BAB 50: Seven Days of Flowers

Adelia berjalan dengan langkah ringan tanpa nyawa menuju flatnya, sambil mendengar ocehan Lisa yang tiada henti tentang rencana ia dan Justin berkencan nanti malam. Kedua gadis itu menenteng barang-barang belanjaan dari coles. Karena merasa depresi, Adelia berinisiatif membeli segala frozen food dan persediaan makanan yang kiranya bisa ia masak di microwave setidaknya sampai seminggu. Ia berencana dalam 2 minggu ke depan untuk hibernasi di kamarnya. Segala snack-snack tidak sehat sampai 2 botol wine sudah ia beli.

"Lis, aku ada sesuatu deh buat kamu. Parfum lagi. Kamu mau kan? Aku udah gak pake lagi. Kebetulan kemaren di kasi temen kado, tapi aku gak begitu suka wanginya. Lagi pengen ganti dengan aroma yang lain. Kalo kamu mau, cocok nih buat kencan nanti malam", usul Adelia dengan wajah tersenyum sumringah. Ia sedang menyembunyikan retakan-retakan hatinya. Lisa menyanyambutnya dengan begitu bahagia.

"Mau Del. Mauuu akuuuu! Kebetulan parfum dari kau yang kemaren udah pulak mau habis.", seru Lisa. Adelia mengangguk. Ia penasaran, bagaimana reaksi Justin bila tahu kalau Lisa memakai parfum lungsuran darinya. Tapi biarlah, Adelia sudah teramat geram. Walau ia tahu semua ini terjadi karena kegalauan hatinya yang terlalu lama.

Ketika kedua gadis itu memasuki flat 27, mereka terkejut dengan sebuah buket bunga yang begitu indah. Buket yang terdiri dari bunga Daisy berwarna putih dengan chrysanthemum ungu, tersusun rapi dengan bunga bunga baby breath di dalam sebuah keranjang kecil. Bunga daisy putih melambangkan innocent atau rasa tak bersalah, sedangkan bunga chrysanthemum ungu menggambarkan kejujuran. Apa maksud dari buket bunga ini? Siapa yang mengirim?

"Hatiku terluka karena menyakitimu. Tolong tutupilah dengan maafmu. Aku memohon ampun Princess Adelia"

Sebuah kartu bernuansa ungu cantik tersemat di antara buket bunga itu. Adelia paham siapa yang telah mengirimkannya. Hanya ada 1 orang di dunia ini yang memanggilnya Princess Adelia.

"Ya ampun, bagus kali bunganya Del. Ini dari Hisyam. Ih, kalian romantis kali pun kalian ya. Jadi iri aku. Ah sudahlah, untung udah ada pacarku. Nanti kumintak jugak dia belikan aku bunga kek gini. Tapi kok minta maap dia Del? Apa salahnya?", tanya Lisa. Adelia hanya tersenyum lirih. Saatnya menyingkirkan bunga ini, pikir Adelia yang tengah bersiap-siap memanggang rangkaian bunga itu di balkon yang panas terik.

"Eh eh eh bunga dari siapa tuh?", tanya Maretha yang semena-mena mengambil kartu kecil itu dari tangan Lisa. Ia membacanya dengan keras. Bastian yang berada di belakangnya terbelakak melihat rangkaian bunga itu, tapi lebih kaget lagi karena melihat pacarnya dengan usil dan lancang mengambil kartu dan membacanya.

"Maretha gak sopan!", hardik Bastian. Maretha mendelik ke arah Bastian.

"Sayang, aku cuma mau liat, lagian bunganya cantik banget. Putih ungu gitu. Tapi kok kartunya tulisannya sorry. Eh ini bunga mau dibawa kekamar?", tanya Maretha.

"Enggak, mau dibuang?" Jawab Adelia yang kontan membuat Maretha dan Lisa mendelik. Bastian bernafas lega. Ia kira Adelia akan luruh hanya dengan sebuket bunga murahan seperti itu, dan akan memaafkan perbuatan Hisyam.

"Eh jangan, sini buat aku aja", kata Lisa. Adelia langsung menyerahkan buket bunga itu, dan langsung berjalan memasuki kamarnya. Bastian mengikuti langkahnya dengan ekor matanya. Ia tidak bisa membayangkan perasaan Adelia sekarang. Setelah babak belur disakiti oleh Hisyam, dan sekarang melihat cowok yang ia sukai justru pacaran dengan sahabatnya.

"Ok, ini semua untuk kamu Lis", kata Adelia sambil memberikan paperbag putih yang berisi 3 parfum baru dan 1 parfum yang sudah tinggal setengah. Semua dari merek dan wewangian yang sama.

