"Selamat malam Lalita...!", Robi membukakan pintu mobil untuk Lalita. Kamu terlihat terburu-buru.
Lalita mengucapkan terima kasih. Kenapa kamu juga ada disini?, Lalita berbisik.
"Seseorang memaksaku ikut". Robi ikut berbisik dan karena imbalannya sangat mengiurkan. Aku dengan senang hati menemani perjalanan kalian ke Sukabumi. Sekalian mengawasi bajingan itu agar tidak bertindak diluar kendali. Robi mengedipkan sebelah mata.
Lardo memberi tatapan tajam pada Robi. Tutup pintunya, kau membuat AC menjadi tidak berguna.
Anda sangat mengejutkan sir. Aku baru tahu seorang CEO. Seorang pengusaha kaya dan sukses sepertimu bisa sangat pelit dan perhitungan. Apa saat di jalan nanti anda akan meminta kami membayar makanan kami masing-masing. Padahal anda memiliki helped tetapi memilih mengendarai mobil ke Sukabumi, Robi mengeleng-gelengan kepala.
Lardo memilih diam tidak mau menangapi omongan Robi.
Lalita duduk dengan kikuk. Awalnya Lalita memilih duduk di depan bersama Robi, agar bisa menemani Robi mengobrol diperjalanan. Tapi suara dingin Lardo memaksanya pindah ke kursi penumpang.
Lardo mengabaikan Lalita dengan sibuk bekerja di MacBook miliknya. Sesekali Lardo membahas masalah pekerjaan bersama Robi.
Lalita hanya mendengarkan apa yang mereka bahas. Dari pembicaraan mereka sepertinya ada proyek besar yang sedang mereka kerjakan. Lalita juga mendengar nama Ramond disebut. Mengingat Ramond membuat rasa bersalah Lalita semakin besar. Bagaimana perasaan Ramond sekarang. Apakah Ramond sudah melupakannya, terhitung sudah seminggu lebih Lalita tidak mengangkat telpon dari Ramond.
Karena hanya berdiam diri membuat Lalita menguap beberapa kali". "Tidur, kalau kau merasa mengantuk", aku akan membangunkan mu setibanya di Sukabumi.
Lalita mengeleng, aku belum mengantuk.
Lardo menoleh dengan cepat.
"Kamu tidak perlu takut Lalita. Bajingan di samping mu tidak akan mengigit. Aku yang menjamin, Robi menatap Lalita dari kaca spion depan.
"Tapi aku...".
Lardo mengecup singkat bibir Lalita, tidur sebelum aku menarik mu ke pangkuanku dan memberikan tontonan menarik untuk Robi
Hem...hem...Robi berdehem. Apa kau tidak bisa tidak membuat mataku sakit sir?. Mobil ini tidak ada penyekat pemisah sir, aku bisa melihat apa yang baru saja kau lakukan pada Lalita.
"Senang mendengarnya kalau matamu masih berfungsi dengan baik Robi. Lebih baik kau fokus menyetir dan jangan pedulikan apa yang kami lakukan di kursi penumpang. Lardo mengernyit melihat Lalita yang duduk sejauh mungkin darinya dengan meletakkan tas ransel ditengah-tengah mereka sebagai pembatas.
"Anda menyuruh saya tidur, saya akan tidur tapi anda dilarang melewati pembatas ini. Lalita melotot pada Lardo. "Lalita sangat kesal bagaimana mungkin Lardo menciumnya di depan Robi, ini memalukan, apa yang akan Robi pikirkan tentangnya nanti, oooh Tuhan, kenapa hidupnya bisa seperti ini.
"Apa kau lelah Robi?"
Robi mengangkat satu alis matanya. Kau sangat perhatian sekali sir, sindir Robi
Aku sudah biasa berkendara jauh sir. Kalau anda mengantuk anda bisa menemani Lalita tidur. Tapi jangan macam-macam Robi mengingatkan.
Lardo menatap tajam Robi. "Berapa lama lagi kita sampai?"
Robi mengecek jam ditangannya. Sekitar dua jam lagi, jalanan cukup luang, kita akan tiba tengah malam sir. Saya sudah memboking tiga kamar hotel di daerah Sukabumi. Kita akan menginap dan paginya baru anda dan Lalita bisa melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan. Dan sir Robi memutar mata menatap kesal Lardo. Kenapa harus berangkat malam-malam seperti ini?, Sukabumi-Jakarta tidak jauh-jauh amat
Lardo menatap datar Robi, mana aku tahu. Kenapa tadi kau tidak menanyakannya langsung pada Lalita.
Robi mendengus. Jadi apa yang anda bicarakan saat menyusul Lalita ke apartemennya. Jangan katakan anda juga tidak tahu apa tujuan kita berangkat malam-malam ke Sukabumi.
"Umm....."
"What the fucking hell", "sir.....!!". Robi mengumpat.
"Fokuslah menyetir", Lardo kembali membuka MacBook melanjutkan pekerjaannya tadi.
"Bagaimana bisa sir?", anda...
"Aku tidak bertanya karena aku akan mengetahuinya besok". Kau tidak perlu terkejut seperti itu. Ini bukan masalah serius Robi jadi berhenti menatapku seperti itu.
