Satu

"Kenapa ya?" Naya masih saja berpikir terus berpikir dan terus berpikir. Kenapa, mengapa, ada apa.

Kalian tau apa yang dipikirkan Naya!? Sesuatu yang sangat sulit dicerna oleh otak Naya Gracely, sebuah pikiran yang aneh menurut nya.

"Kenapa— harus aku? Kenapa gak adik aja?" Pertanyaan berulang keluar dari bibir Naya, ia menatap langit-langit kamarnya.

"Apa karna aku anak pertama ya? YAIYALAH Naya! Lu kan anak pertama bego pastilah lu yang bakal jadi korban, haha" Naya berbicara setengah berteriak.

Lalu Ia mengubah posisi tidur nya menjadi menyamping sambil memeluk guling kesayangan nya, Naya memeluk guling itu sangat erat.

Suara isak tangis pun mulai terdengar, terdengar seperti isak tangis yang berusaha  ia tahan namun gagal."Hiks..Ayah memang gak sayang sama Naya..h-hiks"

Nafas Naya terengah-engah karna tangisnya, mata Naya yang sedikit bengkak. Sempurna sudah esok ia akan diwawancarai oleh para kera .

Naya tidak bisa tidur nyenyak semalam, ia lebih banyak berpikir tentang ucapan ayahnya saat pulang sekolah kemarin.

"Sebentar lagi kau akan menikah dengan lelaki pilihan ayah"

"H-ha.." tak sempat Ayah Naya langsung memotong ucapan Naya.

"Jangan membantah! Ini pilihan terbaik untuk mu dan keluarga kita! Ikuti saja perintah ayah!"

"Ayah! tapi Naya tidak mau menikah dengan lelaki pilihan ayah, Naya itu sudah besar jadi Naya berhak untuk memilih pasangan ku nanti!" Teriak Naya, ia sudah tak bisa berpikir jernih.

"Ikuti saja perintah ayah! Ayah tidak mau mendengar ucapan mu lagi!" Ayah Naya berjalan menjauh dari hadapan Naya, Naya diam diam tak bergerak sedikit pun.

"Ah udah pagi lagi aja, eum–sekarang jam berapa?"tanya Naya tentu pada dirinya sendiri, ia menoleh kearah jam dinding yang menunjukan pukul 07.15.

Ia sudah telat 15 menit, bagaimana bisa? Padahal ia tak tidur sejak jam 3.

"Tujuh lewat lima belas, oke ini udah telat ini udah telat! Telat! Telat!TELAT NAYAAAA!"   Naya langsung berlari kearah kamar mandi untuk mandi coboi lalu ia segera memakai seragam, sepatu ,mengambil tas dan ponselnya.

"BISA-BISANYA GUA TELAT SIALAN!" Naya berlari menuruni tangga dengan cepat melewati meja makan yang disana terdapat adik tiri dan Ayah nya.

Fyi Naya tinggal bersama Ayah dan adik tirinya, oke.

♡♡✿ ♡♡

"Terimakasih pak" Naya turun dari mobil nya lalu berlari lagi untuk menuju kelas, mudah mudahan saja Bu Ina belum sampai.

Drrt drrt *hey, babe i love you

Suara dering ponsel Naya, Naya merogoh kantong lalu mengangkat telfon itu.

"Hallo ini siapa? Maaf saya lagi buru buru, nanti telfon lagi saja terimakas-"

"Anjing, ini gua Nay heh lu dimana? Gak masuk lu? Bentar lagi bu Ina datang kayanya, lu dimana?" Tanya Mira disebrang telfon.

"Gua lagi lari bangsat! Lu telfon harusnya ucapin salam bukannya ngumpat!" Balas Naya, ah kelas 12 ips sangat jauh Naya bisa saja mati karna kelelahan pikir Naya berlebihan.

"Lu juga ngumpat ya! Ya udah sih cepetan jangan banyak cincong lu"

Titt

"Sialan si mireh" Naya berlari lagi tinggal sedikit lagi ia sampai dikelasnya dan. .

Hap ia berhasil membuka pintu kelas, bisa Naya lihat teman temannya kaget saat melihat Naya berpenampilan acak acakan, ditambah nafas yang sudah sekarat.

"Hehe pagi semuanya" sapa Naya dengan cengiran manisnya beberapa saat sebelum ia jatuh.

