Namaku aira.
Kalau kau bertanya darimana asalku... ya, aku orang indonesia. Walaupun namaku tidak serupa dengan nama nama khas yang biasanya ada di negara itu, aku malah merasa bahwa diriku ini istimewa.
Sejak masuk TK, itulah yang kurasakan tentang diriku. Aku memang mudah menghafal dan mahir menyelesaikan matematika.
Bahkan teman sekelasku saat itu hanya terus bermain dan tidak menanggapi perihal belajar dengan serius. Aku sempat berpikir bahwa otak mereka aneh dan mereka tidak waras.
Orang tuaku sejak kecil selalu mengajariku untuk terus belajar dan tidak pernah berhenti untuk menuntut ilmu, aku sangat suka ideologi seperti itu. Aku merasa itu keren kalau aku tahu sesuatu yang orang lain tidak tahu.
Ketika ibuku memberikanku banyak buku tebal yang berisi banyak kata serta bahasa dan buku penuh angka. Aku tertarik untuk mendekati itu lalu membacanya.
Buku itu memang menarik, rasanya ada banyak hal yang bisa kau peroleh hanya dari beberapa kumpulan kertas bertinta itu. Dan dalam beberapa hari saja, dua buku setebal kamus itu berhasil ku simpan didalam otak kecilku.
Sejak saat itulah aku benar benar yakin bahwa diriku memang ditakdirkan untuk menjadi orang yang istimewa kelak.
Yah..
Itulah yang kupikirkan dahulu. Sekarang usiaku sekitar 22 tahun.
Tit.. Tit.. Tit.. Tittt..
Sekitar pukul 8 pagi, alarmku berbunyi seperti biasanya. Bagi beberapa orang, mereka memasang alarm untuk membangunkan diri mereka yang sedang tertidur lelap akibat kelelahan yang menerpa mereka di malam sebelumnya.
Namun jangan samakan aku dengan manusia rendahan seperti itu.
"Ya.. Aku tetap tampan seperti biasanya"
Itulah yang kukatakan saat menghadap cermin sambil merapikan dasi dan jas yang sudah ku pakai sebelumnya.
Alarm itu sama sekali tidak diperlukan untukku, aku menggunakan itu hanya sebagai contoh agar aku tidak mengikuti kebiasaan manusia rendahan yang bangun ketika alarm berbunyi. Atau alarm alami yang tiba-tiba masuk kedalam kamar sembari berteriak untuk membangunkan seseorang.
Sayangnya hal seperti itu tidak akan berlaku untukku, terlepas dari sifatku yang tidak akan bangun terlambat. Aku sekarang hidup sendiri di kediaman yang cukup luas pikirku.
Tempat ini bahkan mampu menampung 3-5 orang sekaligus. Keluargaku dapatlah dibilang sebagai keluarga terpandang, tapi aku tidak akan membahasnya lebih jauh.
Karena sekarang waktunya untuk bekerja. Akupun meraih tas kerja dan kunci mobil yang berada diatas meja kerjaku.
Dengan langkah tegap dan santai aku berjalan menuruni tangga menuju lantai satu. Dilihat sekilas, rumah ini memang terlalu besar jika hanya untuk ditempati seorang diri. Namun itu bukan masalah berarti bagiku. Baik lantai, jendala, maupun furnitur dalam rumah itu bersih tanpa debu.
Ya..
Aku tidak menyewa seorang pun pelayan untuk membersihkan rumah ini, aku lah yang melakukan semua nya seorang diri.
Kalian mungkin akan berpikir bahwa aku adalah perfeksionis, aku tidak keberatan tentang itu. Karena ayahku selalu bilang untuk selalu memastikan semua hal di sekitarmu terkendali. Aku tidak salah mengartikan maksud kalimat itu, tapi aku memang suka jika hal yang berhubungan dekat denganku itu terlihat indah dan bersih. Tapi aku menerapkan hal itu juga dilingkungan kantor tempat dimana aku bekerja.
Terkadang makhluk-makhluk yang seruangan kerja denganku itu terlihat mencemoohku dibelakang, dan kadang ada yang terang-terangan memusuhiku. Bukannya aku tidak menyadari semua hal yang terjadi itu, hanya saja aku sudah tidak mau berurusan dengan hal-hal seperti itu lagi.
Aku memiliki pengalaman buruk soal itu ketika SMA, ketika aku terus menerus meraih penghargaan, ada saja murid yang membenci raihanku itu. Awalnya kuhiraukan itu semua.
