Menceritakan masa lalu

Brukkk...

Ashley justru malah terjatuh tepat dipelukan Alfred. Dibalik topeng yang dikenakannya, Alfred tersenyum melihat Ashley yang kini berada dipelukan nya.

Hanya butuh waktu lima menit mereka berdua, selepas itu Ashley berdiri sembari mendorong Alfred.

"Gak usah deket-deket!" bentak Ashley pada Alfred.

Alfred melipat tangannya dan menatap kearah Ashley yang berdiri didepannya.

"Loh siapa yang deket-deket? jelas-jelas saya niat cuma nolongin kamu, kalau misalnya kamu gak saya tangkap, kamu bisa kepentok meja tuh," jawab Alfred dengan santainya.

"Ya enggak mungkinlah, aku kan bisa menghindar," Ashley memalingkan wajahnya. "Udah ah yuk jalanin tugasnya," Ashley berjalan meninggalkan Alfred yang masih berdiri dibelakangnya.

Alfred tertawa kecil melihat sikapnya yang benar-benar lucu. Baru kali ini ia bertemu dengan Agen CIA yang bersikap seperti ini padanya.

"Anak yang lucu," ucapnya.

Alfred pun mengambil pistol serta pelurunya lalu menyusul Ashley yang sudah lebih dulu berjalan meninggalkannya.

Mereka berdua masuk kedalam mobil yang sama. Alfred duduk di kursi pengemudi dan mengemudi mobil tersebut menuju tempat misi khususnya.

Diperjalanan, mereka saling diam-diaman satu sama lain. Namun Alfred sedikit-sedikit mulai mengajak Ashley bicara.

"Kamu anak tunggal ya?" tebak Alfred sepontan.

"Iya, kok bisa tahu?" tanya Ashley menatap kearah Alferd.

"Sudah keliatan dari gaya sikapmu," singkat Alfred.

"Oh begitu," singkat Ashley sembari mengangguk-angguk.

"Kalau boleh jujur, saya ngelihat sikap kamu itu jadi teringat dengan sahabat saya. Bahkan sudah saya anggap seperti adik kandung sendiri. Kami beda umurnya sepuluh tahun, dan kami berhubungan selama lima tahun saja," Alfred menceritakan masa lalunya.

"Terus apa yang terjadi setelah itu?" Ashley mulai mendengarkan kisah masa lalu Alfred yang cukup menarik untuknya.

"Kami berpisah karena penyebab status sosial diantara kami. Dia terlahir dan besar dikeluarga terhormat, sedangan saya dulu bukanlah terlahir dari keluarga yang terhormat. Melainkan keluarga seorang mafia yang begitu kejam. Orang tua kami lah yang memisahkan kami, mungkin jika kami tidak berpisah sekarang, kami sudah menikah kali," Alfred terus menceritakannya kisah masa lalunya.

"Hu kasihan. Memang perpisahan itu paling menyakitkan. Aku juga pernah merasakannya," ucap Ashley.

"Ya begitulah, tapi sampai saat ini saya belum pernah jatuh cinta dengan seorang wanita. Saya masih berharap bisa bertemu dengan dia dan menjalin hubungan spesial, membangun masa depan bersama anak-anak kami," begitu sedih kisah masa lalu Alfred, membuat Ashley pun ingin menangis.

"Hmm sudahlah, jangan sedih-sedih lagi. Lupakan masa lalu, sekarang tatap lurus ke depan," Ashley memberikan dukungan kepada Alfred

"Justru salah kalau kita melupakan masa lalu. Karena dengan adanya masa lalu yang pahit, kita bisa jadi begini. Bisa jadi orang yang sukses, tegar. Tidak seperti dulu," bantah Alfred.

"Iya ada benarnya juga sih," Ashley menundukkan kepalanya.

Saat sedang curhat mengenai masa lalu, tiba-tiba mobil Alfred berhenti mendadak. Membuat Ashley begitu terkejut.

"Astaga, ada apa?" tanya Ashley sembari menengok kearah kanan dan kiri.

"Bahaya!" tiba-tiba Alfred membuka pintu mobilnya. Membuat Ashley semakin heran. Iapun baru tersadar saat menatap kedepannya, sebuah mobil hitam berhenti tepat didepannya.

Terlihat Alfred berdiri didepan orang-orang yang awalnya berada didalam mobil tersebut.

"Ngapain disini, ha? jangan halangi jalan saya!" bentak Alfred dengan tegas.