"NAYA! INNALILAHI ASTAGFIRULLAH ALLAHU" Mira sang sahabat langsung menghampiri Naya yang terduduk lemas dilantai dengan hembusan nafas tak beraturan.

"Nay lu kenapa bisa telat?" Tanya Mira, Naya hanya memberi isyarat ✋ agar Mira diam.

"Diem Mir, gua. .gua. . pengen–"

"Pengen kentang?"

"—pingsan" setelah berucap seperti itu Naya langsung pingsang dilantai membuat seisi kelas panik, termasuk Mira tentunya.

"Eh eh, Nay bangun Nay ASTAGFIRULLAH"

"Woi bantuin gotong anjr, dikira si Naya gak berat apa" lalu dua orang lelaki mulai mengendong Naya ke dalam UKS.

"Naya ai sia teh kunaon anying? Ah maneh mah ngereuwaskeun wae ah, pikasebeleun maneh mah". Logat Sunda Mira sudah terdengar pertanda ia memang panik.

Mira ikut berjalan kearah UKS untuk menemani Naya yang sendiri disana, lalu Mira berterimakasih pada teman teman yang sudah membantu mereka berdua.

♡♡✿ ♡♡

"Sshht aduh kok malah mual ya?" Naya baru saja sadar dari pingsannya, ia terbangun sambil bertanya.

"Efek obat kali" kata Mira, Naya hanya         ber 'oh saja.

"Lagian ya Nay lu kenapa bisa telat? Tumben banget terus lu juga pake acara lari terus pingsan lagi lu kenapa sih?" Tanya Mira secara beruntun, Naya menghela nafas berat.

"Gak tau gua juga Mir" jawab Naya lemas, ia sendiri tidak tau pasti kenapa ia bisa telat.

"ANEH SIAA!"

"Siapa yang aneh?" Tanya Naya bingung.

"Ya elu lah, siapa lagi"

"Gua gak aneh kok Mir, cuma hena aja"

"Iya Nay iya" ucap Mira sambil memasang senyum tertekan, Naya malah nyengir bagai kuda.

"Mir.." panggil Naya.

"?"

"E-eum gini, misalnya nih ya misalnya lho."

Ujar Naya mengulang, Mira mengendus kesal. "Iya misalnya kenapa?"

"Kalau lu dijodohin gitu sama Om-om lu terima gak? Dan itu dikarenakan lu anak pertama, dan lu gak bisa tolak"

Mira mengetuk ketuk jarinya pada wajah, sambil berfikir sejenak untuk jawaban yang pas."Gua tolak sih, alasannya cuma karna gua anak pertama? Gua udah besar bisa cari pasangan sendiri yang seumuran, mana mau gua sama Om-om" jelas Mira namun Naya masih kurang puas dengan jawaban nya itu.

"Tumben banget lu tanya ginian! o-OH LU MAU DI KAWININ OM-OM YA?! NGAKU LU" teriak Mira membuat Naya gelagapan.

"Apaan sih! Lu berisik monyet! Diem ngapa ah"

"Hehehe, yang bener nih nay—" suara Mira berubah menjadi lebih serius kali ini. Naya menatap Mira.

"Lu mau dijodohin kan? Gak mungkin lu tiba-tiba tanyain hal kaya tadi, lu bukan tipe orang kaya gitu Nay. Jujur sama gua— lu dijodohin sama siapa?"

Mata Naya mulai berair, tubuhnya mulai bergetar kembali Naya menundukkan kepalanya agar tak terlihat kalau ia menangis."Nay.. Nay jangan sedih dong" Mira menggenggam tangan Naya bermaksud untuk menenangkan.

"M-mir.. masa gua nikah muda"

"Yaa jangan lah Nay, lu masih sekolah masa-masa nya senang senang"

"Tapi ayah gua Mir. .hiks. .hiks. .gua ga bisa tolak, gua harus gimana?!! Gua takut ga bahagia sama calon gua" pikirkan negatif tentang pernikahan muda langsung menyerbu otak Naya, hanya nilai negatif yang muncul didalam pikiran nya.

"Coba lu omongin lagi sama ayah lu, nanti gua yang bantu ngomong deh sama ayah lu. Udah jangan sedih dong Nay"

"Ya gimana gak sedih samsul–" Naya kembali sesenggukan membuat Mira susah menenangkan Naya, hingga. .

