WebNovelKARASU6.58%

LOVE

Ia terisak sambil terus memeluk Sano dipangkuannya. Aku hanya bisa diam melihat pemandangan memilukan ini. seperti melihat drama romansa jaman dulu. Tapi, bukan berarti aku tidak tersentuh.

"Jangan menangis Miki" Sano akhirnya bersuara, dia masih bisa bernafas dengan baik meski aku yakin pandangannya sudah berkunang-kunang. "Harapan kita akan terwujud setelah ini"

"Bagaimana kau bisa seyakin itu Sano?! kau sekarat" Mikicchan mengusap airmatanya dengan kasar "Aku tidak bisa melanjutkan ini semua jika tanpa dirimu"

Aku merasa bersalah, kurasa mereka punya sebuah permohonan yang dibuat dari dasar hati mereka. Tapi aku menghalanginya.

Tunggu! apapun tujuannya, jika caranya adalah merebut milik orang lain tetap saja tidak bisa dibenarkan! aku hanya mempertahankan milikku.

Aku tidak salahkan?

Setidaknya mereka harus memberitahukan apa permohonan mereka, mungkin saja aku bisa membantu dengan cara lain, iyakan?

"Memangnya apa harapan yang kalian buat sampai harus berlaku kotor begini?"

Mikicchan menoleh dengan tatapan tajam, ia sangat membenciku. Aku paham itu.

"Diam kau!"

"Miki, mungkin saja dia mau membantu kita" Sano melihatku sebentar sebelum kembali menyandarkan kepalanya pada paha kecil Mikicchan. Mikicchan sendiri hanya terdiam, beberapa kali ia terlihat menghela nafas. Aku yakin saat ini, jujur adalah sesuatu yang begitu menyebalkan bagi Mikicchan. Karena para Owl selalu penuh kebohongan.

"Apakah jika aku menceritakannya, kau akan membantu kami?" Mikicchan mulai melunak

"Jika aku bisa"

"Aku punya sebuah permohonan egois. awalnya itu hanya ada di dalam pikiranku, namun ternyata Sano juga memikirkan hal yang sama" dia menggenggam tangan Sano, tangan mereka bertautan tampak tidak ingin melepas satu sama lain. "Kami ingin hidup sebagai manusia, dan hidup bersama"

Mikicchan tersenyum pada Sano yang juga tersenyum. mereka berdua seperti sebuah lukisan bagiku

"Aku ingin menghabiskan waktu bersama Sano, menikah dengannya, memiliki anak darinya, dan tua bersamanya, lalu mati dengan baik" Wajah Mikicchan terlihat begitu sendu. ini pertama kalinya aku melihat dan merasakan ketulusan dari seorang Owl.

"Aku ingin memberinya kebahagiaan, seperti yang manusia lakukan" suara Sano bergetar.

Mereka membangun sendiri harapan itu, mempelajari hal-hal yang mereka temui, meresapi setiap rasa yang mereka alami. Miki dan Sano, belajar memahami satu sama lain dan mencoba membangun kehidupan mereka. bukan hanya mengejar harapan-harapan sebelum mereka menjadi Karasu, yang bahkan mereka tak ingat. seperti aku.

Mereka hanya ingin bersama, menjadi makhluk paling rumit dimuka bumi ini agar bisa saling mengisi satu sama lain. Jika aku manusia, aku akan menyebut ini 'Cinta'.

"Apa yang bisa aku lakukan?" ya, apa yang bisa aku lakukan untuk mereka. aku lebih bertanya kepada diri sendiri. aku juga ingin mereka bersama, meski sebenarnya sedikit geram karena luka yang mereka buat masih terasa sakit sekarang.

Aku tidak mengerti sistem yang berlangsung di muka bumi ini tentang kematian. tapi yang aku tahu, mereka bisa bereingkarnasi setelah mereka mati. jika mereka berdua mati skenario terburuknya adalah mereka akan terpisah, bisa saja Sano lahir kembali sebagai manusia tapi Miki tumbuh sebagai bunga Tanpopo. Atau, jika mereka benar-benar menjadi manusia tapi ternyata mereka lahir di era yang jauh berbeda. atau .. ah sudahlah, takdir seperti itu bukan urusan ku. Tuhan sudah membuat skenario terbaik untuk mereka.

Mungkin ini adalah solusi untuk mereka. karena menjadi Owl dan merebut The Book of Joker milik Karasu lain tidak akan membuat harapan mereka terkabul. Mereka harusnya tahu, pertarungan antara Karasu dan Owl adalah tabu. Owl yang kehilangan The Book of Jokernya dan merebut milik Karasu lain, tidak dapat mengabulkan harapan apapun.

