Spesial | Bunga untuk Bram (Bromance)

Bunga untuk bram 

"Ini bunga untukmu".

Seorang Pria mengenakan jacket hitam membawa sebuket bunga di depan sebuah nisan. 

Bramantyo Wiguna

Bin Wiguna Alberto

Lahir 9 desember 2001

Wafat 20 Juli 2020

"Aku masih tidak percaya Kalau orang yang aku suka sudah pergi. Aku benar-benar….".

Air mata lelaki berjaket hitam itu menetes deras. Wajahnya begitu merah, dan dia sesegukan sambil menangis. 

"Bahkan saat kamu tlah pergi aku masih tidak bisa melupakanmu".

"Jadi mau kah kamu mendengar kisah kita lagi, yang selalu aku ceritakan padamu setiap kali aku datang kemari?"

April 2017

"Gooooooolllllll".

"Yah, selamat kepada kelas 11 ips 2 yang menyabet kembali juara 1 futsal, hei hei hati-hati Bram itu berat udah lempar aja langsung ke tanah". Beberapa murid tertawa mendengar Andini bicara. Andini yang merupakan salah satu siswi yang jadi Mc. Dan temanku yang sedang di bahas bernama Bram.

Kelas 11 ips 2 yang merupakan kelasku dan Bram memenangkan juara 1 futsal di antara semua kelas. Biasalah kalo habis ulangan kan ada lomba tuh. Nah sekarang si Bram lagi di Lempar-lempar ke atas sama anak-anak yang lain karena dia yang cetak gol

"Surya….. " Teriaknya dan aku hanya melambaikan tangan dan tersenyum. 

Bram menghampiriku dan aku mengacak-acak rambutnya. 

"Keren kan gue????"

"Iya elu dah paling keren. Buruan gih gnti baju futsal lu bau tau gak?".

Aku menutup hidung dan mengibas-ngibaskan tanganku di depan bram. 

Bram mendengus dan mencium keteknya. Kemudian dia nyengir dan "hehehehe iya juga ya agak bau hehehe".

Bram kemudian kembali ke kelas untuk mengganti bajunya dan aku tetap di Lapangan untuk melihat kelanjutan pertandingan yang lainnya.

Seorang teman menghampiriku. 

"Surya". "Ya apa?" jawabku sekedarnya. 

"Lu beneran gak gay kan??"

Aku tidak menjawab dan hanya memgernyitkan alisku. Kemudian aku menggelengkan kepalaku. 

"Ahh syukurlah". Bimo temanku menghela nafas lega sambil mengelus dadanya. 

"Memang kenapa?" Tanyaku penasaran. 

"Tadi anak futsal liatin elu sama Bram dekat banget mana lu elus rambutnya lagi, tatapan lu juga…. ". Sebelum Bimo meneruskan kalimat aku pun menyelanya. 

"Bram itu seperti adik gue sendiri, kami bersahabat, rumah kami juga berdekatan, orang tua kami saling bersahabat, jadi wajar aja kan kalo gue perlakukan Bram kayak tadi?"

"Tolong lu sampein ke anak-anak yang lain jangan nyebar gosip yang aneh aneh".

Aku meninggalkan Bimo dan kembali ke kelas. Sayup-sayup aku mendengar teriakan Bimo memanggilku. Tapi tidak aku hiraukan. 

Belum sampai kekelas, aku di tabrak oleh seorang siswi. Buku-buku yang di bawanya bertebaran. Aku pun membantu membereskannya.

Beberapa lembar kertas berisi tulisan yang tidak sengaja aku baca, sepertinya seperti cerpen atau novel, aku melihat name tag di dadanya. 

"Ahhh serena". Dia mendongak dan melihatku. "Yaelah Surya untung yang aku tabrak tuh kamu, bantuin beres-beres ya".

"Cerpen apaan ni???". Aku mengambil kertasnya. Serena menarik kertas yang akan aku baca. "Nanti aja kalau udah jadi baru kamu boleh baca".

Aku kemudian membantu membawakan buku-buku Serena sampai di kelas. Karena kelas Serena sebelahan sama kelasku, jadi gak ada masalah untuk membantunya.

"Eh gue denger-denger Maxi sama Gerry Pacaran ya?". Serena Nampak terkejut, dia menoleh kesana kemari melihat apa di sekeliling kami ada orang atau tidak.

"Aduh, kamu tau dari mana sih?". Aku pun menjelaskan yang aku ketahui kalua aku melihat Maxi dan Gerry berciuman di belakang sekolah dan mendengar mereka bahas tentang mau malam mingguan.