"Weyyy santai bro, kita cuma mau ngingetin bahwa siapapun orang yang lewat sini, dia harus bayar uang. Atau berikan aja wanita cantik itu kepada kami," salah satu dari tiga orang yang berdiri didepan Alfred menunjuk kearah Ashley.

Alfred sempat melirik kearah belakangnya kemudian menatap kearah tiga pria berbadan besar itu.

"Kalau saya tidak mau bayar apapun ke kalian, bagaimana?" dengan santainya Alfred menjawab ucapan orang itu.

"Hooh jadi kamu menantang kami ya?!" ketiga orang tersebut menatap tajam kearah Alfred. Kemudian mereka menyerang Alfred secara sepontan.

Namun tidak mudah mengalahkan Alfred begitu saja apalagi mereka itu hanya seekor semut bagi Alfred. Dengan satu jurus yang diluncurkan oleh Alfred, ketiga orang tersebut langsung tumbang begitu saja.

Ashley pun keluar dari mobil dan terkejut menyaksikan pandangan tersebut. Begitu hebat Alfred menghadapi orang-orang itu.

"Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Ashley kepada Alfred.

"Aku baik-baik saja," singkat Alfred.

Ashley berjalan mendekati orang-orang yang baru saja dipukuli oleh Alfred. Ia mengacungkan pistol kepada ketiga orang tersebut, tak cuma itu saja. Ashley juga menendang perut ketiga orang tersebut.

Kemudian ia masuk kedalam mobil, disusul dengan Alfred.

Mobil yang dikendarai Alfred melaju kencang meninggalkan TKP.

***

Lima puluh satu menit kemudian...

Terlihat Alfred sedang memakan sebuah roti sandwich sembari mengawasi sebuah gedung tua didekat mobilnya. Sedangkan Ashley meminum sebuah Orange juice yang dikemas didalam kotak. Namun matanya ditutup oleh Alfred, agar Ashley tidak melihat wajahnya.

"Ini kapan ya kita mulai beraksinya?" tanya Ashley yang sudah merasa bosan berada didalam mobil.

Alfred memakai masker wajahnya lagi dan menengok kearah kanan dan kiri.

"Belum ada orang yang keluar," ucap Alfred.

"Oh, terus ini kapan aku boleh lihat ya? masa mataku ditutup terus," gumam Ashley. Alfred pun langsung melepas kain yang diikatkan di mata Ashley sehingga Ashley bisa melihat sekelilingnya.

"Tuh belum ada yang keluar, aku harus nyamar biar bisa habisi mereka semua. Oh ya sebenernya kamu itu nanti masuk dari jendela itu ya, tapi sesudah aku berhasil masuk kedalam. Paham?!" ucap Alfred. Ashley hanya mengangguk pelan.

Mereka berdua kembali mengawasi kondisi sekitarnya hingga seseorang keluar dari gudang tua itu berniat membuang sampah. Sepontan, Alfred langsung turun dari mobilnya begitupun dengan Ashley.

Kemudian ia memukuli orang yang baru saja keluar itu lalu memasukkannya kedalam mobil. Dan kini Alfred mulai menjalani misinya, begitupun dengan Ashley.

"Ashley, kamu hati-hati ya. Kita tidak boleh salah langkah, paham?!" ucap Alfred.

"Paham, kamu hati-hati juga ya," ujar Ashley yang dibalas anggukan.

Kemudian mereka pun berpisah. Alfred berjalan masuk melalui pintu gudang tua tersebut sedangkan Ashley melalui jendela yang terbuat dari kayu tanpa kaca.

Saat berada didalam gudang tersebut...

Alfred melihat orang-orang sedang berkumpul dan merencanakan sesuatu. Iapun berjalan kearah sana dan ikut bergabung membahas rencana yang dibuat oleh musuhnya.

"Oke pas, sekarang kita sudah bisa bahas rencananya. Menurut kabar yang didapat dari mata-mata kita, para Agen CIA sudah ada di jalan menuju sini. Jadi kita harus bersiap! jadi gini saya akan membagi tugas..." Edward pemimpin dari musuh Alfred itu memberitahukan tugas-tugas kepada anak buahnya masing-masing termasuk kepada Alfred karena dia tidak sadar dengan keberadaannya Alfred.

Alferd ditugaskan untuk membunuh Agen CIA yang dikirim untuk menyerang mereka, ternyata musuh yang dia lumpuhkan tadi adalah seorang pembunuh bayaran handal. Tapi dengan mudahnya Alfred melumpuhkan nya.