Tok tok tok

"Permisi, maaf menganggu" seseorang datang dibalik pintu, Naya dan Mira bingung kenapa ada adik kelasnya disini.

"Ada apa ya dek?" Tanya Naya pelan.

"Maaf kak, saya mau menyampaikan pesan dari kerabat kakak. Kakak bisa langsung pulang kak, karna kakak sakit jadi diizinkan pulang kak"

"Hah!?" Naya dan Mira saling bertatapan, ha? Siapa kerabat Naya? Siapa? Ya gak tau.

"O-oke dek thanks you-arigatou" adik kelas itu tersenyum lalu keluar dari sana. "Eh Mir emang gua punya kerabat ya?!"

"Gak ada deh Nay, sama Nay gua juga bingung" padahal Naya belum bilang kalau ia bingung. "Ayo kita balik aja" Mira tersenyum senang karna bisa bebas dihari ini, jadi ia tak perlu belajar hahaha.

"Indahnya hidup ini~" Mira bersenandung kecil sepanjang lorong sekolah, Naya melirik Mira. "Enak ya bu bisa ikutan bolos gini?"

"Oiya bu, enak banget"

••••

"Jaehyun. ." panggil Pria paruh baya, Pria yang sedang berjalan kearah sang anak.

"Ada apa? Papah tidak melihat saya sedang sibuk?" Sang anak yang bernama Jung Jaehyun menjawab sambil memandang sang Papah.

"kau tahu sebentar lagi akan bertemu calon istri mu?"

"hmm" jawab Jaehyun santai sambil menyilang kedua lengannya tanpa menatap Orang tuanya.

"Baguslah, tapi ingat Jaehyun jangan pernah menyakiti gadis itu walau kau tidak mencintainya." ingat Papah Jung.

"Ya saya tahu , Papah bisa keluar sekarang." ujar Jaehyun.

*.✧*.✧*.✧

sekarang Naya sedang berada didalam kamar Mira, kamar Mira sangat rapi menurut Naya berbeda dengan kamarnya. Naya merebahkan tubuhnya diatas kasur single milik Mira, menyalakan ac karna suasana panas.

oh ya Naya memilih untuk menginap dirumah Mira dari pada harus pulang ke rumah nya sendiri, kalian pasti tau alasannya.

"Naya makan dulu nak, ibu sudah buatkan kentang balado kesukaan Naya. yuk makan bersama" ajak Ibu Mira, ibu Mira sangat baik padanya Naya serasa mempunyai ibu.

"Iya buk, Naya mandi dulu ya buk." ucap Naya sambil mengambil handuk.

"yasudah ibu kedapur dulu ya" pamit Ibu sambil menutup pintu kamar Mira.

selesai mandi Naya segera berjalan kearah ruangmakan disamping dapur, disana sudah ada Ibu ,Ayah,dan Mira tentunya.

"sini nak makan bareng" ajak Ayah Mira, sedangkan Mira sedang menuangkan air minum.

" gak usah ditawarin si Naya mah, biasanya juga langsung srobot." kata Mira.

"hehe, kan kita bff Mir gimana sih lu"

"hush udah ayok makan". semua sedang menyantap makanan yang ada diatas meja, tidak ada yang membuka suara selain garpu dan sendok yang bertubrukan.

hingga bel rumah Mira berbunyi berkali kali membuat semua menoleh. "Ada tamu bu?" tanya Ayah Mira, Naya dan Mira saling bertatapan bingung.

"Siapa Mir?" tanya Naya penasaran, Mira hanya mengangkat bahu karna tak tahu. beberapa saat kemudian ibu datang kembali ke ruang makan.

Wajah Ibu sulit untuk dibaca, siapa tamu itu sebenarnya. "Naya. .Cantik ada yang mencari kamu nak, sana temui dia dulu"ujar Ibu Mira yang dibalas anggukan.

Naya menghampiri tamu yang ibu maksud, jujur ia tidak tahu siapa tamu yang sedang menunggu nya.

"e,eum mencari saya?" Tanya Naya sopan, ia memperhatikan Pria yang tinggi, gagah dan sepertinya ia orang kaya.

Pria itu berbalik yang langsung membuat Naya terkejut.