Namun lama kelamaan, semakin banyak prestasi yang kubuat.. semakin bringas kelakuan mereka. Awalnya itu semua hanya seperti pembullyan normal, mereka menyenggolku, lalu mengajakku ke sebuah lapangan, kemudian menyerangku secara bersamaan, dan aku tidak mampu melawan. Fisik ku sangat lemah, bukan berarti aku terkena suatu penyakit. Hanya saja aku memang jarang melatih tubuhku, aku terlalu terlena pada suatu buku hingga lupa bahwa aku hidup di dunia yang kejam. Kejadian itu terus terjadi berulang kali, sehingga menjadi beban mental yang cukup mendalam. Orang tuaku jarang pulang sehingga mereka pun tidak tau kondisiku, namun aku selalu berlagak hebat dengan tidak memberitahukan hal tersebut kepada orang tuaku.
Aku pun diam-diam belajar beladiri secara online dan membaca materi-materi tentang gerakan bela diri di seluruh dunia.
Oh iya, Ngomong-ngomong saat itu aku hanya seperti kutu buku yang menggunakan kaca mata dengan rambut klimis.
Setalah berhasil menguasai itu, aku pun mulai sombong kepada mereka, aku jadi teringat saat-saat ketika aku mengakui bahwa diriku ini istimewa.
Ketika esoknya aku di tabrak oleh preman sekolah, aku pun kembali dibawanya menuju sebuah lapangan. Tak luput pula dia membawa geng andalannya kesini.
Awalnya aku masih merasa takut ketika dikelilingi oleh orang-orang berbadan besar seperti ini, namun kuyakinkan diriku bahwa aku pasti bisa mengalahkan mereka. Akupun melepaskan kacamata yang ku pakai lalu melemparkan nya kebelakangku sembari melepaskan senyum penuh kesombongan.
Mereka memelototi ku dengan tatapan penuh amarah.
Padahal aku mengikuti gerakan ini dari komik jepang yang kubaca beberapa hari yang lalu.
Adrenalin ku terpacu, otot-otot ku seperti menegang dan bulu kuduk ku berdiri. Namun itu tidak berarti bahwa aku takut.
Yah.. aku sebenarnya takut sih waktu itu. Lagian ini pertama kalinya aku mencoba hal baru yang belum pernah kucoba.
10 menitan berlalu, 10 orang yang melawanku itu pun tumbang semua. Yap, aku lah yang mengalahkan mereka. Aku merasa bangga dan menyoraki mereka yang kalah dengan ungkapan kekesalan yang selama ini ku pendam.
Naas nya perilaku ku waktu itu terlihat langsung oleh kepala sekolah, sehingga aku benar-benar terkena hukuman yang berat bahkan aku sempat dilaporkan ke polisi oleh orang tua dari siswa-siswa tersebut.
Aku menjelaskan rincian masalah mulai dari awal hingga akhir, namun alibi 10 orang itu menang karena keterangan yang mereka ungkapkan sama dan berbanding terbalik dengan keterangan yang kusampaikan, dan sayangnya aku lah yang dinyatakan bersalah. Orang tuaku pun menyalahkan ku.
Mereka sempat mengalami patah tulang pada kaki dan tangan ketika bertarung denganku, jujur saja aku pun terkejut saat mendegarnya. Aku tidak menyangka serangan sepelan itu malah menghasilkan luka yang cukup parah walaupun tidak mengancam nyawa mereka.
Aku pun diskors selama 1 bulan, dan juga mendapat catatan buruk dari kepolisian. Aku pun mengutuk keras sistem kerja dunia ini, yang sebenarnya sangat tidak adil dan sangat tidak berpihak.
Yah itu masalah yang sudah lama berlalu, meskipun aku sempat terpuruk, namun aku tetap tidak menyerah untuk menuntut ilmu. Akupun pergi keluar kota untuk menghindari ingatan buruk soal kejadian masa lalu, kemudian aku mendapat pekerjaan disuatu perusahaan lalu beberapa bulan kemudian aku menjabat sebagai direktur cabang.
Akupun memasuki mobil lalu berangkat ke tempat kerjaku. Jarak nya tidak cukup jauh sehingga hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai ditempat.
Sesampainya di depan pintu masuk kantor, tidak ada yang menyambutku..
Yah itu sih biasa, akupun tidak terlalu memikirkannya.
Ketika aku hendak menuju ruanganku, ada sesosok wanita yang menyapaku.
"Selamat pagi pak direktur"
Dia adalah wanita dengan rambut hitam, dengan panjang rambut sebahu, dan dia terlihat sangat cocok dengan setelan jas hitam yang saat ini dia kenakan. Dia adalah sekretaris andalanku.