"Ih serius buat aku semua ini? Ih makasi kali loh wak. Suka kali aku sama wanginya", kata Lisa setelah mencium aroma parfum dari tutup botolnya. Lisa tersenyum, mencoba bahagia. Setidaknya sekarang ia harus bisa benar-benar move-on dari Justin. Tidak ada dalam kamusnya menjadi perusak hubungan orang lain.

Day 2: Adelia baru saja pulang dari kampus, ketika ia mendapati buket bunga yang kedua. Buket itu muncul hanya 2 hari setelah bunga putih ungu yang di bawa pergi oleh Lisa. Adelia belum pernah melihat rangkaian bunga yang terdiri dari bunga Salvia berwarna ungu sebelumnya. Ternyata bunga ini memiliki arti yang mendalam: Thinking of you atau memikirkan kamu. Adelia tergidik membaca kartu yang tersemat di rangkaian bunga itu.

"There are days where I am not with you, but none of a second, I didn't think about you. You are always on my mind, my Princess"

Ada hari-hari dimana aku tidak sedang bersamamu, tapi tidak ada sedetikpun, aku tidak memikirkanmu. Kamu selalu ada di dalam pikiranku, tuan putriku.

Adelia langsung membawa karangan bunga gila itu ke balkon flatnya. Ia kembali ke kamarnya dan menenggelamkan dirinya bersama jurnal-jurnal Public Relations. Ia ingin mengalihkan pikiran dan emosinya untuk mencicil atau bahkan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan para dosennya. Adelia melihat deretan tugas-tugas yang sudah ia print sebelumnya atas masukan dari Gavin. Ia bangga karena sudah banyak yang ia "coret" dari daftar itu. Hanya perlu membaca berpuluh-puluh kali dan merevisinya sempurna.

Day 3: Adelia memasuki flat 27 dalam keadaan super lelah. Setelah kuliah, ia mengadakan diskusi kelompok dengan 3 orang teman sekelasnya, demi menyelesaikan sebuah penelitian kecil. Untung saja salah satu temannya itu membawa mobil dan mengantarkannya langsung ke flat pada pukul 10 malam. Betapa terkejutnya Adelia mendapati Maretha dan Bastian yang sedang memegang sebuah buket bunga lagi, hanya 3 hari berjarak dari bunga Salvia yang lalu. Dan sekarang, sebuah rangkaian bunga Carnation berwarna pink, atau bunga anyelir. Arti terselip dari rangkaian bunga anyelir adalah : I will never forget you, atau aku tidak akan pernah melupakanmu.

"Hey, Adelia, dengar nih bunyi kartunya, Bila kita bersama, atau terpisah, kau adalah yang pertama di fikiranku, kau adalah yang pertama di hatiku.... Ah so sweet banget ga sih? Bastiannn kapan donk kamu mau ngasi bunga untuk aku? ", kata Maretha sambil membaca kartu kecil itu.

"Maretha, aku uda bilang bolak-balik, gak sopan bongkar-bongkar barang milik orang lain", hardik Bastian.

"Loh, wong bunganya literally ada di atas meja makan. Kartunya kebuka. Siapa aja bisa baca.", kata Adelia sambil menyematkan kembali kartu itu ke rangkaian bunga keranjang itu. Adelia kontan menyambar karangan bunga itu, dan seperti karangan bunga sebelumnya, ia letakkan di balkon. Bunga salvia kemaren sudah mulai melayu berkat panasnya kota Perth di akhir Februari.

"Kamu udah makan Del?", tanya Bastian ramah. Pertanyaan cowok itu membuat Adelia bahkan Maretha terkejut. Adelia menjadi kikuk, sebaliknya Maretha menjadi emosi.

"Erhm, sudah tadi sama temen-temen kelompok. Aku pamit dulu ya, ada banyak tugas", pamit Adelia sambil mengangguk ke arah Bastian dan Maretha. Tampak Adelia lelah dan sedih. Entah apa yang ada di dalam kepalanya, tapi Bastian yakin saat ini ia tidak ingin membaginya.

"Ngapain sih kamu sok ramah banget sama dia", sayup-sayup Adelia dapat mendengar Maretha menghardik Bastian. Adelia cepat-cepat masuk ke dalam kamarnya.

Langsung, Adelia kembali membuka laptop, menyusun buku-buku dan mulai membuat outline untuk salah satu tugasnya yang baru saja diberikan oleh teman sekelompoknya. Ia beruntung, di saat-saat seperti ini, justru otaknya berjalan dengan baik di jalurnya. Seakan ada dendam yang membara, membuat ia ingin menunjukkan kepada banyak orang bila ia lebih dari seorang cewek galau karena laki-laki. Ia juga bisa punya prestasi. Kemana saja Adelia selama ini???