Robi mendelik kesal, sepanjang bekerja bersama anda saya tidak pernah berpergian seperti ink. Tidak tahu tempat tujuan dan apa yang akan dihadapi. Robi menghela napas panjang merasa lemas dengan tingkah absur atasannya.
Pesona Alam Resort & Spa, 00:15 Wib
Kita sampai sir, mulai besok saya cuti dan saya akan menginap disini selama tiga hari. Robi menatap Lardo penuh kemenangan
Lardo terkekeh mengerti dengan senyum kemenangan Robi. Pantas saja kau memilih tempat ini untuk menginap. Jadi kau memboking kamarmu menggunakan kartu kredit ku, begitu
Robi menggendikan bahu
"Aku akan mengendong Lalita ke kamarnya". Kau masuklah ke kamarmu.
"Sir....!!", ada tiga kamar yang saya boking jadi anda jangan bermain curang, Robi mengingatkan.
"Aku tidak tuli Robi". Aku tahu kau memboking tiga kamar, aku hanya tidak tega membangunkan Lalita yang sudah terlelap. Kau bisa mengikuti ku jika kau tidak percaya padaku sindir Lardo.
Robi mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Anda tidak perlu tersinggung seperti itu sir, saya hanya mengingatkan. "Selamat malam sir!", saya akan ke kamar saya
Lardo membaringkan Lalita di atas ranjang, merapikan rambut yang menutupi kening Lalita, mengecupnya lembut, membisikan selamat malam dan mimpi indah ditelinga Lalita
Lardo mematikan lampu, menyalahkan lampu tidur yang ada disisi kanan ranjang. "Menutup, mengunci pintu di belakangnya.
Lalita bergerak-gerak di ranjang, ini terasa sangat nyaman dan lembut. Lalita menarik selimut semakin rapat, umm.....sejak kapan ranjang ku seempuk ini. "Tiba-tiba Lalita membuka matanya, menatap sekeliling, dimana ini?.
"Kau sudah bangun!". Lardo datang membawa nampan berisi sarapan. "Kau terlihat bingung, apa tidurmu nyenyak?
Lalita semakin bingung, melihat Lardo sudah rapi dengan pakaian kasual.
"Sir!",
"Aku membawakan sarapan untukmu", dan ini pakaian untuk kau kenakan.
Lalita mengernyit menatap paper bag yang dipegang Lardo. Saya membawa pakaian saya sendiri di dalam tas, Lalita mencari tas ranselnya.
"Tas milikmu masih ada di dalam mobil, aku tidak membawanya semalam karena harus mengendong mu sampai ke kamar.
Wajah Lalita merona, maaf..... saya merepotkan anda. Lalita menerima paper bag dari tangan Lardo.
Ada dua dress cantik di dalam pepper beg
Lalita menarik sesuatu yang berwarna merah yang tampak menarik perhatian Lalita
Lalita menahan napas, wajahnya langsung memerah. Lalita mengipas-ngipas wajahnya yang terasa panas. Seumur hidupnya Lalita belum pernah memakai pakaian dalam yang sangat seksi seperti yang baru saja ia lihat. "Oooh God"
Lardo mengernyit, apa ada yang salah?"
"Hah", Lalita sedikit malu untuk menatap Lardo, siapa yang membeli pakaian dalam seperti ini. Lalita mengeleng. "Tidak sir"
"Habiskan sarapan mu, setelahnya temui aku di dekat kolam renang.
Lalita kembali takjub melihat kemewahan tempat mereka menginap. Seumur hidupnya Lalita belum pernah menginap di hotel semewah ini, ayolah lihat kolam berenang ini batin Lalita, bukankah ini sangat indah. Lalita memilih mengenakan dress berwarna biru dongker dengan pakaian dalam yang sangat seksi yang ada didalam paper beg. Karena tidak mungkin Lalita mengenakan pakaian yang dalam yang sama 'bukan!"
"Pagi....!", apa tidurmu nyenyak?
Lalita terkejut mendapati Robi sedang berbaring santai di pinggir kolam renang, kaca mata hitam melindungi Robi dari matahari pagi.
"Pagi juga, terima kasih sudah bertanya. Tidurku sangat nyenyak, jawab Lalita.
"Kau pasti mencari Lardo?"
Lalita menganguk.
"Itu, tunjuk Robi".
Lalita melihat Lardo sedang berbincang dengan seorang wanita.
"Bajingan itu maki Robi", dimana pun ia berada selalu saja akan ada banyak wanita yang akan mendekatinya.
"Apa aku harus menyusul kesana?", tanya Lalita bingung
"Pergilah kesana jangan membuat Lardo menunggu. Bajingan itu bisa sangat mengerikan kalau lagi kesal, membuatnya menunggu akan membuatnya marah
"Baiklah, aku harap aku tidak menganggu apapun yang sedang mereka obrolkan".
"Tidak akan, percayalah". Robi meyakinkan Lalita
Lardo menatap tajam Lalita, kau sudah siap.
"Sudah, sir"
"Kita berangkat sekarang", Lardo menarik tangan Lalita
"Tapi Robi Sir!"
"Bajingan itu tidak akan ikut". Biarkan bajingan itu menikmati waktunya. Seorang supir membukakan pintu untuk Lardo. "Berikan alamat tujuan kita pada supir"
"Lalita mengangguk".