"Selamat pagi juga ria"
Akhirnya akupun membuka hati demi mempercayai rekanku yang satu ini, karena sungguh sulit untuk mempertahankan suatu jabatan tanpa mempercayai seorangpun. Sebenarnya aku tidak terlalu yakin bahwa dia adalah orang yang bisa dipercaya, namun seiring berjalannya waktu akhirnya akupun mempercayai nya.
"Bagaimana agenda hari ini? "
"Agenda hari ini adalah pak direktur harus pergi ke kota ******* untuk suatu keperluan pengembangan proyek"
"Kalau begitu mari kita berangkat"
Dengan penuh semangat, aku pun hendak pergi.
"? "
Hari ini dia terlihat aneh, sedikit terlihat kantong mata di wajahnya dan badannya sedikit gemetaran. Aku rasa dia sedang kurang enak badan.
"Ada apa, kenapa hanya diam saja ? "
"Aku t-tidak bisa ikut.. k-karena ada kerjaan juga yang harus ku kerjakan di ruangan ini"
Dia mengalihkan tatapan nya ketika membicarakan itu dan terlihat gugup ketika menjawab.
"Kalau begitu setidaknya temani aku sampai di tempat parkir, kau pasti bisa kan? "
Yah aku mengatakan itu, bukan berarti karena aku ini jones. Hanya saja aku ingin membahas beberapa hal mengenai pekerjaan selanjutnya sembari berjalan menuju parkiran.
"A-Ah.. Baiklah kalau begitu "
Sepertinya dia menyetujui nya, yah aku sih enggak memaksa. Mungkin dia ada rasa dengan ku hehe.....
Tunggu-tunggu.. Aku tidak akan begitu saja tertarik pada wanit--maksudku manusia rendahan seperti itu . Benar, aku manusia yang berbeda.. aku istimewa. HAHAHAHAHA. Kesendirian ini tidak akan menyakiti ku. HAHAHAHA
Selepas itu kami mengobrol mengenai pekerjaan sembari berjalan, keadaan tubuh dia masih sama seperti sebelumnya, aku bingung kenapa dia begitu aneh hari ini.
"Kita sudah sampai pak direktur, ini kunci mobilnya"
Dia kemudian mengulurkan tangan kanannya untuk memberikan kunci sebuah mobil.
"Baiklah"
Aku mengambil kunci mobil itu dengan tangan kiri karena tangan kananku kebetulan sedang membawa tas kerja.
Aku pun masuk ke dalam mobil itu, ria sempat seperti menjauh dariku saat aku sedang masuk ke dalam mobil. Kemudian aku lupa menyerahkan dokumen yang sudah ku bawa,, akhirnya ku panggil nama dia dari kejauhan.
"RIAAA,, AKU KELUPAAN MEMBERIKAN DOKUMEN INI. CEPATLAH KEMARI"
Mendengar itu dia pun bergegas kemari. Namun ketika aku melihat dia, dia berkeringat dingin. Dia seperti buru-buru ingin kabur karena hendak di mangsa, padahal aku bukanlah pria yang seperti itu. Dalam artian bahwa aku tidak akan melakukan hal aneh dengan sekretaris ku.
Sembari menyerahkan dokumen dengan tangan kiri, aku menggunakan tangan kananku untuk memasukkan kunci mobil kedalam lubang mobil untuk menyalakan mesin. Bukan berarti aku tidak sopan karena menyerahkan suatu dokumen dengan tangan kiri, hanya saja aku mencoba melalukan sesuatu seefisien mungkin.
Namun ketika aku melakukan itu, dia panik dan seperti hendak berlari menjauh.
Dan ketika sudah kunyalakan mesinnya...
BOOOOOMMMMMMMMM.
Yang kulihat hanyalah warna merah dan hitam, aku tidak merasakan apapun pada tubuhku.
Apakah itu berarti anggota tubuhku sudah tidak lengkap?
Apakah ragaku sudah mati rasa sepenuhnya?
Apakah jiwaku sudah meninggal kan ragaku?
Ah aku merasa menyesal.. Aku belum menikah dan terus menjomblo selama 22 tahun.
Aku terlalu asyik pada duniaku sendiri, aku merasa bahwa diriku istimewa dan mulai berlagak hebat saat SMA hingga membuat masalah.
Ah takdir sangat kejam. Kenapa kau melakukan ini padaku.
Yah mau bagaimana lagi.. semua hal sudah terjadi
Memang.... penyesalan selalu datang diakhir.
Kemudian yang kudapati hanyalah kegelapan total.