas mencengkeram keras pisau samapai tangannya berdarah.
"Apa yang sedang kau lakukan, Nick? Kau ingin melukai dirimu sendiri?" Marvin langsung mengambil pisau itu, hingga Nicholas mengerang. Untuk kemudian dia membuang pisau itu ke sembarang tempat. Dia langsung mengutus anak buahnya untuk segera membereskan apa yang telah terjadi sekarang. "Apa yang terjadi kepadamu? Apakah ini karena Nona Hester itu? Jika iya kau benar-benar sudah gila, Nick!" marah Marvin lagi. Rahang Nicholas mengeras tapi dia tak mengatakan apa pun juga. Seolah diam menjadi harga mati yang harus ia bayar sekarang.
Marvin duduk di kursi yang berada di depan Nicholas, kemudian dia membusungkan dadanya. Memandang Nicholas yang raut wajahnya benar-benar tak terbaca sama sekali.
"Nick, dengarkan aku. Kau adalah orang yang paling berkuasa di negeri ini, Bagaimana bisa kau lemah hanya karena seorang gadis kecil seperti Nona Hester. Kau--"
Brak!!!
"Diam kau, Marvin! Berhentilah mengatakan apa pun yang membuatku menjadi semakin emosi!" marah Nicholas pada akhirnya. Marvin tampak menelan ludahnya dengan susah kemudian dia mengangkat tangannya, saat Nicholas menodongkan pistol kepadanya.
"Lantas permasalahan apa yang membuatmu risau, Nick? Apakah karena luka di wajahmu itu?"
Nicholas langsung terdiam saat Marvin mengatakan itu, dia kemudian meletakkan pistolnya di atas meja. Marvin memandang pistol itu sambil menghela napas leganya. Setidaknya dia tak menjadi korban atas kemarahan seolah Nicholas Kyle untuk sekarang.
"Aku takut jika Grace melihat wajahku ini apakah dia akan ingat," gumam Nicholas. Mata kelamnya seolah kembali pada peristiwa beberapa belas tahun yang lalu, saat ia pertama kali terjun di dunia ini di usianya yang masih belia. 18 tahun, seolah cukup membuatnya menjadi seorang pembunuh berdarah dingin. Bukan hanya membunuh binatang, faktanya Nicholas Kyle pun telah membunuh banyak orang. Tak peduli orang-orang tersebut bersangkutan dengan misinya atau malah tidak sama sekali. Yang menjadi tujuannya hanya satu, dia bisa menjadikan dirinya menjadi penguasa nomor satu di dunia. Sama seperti mimpi ayahnya dulu, sebelum ayahnya dibantai dengan cara menyakitkan di depan mata dan kepalanya sendiri.
Sial! Setiap kali Nicholas mengingat hal itu, bergemuruh di dadanya selalu terasa menyakitkan. Bahkan dia sendiri tak tahu, harus berbuat apa untuk membuat hati dan dadanya tenang. Dan bahkan dia telah menorehkan luka yang sama pada seorang anak yang orangtuanya telah dia bunuh dengan sangat nyata, memperkosa ibunya, dan membuat kenangan paling pahit di dunia.
"Bukankah sedikit operasi bisa menghilangkan luka itu, Nick? Aku yakin Nona Hester tidak akan pernah tahu apa yang terjadi dulu. Sebab kurasa semuanya adalah masa lalu. Dengan kau terus membuat semuanya menjadi sulit, pasti juga akan membuat Nona Hester sulit juga. Perbaiki apa yang telah terjadi sekarang, kurasa kau bisa melakukannya, Nick."
"Dan luka ini juga kuperoleh karenanya," gumam Nicholas kemudian. Dia kembali menghela napas panjang, kemudian dia memejamkan matanya dalam-dalam. Semua kenangan itu tampak segar merasuki memori buruknya.
"Putuskan atau tidak sama sekali," kata Marvin kemudian.
Nicholas tampak menghela napas besar, kemudian dia memandang Marvin dengan mimik wajah tak terbacanya. Apa ini mungkin? Dia telah mendapatkan luka ini selama puluhan tahun. Bagaimana bisa dia memutuskan untuk merubah apa yang telah menjadi sakitnya? Karena luka inilah membuatnya selalu ingat dan berpikir untuk bisa berada di titik sekarang ini.
"Lakukanlah, apa yang menurutmu baik," putus Nicholas pada akhirnya. Dia tampak memejamkan matanya. Semua memorinya berusaha dia usung dengan begitu nyata. Nicholas tak menyangka jika dia akan berkata seperti itu lagi sekarang.
Marvin agaknya tercengang dengan apa yang telah diucapkan oleh Nicholas. Untuk yang pertama kali dalam sejarah seorang Nicholas Kyle pasrah dengan apa yang dia sarankan. Apakah benar ini Nicholas Kyle? Atau malah ini yang membuat semuanya menjadi lebih rumit. Ya, semua karena adanya seolah gadis kecil beranama Grace Hester itu. Yang berhasil membuat Nicholas Kyle tak berdaya seperti ini sekarang. Seperti seorang katak yang merindukan rembulan, dia benar-benar telah tak berdaya oleh sosok bernama Grace Hester.
Entah bahagia atau sedih dia mengingat hal ini. Yang jelas Marvin inginkan satu hal. Yaitu Nicholas menjadi sosok yang lebih baik lagi. Nicholas menjadi selemah ini. Dia menjadi tak profesional sama sekali sekarang. Tapi di sisi lain, agaknya Marvin cukup bahagia karena dia bisa melihat Nicholas menjadi sosok manusia. Dia menggunakan hati, hati yang selama ini telah mati. Yang Marvin pikir jika selama ini Nicholas telah kehilangan hatinya juga untuk sekadar simpati kepada semua orang.
Lagi Marvin menghela napas panjang, kemudian dia melirik pada Nicholas yang kini sedang melihat luka yang ada di telapak tangannya.