"Apa! "ucap Andin yang panik. Dilan hanya bisa berdoa untuk Diana dan semoga tidak terjadi apa apa.
"Pasien mengalami Leukemia sejak umur 13,maaf jika kami berjam jam untuk merawat pasien karena Kami memeriksa leukemia itu sudah menyebar atau belum, ternyata kangker ini sudah separuh menyebar. Kami perlu melakukan Kemoterapi dan Transfusi darah" jelas dokter. Ketiga orang itu tertunduk lemas mendengar pernyataan dokter terutama Andin yang sudah berderai air mata, ia tak mengira bahwa Diana mengidap leukemia selama ini. Dilan sendiri tak menyangka wanita yang ia suka ternyata mengidap leukemia.
"Kalian harus sabar, Mama akan membantu Diana untuk sembuh" ujar Mama Fara mengelus punggung Dilan dan Andin yang sudah jatuh ambruk.
"Dok, Tolong pindah kan pasien ke ruangan VIP. Saya yang akan mengurus administrasi nya" ucap Mama Fara menuju ruangan administrasi.
"Ndin..? "
Dilan langsung memeluk adik sepupunya. Dilan tau Andin akan rapuh mendengar berita buruk yang di sampaikan Dokter.
"Andin, Sudah lah. Sekarang kita harus kuat dan menutupi kesedihan kita di depan Diana"
Andin pun mengusap air matanya dan menampilkan wajah datarnya. Dilan dan Andin menanyakan pada Mama Fara dimana ruangan Diana.
"Ma, Ruangan Diana dimana? "tanya Andin. Mama Fara pun memberitahu Andin dan Dilan dimana ruangan Diana. Andin langsung berlari menuju ruangan sahabatnya. Sesampainya di ruangan Andin langsung lemas melihat Diana yang sangat pucat.
" Diana, Kamu harus kuat. Kamu udah jalani hidupmu sangat menderita Ana. Please berjuang untuk aku dan Fahri"isak Andin memegang tangan Diana yang lemas.Beberapa menit kemudian Dilan dan Mama Fara masuk keruangan Diana. Mama Fara memeluk anaknya dengan kasih sayang.
"Ayo pulang, Biar Dilan yang jaga Diana. Kamu harus makan ini udah mau Malam" ujar Mama Fara dengan lembut. Andin masih diam memandang sahabatnya.
"Ayo nak"
"Aku mau disini Ma"
"Andin kamu harus jaga kesehatan, besok pagi kamu jaga toko. Toko tutup siang jadi kamu bisa ketemu Diana" perintah Dilan. Andin sudah di buat bungkam dengan perintah Dilan. Andin pun mengangguk pelan lalu pamit pada Diana.
"Diana, Kamu harus kuat ya" sahut Andin lalu mengikuti Mama Fara keluar dari ruangan Diana. Dilan pun mendekati Diana dan memegang tangannya.
"Seandainya kau tau Diana, Aku sangat mencintaimu meski kau miskin dan hidup sendiri, Aku rela hidup denganmu sampai maut memisahkan kita" ujar Dilan. Dari kejauhan sepasang mata menatap Dilan dengan tajam, seakan dendam terpendam begitu dalam.
' Jangan pernah kau menyentuh Diana sedikitpun '
**************
Keesokan harinya...
Dilan merasa ada gerakan pada tangannya.
"Diana? "
"Diana? kamu bangun?" tanya Dilan melihat Mata Diana yang masih terpejam.
"Jangan kakkkkkk!!! " teriak Diana. Dilan pun kaget dan segera memanggil Dokter.
"Dok, tolong! "
Dokter pun masuk dan memeriksa Diana.
"Pak, Saya harus memeriksa pasien. Tolong keluar dulu dari ruangan" ucap dokter.
"Baik dok" Dilan menurut lalu keluar dan duduk di kursi tunggu. Beberapa menit kemudian dokter keluar dan memanggil Dilan.
"Pak, Apa bapak bisa konsultasi di ruangan saya? "
"Tentu dok"
sesampainya di ruangan Dokter menjelaskan penyakit Diana.
"Jadi, Pasien mengalami trauma yang itu berarti Pasien masih belum bisa diajak bicara. Menurut saya kangker yang dialami pasien juga harus disembuhkan secepatnya. Jika mental pasien down terus, maka kemoterapi tidak bisa dijalani. Saya sudah memberi suntikan penenang pada pasien. Untuk sementara pasien tidak boleh tertekan atau syok berlebihan. Itu akan mempengaruhi penyakit leukemia nya" jelas dokter pada Dilan.
"Oh iya dan satu lagi,Pasien membutuhkan Terapi agar trauma tidak kambuh lagi,biasanya akan diberikan obat penenang" Jelas dokter.
"Lakukan yang terbaik dok"
"Saya usahakan" ujar dokter lalu mempersilahkan Dilan untuk keluar menemui Diana. Dilan sedih mendengar penjelasan dokter.
********
Di toko....
Andin melihat sekeliling, Sepi. itu lah yang dipikirkan Andin, padahal toko ramai karena banyak pembeli yang ingin membeli kue. Sedih menggambarkan wajah Andin, Bagaimana tidak? sahabatnya di rumah sakit sementara dia membuat kue untuk memenuhi orderan. Setelah pembeli pergi, Andin membersihkan semua kardus bekas di pojokan toko. Andin kaget melihat Kalung dan sebuah foto kecil di dalam kotak kecil. Andin segera membersihkan Kalung itu dan membersihkan debu pada foto itu. Andin juga bingung mengapa ada kotak di sana? apakah Diana?. Andin pun melihat kalung dengan liontin berbentuk huruf Double D.
"D ada dua? Diana dan... Siapa? " tanya Andin penuh tanda tanya.
"Tunggu..! "
"Aku baru ingat"
Andin langsung melihat Foto kecil itu.Tangan Andin bergetar melihat foto Diana bersama.....
"Dirga Fahri Febrian"
***********
BERSAMBUNG....