Shinigami telah mempermainkan mereka hingga sejauh ini.

"Aku bisa membantu" mereka serentak menoleh padaku "Aku rasa.." tapi aku tidak yakin yang kecil itu bisa menerima ideku.

"Bagaimana?"

"Aku akan memusnahkan kalian"

"Apa katamu?!" benarkan? Mikicchan menyalang liar melihatku, seperti banteng yang mengunci target serudukannya.

"Kalian akan bereingkarnasi.. terlahir sebagai manusia, lalu bertemu satu sama lain lalu hidup bersama" aku membicarakan sebuah fatamorgana. Kemungkinan itu jelas 1 banding 1000. "Lagipula Sano sebentar lagi kau kehabisan waktu" aku melihat kakinya mulai memudar, seperti ada serpihan-serpihan kecil yang beterbangan dari sana, yang terurai dari tubuhnya. begitulah cara Karasu dan Owl musnah.

"Oh! tidak! tidak!!!" Mikicchan memeluk erat Sano dan kembali menangis. "Jangan Sano!!"

Aku tidak perlu kesetujuan dari Mikicchan. bukankah mereka ingin bersama? artinya jika Sano musnah maka Miki juga harus musnah. Aku menembak Miki tepat di titik intinya, dia tertegun sejenak lalu melihatku dengan tatapan yang tak bisa aku pahami apa maksudnya.

Dia marah? tidak, kurasa tatapan itu.. dia kecewa.

Mereka berdua sedikit demi sedikit terurai, serpihan-serpihan itu seperti debu kristal yang beterbangan kemana-mana. Mereka saling memeluk satu sama lain.

'Lebih baik begini.. jika kalian tetap menjadi makhluk kelam seperti ini, harapan seputih apapun tidak ada gunanya. Harapan itu, akan tetap ternodai, kotor lalu musnah'

"Karasu.." suara Sano pelan menyadarkanku "Jika suatu hari kau memiliki harapan baru diluar dari harapan yang tidak kau ingat, apa yang akan kau pilih?"

Pertanyaan itu.. tidak pernah aku pikirkan sebelumnya. Benar! kami Karasu tidak mengingat harapan apa yang menjadi titik tujuan kami sebelumnya, tapi waktu yang kami lalui berdampingan dengan manusia, melihat mereka, mengerti mereka. Mungkin saja harapan baru muncul dan membuat ragu.

Tapi. .

Aku akan berusaha untuk tidak memiliki harapan baru apapun. Karena jika aku terjebak seperti Sano dan Miki, itu artinya permainan Shinigami berjalan dengan lancar!

"Aku akan berjalan lurus seperti yang seharusnya Sano. Jangan khawatir" aku mengibas-kibaskan tanganku padanya, dan dia tersenyum sambil terus memeluk Mikicchan tersayangnya.

"Maafkan kami ya" katanya.. wajah mengintimidasinya yang awal aku lihat ternyata tidak mencerminkan hatinya yang lembut. Seharusnya kita memang tidak boleh menilai dari penampilan luarnya saja ya.

Tubuh mereka sudah hampir semuanya terurai.. lalu sesuatu seperti kilas balik kehidupan mereka muncul pada pandanganku bagai film yang tampil pada layar proyeksi.

Semuanya tentang mereka berdua. ingatan tentang kehidupan mereka sebelum menjadi Karasu.

Miki adalah sebuah pohon Akasia besar yang tumbuh disisi sebuah lapangan sepak bola, dan Sano adalah seorang pelajar berbadan bongsor yang selalu membolos dan tidur dibawah pohon Akasia itu.

Miki, selalu terlihat rindang dan sejuk untuk Sano yang selalu terlihat damai dibawahnya. mungkin saja sejak saat itu cinta mereka telah tumbuh. Cinta yang tidak bisa bersatu..

"Semoga saja, setelah ini kalian bisa bersama"

aku mengatupkan tangan di depan serpihan-serpihan kristal terakhir mereka yang terbang dihempas angin. Berdoa agar mereka bahagia, dimanapun, kapanpun dan sebagai apapun nantinya.

***

Kelak 7 tahun dari sekarang Miki dan Sano akan lahir menjadi manusia. Miki lahir di Osaka dan Sano di Miyagi. Mereka akan bertemu saat usia mereka 18 tahun di Tokyo.

Setelah itu, Harapan mereka mungkin saja akan terkabul.

ya, semoga saja.

***