"Aku harus beritau Gerry dan Maxi untuk lebih hati-hati, ahh iya aku harap kamu gak kasi tau siapapun ya kasian kan mereka". Pinta Serena.

"Tapi emang Laki-laki bisa pacaran ya?". Aku berfikir bahwa  pacaran itu hanya untuk anak perempuan dan anak laki-laki. Lagi pula kalau pacaran sesama jenis bukannya bakalan dosa.

"Bisa sih, itu tergantung mereka sendiri yang menjalaninya, aku sebagai sahabat mereka hanya bisa membantu sebisaku aja".

Tak terasa kami sudah sampai di kelas 11 Ips 3, kelasnya Serena. "Makasih loh Sur". "Iya,iya". 

Aku pun kembali kekelas dan kulihat Bram sedang molor selonjoran di meja dekat jendela.

Aku pun duduk di kursi dekat meja, aku bisa melihat jelas wajahnya yang polos saat sedang tertidur. Entah kenapa tanpa sadar aku menyentuh dan mengelus wajahnya. Aku merasakan desiran kebahagian di hatiku yang tidak bisa aku ungkapkan dengan kata-kata.

Aku merasa Bahagia dan senang saat menyentuhnya dan berada di dekatnya. Kebetulan di kelas kami hanya berdua.

Tiba-tiba dia membuka matanya, Dia tidak menolak sentuhanku, aku berfikir apa ini wajar atau tidak.

"Gue mau pulang, udah bosen, ayo pulang kita main PS berdua". Akupun menyetujuinya dan meminta izin pulang lebih awal, karena di sekolah pun tidak belajar dan hanya nonton pertandingan antar kelas kami pun di perbolehkan pulang oleh guru.

Aku dan Bram pun pulang sekolah dengan mengendarai motor ninja ku, Terkadang jika aku mengendarai motor dengan kencang dia akan memeluk pinggangku. Anehnya aku tidak merasa risih, aku merasa menyukai itu.

Setibanya Dirumahku, Kami pun mandi dan berganti Pakaian, Tidak heran kami sering bertukar Pakaian karena tubuh kami yang hampir sama.

Seperti biasa kami pun main PS setelah makan siang, kebetulan memang di rumahku tidak ada orang selain pembantu, sehingga kami hanya makan berdua.

Kami bermain seperti Biasa tapi yang anehnya adalah Bram menjadi lebih manja dengan duduk di pangkuanku. Aku pun melingkarkan tanganku di sekitar pinggangnya karena harus memegang stick.

Aku terus-menerus kalah karena tidak bisa berkonsentrasi dengan baik.

"Surya, kenapa lo kalah terus, gak konsen ya?". Dia pun menggerak-gerakkan pinggangnya sehingga kami bersentuhan lebih intens.

"ehh bram jan main-main, lu ngegodain gue terus dari tadi ya". Aku pun tak mau kalah dan mempererat pelukan ku yang sebelumnya memegang stick.

Ujung-ujungnya kami saling becanda, menggelitik, dan kemudian aku berada di atas tubuh Bram, memperhatikan wajahnya yang cukup manis.

Bram memiliki kulit kuning langsat, beralis tebal dengan garis wajah yang jelas, bulu matanya pun lentik. Hanya saja dia lebih kurus dan pendek dariku.

"Berbahaya untuk bermain seperti ini Bram". Aku mengatakannya tapi Aku terpaksa menelan Salivaku saat melihat bibirnya.

Entah apa yang di pikirkan Bram, dia memelukku lebih erat seakan enggan melepaskanku.

"kenapa?" Aku bertanya

"Tidak tau, aku hanya ingin kita lebih dekat". Jawabnya. 

"Jika Aku menciummu, apa boleh?". Pertanyaanku hanya di jawab dengan Anggukan tanda persetujuan.

Aku mencium kening, mata, hidung, dagu dan yang terakhir adalah Bibirnya.

Itu hanya kecupan Ringan. 

"Apa rasanya Bram?". Dia meraih tanganku dan meletakkannya di dadanya. Aku merasakan debaran. "Ahh, aku juga". Aku meletakkan Tangan Bram di dadaku.

"Kita memiliki Perasaan yang sama". Ucap Bram dengan lembut di telingaku. Akupun mencium keningnya.

Aku mencium leher Bram dan menggodanya "Jadi sejak kapan kau menyukaiku?"

"Sepertinya sudah lama hanya baru aku sadari sekarang, bagaimana denganmu?".

"Sama sepertimu, jadi apa status kita sekarang". Aku memainkan rambut Bram dan memperbaiki poninya.