Day 4: Adelia baru saja bangun dari tidur paginya. Ia baru saja terlelap pukul 5 pagi setelah menyelesaikan sebuah artikel 3000 kata. Ia sampai lupa entah berapa belas jurnal yang ia baca malam itu, dan berapa kertas yang ia print, coret, print coret sampai akhirnya menghasilkan "karya" yang indah itu. Dalam satu malam saja. Ia baru saja akan menyambar sarapannya di kulkas, ketika seorang kurir bunga memencet bel sambil memegang karangan bunga keranjang lagi. Hanya berjarak 3 hari dari bunga anyelir. Kali ini adalah rangkaian bunga mawar merah, yang mungkin berarti I love you. Ini bukan mawar merah pertama yang pernah Adelia terima.

"Someone loves you this much, this is already the 4th flower in the last 2 weeks (Seseorang begitu mencintaimu, ini adalah bunga keempat dalam 2 minggu ini)", kata sang kurir ramah. Adelia menggangguk sambil tersenyum ramah kepadanya. Adelia melirik kartu kecil bernuansa merah dan hijau.

"Sebanyak apapun aku katakan bahwa aku cinta kau, sesungguhnya aku mencintaimu lebih dari itu, my princess"

Adelia merasa muak. Iamenghempaskan karangan bunga itu langsung setelah sang kurir tidak terlihat lagi di depan pintu kaca itu. Namun tiba-tiba Bastian muncul di balik pintu kaca itu, secara tiba-tiba. Mereka saling bertatapan, terpisah oleh pintu kaca. Bastian urung memencet bel atau meminta Adelia membuka pintu, begitu juga Adelia. Ia urung membuka pintu itu dan menyambut calon suaminya itu untuk masuk ke dalam flat 27. Mereka hanya terdiam terpaku saling memandang, seakan-akan mereka bisa berkomunikasi dengan baik seperti itu. Bastian melihat karangan bunga keranjang yang tergolek di samping kaki Adelia. Hemm, bunga murahan lagi, pikirnya.

Ingin rasanya Bastian memeluk Adelia, dan meringankan kesedihannya. Tapi saat ini, ruang geraknya sangat terbatas. Pada saat yang sama, Ingin rasanya Adelia menarik tangan Bastian dan meminta saran-sarannya. Tapi saat ini, tangan itu adalah milik orang lain. Tangan Adelia tiba-tiba ingin menggapai pintu dan membukanya. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan dan ceritakan kepada Bastian. Tetapi…

"Dreeettt", suara pintu Maretha terbuka.

"Eh kok pintunya gak dibukain sih?", tanya Maretha kepada Adelia. Gadis itu panik. Ia menoleh ke belakang dan melihat Maretha berlari kecil dari ujung koridor menuju pintu masuk.

"Eh iya tadi mau dibukain, tapi kaget karena bunga ini jatoh", katanya berbohong. Alih-alih membuka pintu itu, Adelia malah memboyong karangan bunga mawar itu dan lari ke dalam kamarnya, dan meninggalkan Bastian yang masih berdiri di luar, dan Maretha yang berjalan menuju pintu masuk.

"Dasar gadis sinting", komen Maretha. Bastian hanya mampu terdiam iba. Haruskah ia cek keadaan Adelia? Sudah lebih dari 2 minggu gadis itu seperti mengurung diri di Kamarnya. Wajahnya sudah setengah zombie. Menurut cerita Maretha, ia bahkan jarang memasak lagi. Hari-hari ia hanya makan roti gandum, dengan keju dan saus sambal. Pagi, siang dan malam. Tidak heran tubuhnya terlihat lebih kurus.

Day 5: Sebuah karangan bunga dari tulip berwarna merah dengan tulisan di kartu: I love you. No one can love you like I do.

Seperti karangan bunga yang lain, Adelia menjemurnya di Balkon. Kotoko dan Diva yang menyaksikan perubahan Adelia, tidak berani untuk bertanya lebih lanjut. Mereka hanya memberikan dukungan kepada gadis itu dengan mengantarkan snack sehat, jus, atau mengantarkan makan malam yang layak ke kamar gadis itu. Namun Adelia belum bergeming, ia belum mau berbicara. Mereka membiarkannya dulu.

Day 6: Sebuah karangan bunga dari Bunga Salvia merah, yang mengandung arti Forever mine, dengan tulisan di kartu: "Cinta susah di dapat, cinta susah untuk di jaga, cinta susah untuk dilupakan. Tapi selamanya, kau adalah milikku.

Adelia tergidik membaca kartu itu, Semakin lama, kata-katanya semakin psycho. Kembali, bunga-bunga itu bergabung bersama bunga-bunga lain yang telah layu. Bunga tulip yang muncul 3 hari sebelumnya, sudah sukses mengkerut tak berbentuk, apalagi bunga-bunga lainnya yang hanya tinggal keranjang.