"Saudara yang saling mencintai?". "Baiklah"

Itu adalah hari yang paling membahagiakan untukku karena kami sama sama saling mengutarakan perasaan yang kami miliki satu sama lain. Kebahagiaan itu terus berlangsung lama hingga kami lulus SMA dan masuk perguruan tinggi hingga suatu hari kebahagiaan kami harus berhenti.

Juni 2020

Aku bergegas berlarian kerumah sakit dengan peralatan yang lengkap. Masker, Jaket yang tebal Hampir seluruh tubuhku tertutupi.

Aku ingin menemui seseorang,

"suster saya ingin masuk kedalam".

"Maaf tidak bisa pak, di dalam semua Pasien Covid, untuk sementara Bapak Hanya bisa melihat dari sini dan tidak bisa masuk".

Suster Rumah sakit menjelaskan bahwa aku tidak bisa memasuki Ruangan dan hanya bisa berkomunikasi melalui Pintu yang di beri Pagar dan Kami harus berada jauh dalam radius 3 meter. 

"Baiklah Suster saya minta panggilkan Bramantyo Wiguna". Suster yang memakai Baju Apbd lengkap dengan masker dan sarung tangan membawa seseorang di belakangnya. Dia mengenakan Masker. Dari matanya aku lihat dia benar-benar tidak sehat.

"Bagaimana keadaanmu Bram?". 

"Aku merasa tidak sehat, sebaiknya kamu tidak sering kesini, aku takut kamu tertular virus ini". Terlihat dia begitu khawatir kepadaku, padahal dia yang sedang sakit keras.

"baiklah asal kau berjanji kepadaku untuk selalu berkomunikasi". "Oke Bram, aku akan sering Wa, Vidcall juga jangan khawatir". Kami berbincang selama 5 menit dan Bram di bawa kembali ke dalam Ruangannya.

Hari demi hari berlalu dan kami hanya bisa berkomunikasi lewat whatsapp, facebook, terkadang kami hanya chat atau terkadang kami vidcall.

Hingga memasuki Bulan Juli keadaanya semakin memburuk dan membuatku khawatir.

Selama seminggu Kami tidak bisa berkomunikasi, Orang tua ku pun melarang aku untkuk bepergian karena Suasana Indonesia sedang genting karena Virus Corona. Banyak  yang Lockdown termasuk daerah tempat tinggalku

Tapi aku terus berkomunikasi dengan kedua orang Tua Bram, sehingga aku sangat tahu tentang keadaannya.

10 juli 2020 Bram mulai melemah antibody nya tidak mampu melawan sakit yang menghampirinya

13 juli 2020 Bram mengalami pneumonia berat

16 juli 2020 Bram di diagnosis terkena gagal ginjal

19 juli 2020 Bram memasuki Ruang UGD karena kondisinya yang sangat parah dan hampir tidak tertolong

20 juli 2020 Bram harus meninggalkan kehidupannya di dunia

Aku syok dan sedih berkepanjangan, terlebih aku tidak bisa melihat mayatnya di mandikan dan dikuburkan karena semua proses penguburan di lakukan oleh Tim medis Rumah sakit. Aku bisa melihat kesedihan dan tangisan dari kedua orang tuanya.

Aku merasakan apa yang mereka rasakan. Sedihnya perpisahan Bersama orang yang sangat kau cintai, sedihnya berpisah dengan orang yang kau sayangi.

--------

Januari 2021

"Bagaimana kisahku Bram, menyedihkan bukan?, Aku tidak bisa mengelus rambutmu lagi, aku tak bisa mencium keningmu lagi, yang aku bisa hanya mengelus nisanmu, membawakanmu bunga, mendoakanmu".

Wajah sembab surya begitu tampak jelas di wajahnya. Pria ini begitu sedih karena Kepergian Seseorang yang begitu berarti dalam hidupnya.

"Kau ingat kan Bram, Aku tidak Pernah melakukan lebih dari Menciummu, itu karena Rasa yang ada di hatiku begitu dalam, rasa sayang dan cintaku, aku tidak ingin mengotorinya dengan nafsu"

"Aku tau Rasa Cinta itu Datang dari Tuhan, dan Aku tau ini Cobaan dari Yang Maha Kuasa untuk Rasa Cintaku, Tapi Bram aku merasakan Rasa ini begitu tulus dari hatiku, Aku tidak mampu mencintai siapapun sebesar aku mencintaimu".

Surya kembali menangis sesegukan hingga bahunya bergetar.

"Jumat depan aku akan kembali lagi dan menceritakan kisah kita lagi, aku harap kau tidak akan bosan mendengarkannya".

Surya kemudian meninggalkan Nisan Bram dan berlalu pergi, meninggalkan Buket Bunga yang dia letakkan di atas Nisan tersebut.

End