Adelia kembali masuk ke dalam kamarnya, setelah menghabiskan waktu dari pagi hingga pukul 9 malam di kampus. Ada begitu banyak diskusi kelompok dan buku-buku yang harus ia cari di perpustakaan. Entah ia sibuk, atau ia sedang menghindari Lisa dan Justin. Ia mengendap-endap seperti pencuri, seakan-akan takut tertangkap basah 2 orang itu.

Ada 2 tugas lagi yang harus ia email malam ini. Adelia merasa cukup percaya diri setelah menghabiskan 18 jam untuk belajar dan 5 jam untuk tidur, dan 1 jam untuk mandi makan dan berjalan bolak balik ke kampus. Aktifitas lain tidak begitu penting. Ia harus memaksimalkan energinya untuk sesuatu yang produktif. Tidak Lisa, tidak Justin, tidak Hisyam, tidak Bastian, tidak ada siapa-siapa yang bisa membantunya kali ini. Ini adalah perjuangan dirinya sendiri. Tidak ada waktu untuk cinta-cintaan. Bukankah tujuannya ke Perth adalah untuk pendidikan???!

Day 7: Adelia baru saja akan berangkat ke coles untuk membeli persediaan makanannya yang benar-benar sudah habis. Tepat saat itu juga, ia melihat Justin dan Lisa, yang sepertinya akan menuju ke parkiran KV. Tampak mobil Justin terparkir di situ. Detik dimana Adelia mencoba menghindari keduanya, Ia mencoba untuk memutar balik dan sembunyi. Namun, seorang kurir bunga menyapanya. Sial!

"Hey you again, here is another flowers for you, from the same person. Ho ho ho. This is the 7th flowers. Woww you are such a lucky girl! (Hey kamu lagi, ini ada bunga lagi untuk mu, dari orang yang sama. Ini sudah bunga yang ke 7. Woww kamu adalah gadis yang beruntung!)", kata sang kurir. Adelia jadi serba salah. Berkat sang kurir, sekarang Lisa dan Justin berjalan mendekatinya. Mereka berdua tersenyum manis dan siap-siap menyapa. Sang kurir langsung pergi setelah menyerahkan sekeranjang bunga itu ke Adelia.

"Dari Hisyam lagi Del? Woww serius ini bunga yang ketujuh?", tanya Lisa keheranan. Sebuah rangkaian bunga keranjang dari bunga Peony atau botan berwarna pink yang sangat-sangat cantik. Bagi sebahagian, mereka akan melihat bunga ini identik dengan pernikahan, percintaan, romansa dan sifat pemalu. Bunga yang cocok untuk cinta-cintaan. Tapi pada jaman viktoria, ini bisa berarti anger atau kemarahan.

Adelia mengangguk dan mencoba mengutip kartu yang sempat terjatuh dari rangkaian bunga itu.

"Bila aku tidak boleh memiliki hatimu, tidak ada yang boleh memilikinya. You are forever mine"

.

Adelia meremas kartu itu tanpa sengaja, karena hatinya begitu tergetar. Bukan karena haru atau cinta. Tapi lebih kepada…ketakutan. Yah, sekarang Adelia merasa takut. Bulu kuduknya berdiri, seakan Hisyam ada di sekitarnya untuk memangsanya. Justin dan Lisa terkejut melihat sikap Adelia. Lisa baru saja akan beranjak merangkul Adelia, sampai…

"Bunga lagi Del?", tiba-tiba Maretha dan Bastian muncul dari belakang Adelia. Sekarang mereka berlima sudah berkumpul di satu titik, persis di tengah-tengah kompleks KV. Adelia menoleh ke samping, dan tampak Maretha dan Bastian berjalan mendekatinya. Adelia merasa terpojok. Ia merasa di tengah-tengah, seakan-akan di hakimi oleh semua orang.

"Bunga mulu, bunga mulu. Tuh balkon ampe penuh ama kerangjang. Udah buang-buangin aja kenapa sih?!", kata Maretha dengan sewot. Ia menuntun Bastian untuk berjalan kearah mobil cowok itu. Adelia menunduk, karena ia tahu Lisa dan Justin sedan menatapnya dengan penuh keheranan. Justin menatapnya. Menatap bunga itu, dan menatap kartu yang sedang ia remuk. Entah hati Adelia atau kartu itu yang lebih remuk. Semua orang berpasangan, semua orang begitu bahagia, kecuali Adelia.

"Kamu mau ke coles?", tanya Lisa. Adelia terdiam sebentar, kemudian ia menggeleng.

"Enggak...enggak jadi", katanya langsung berputar balik dan berjalan cepat kembali ke dalam flatnya. Tanpa ia sadari, sebuah mata elang dari balkon flat 25 sedang memperhatikannya. Ia berfikir, sudah saatnya mengunjungi Adelia. Hampir 3 minggu sejak kejadian "kekerasan" itu, dan mungkin Adelia sekarang sudah memaafkannya.