Bab 17 part I

Selamat Paskah Untuk yang merayakannya

Lalita ke luar dari dalam kamar yang ia yakini kamar milik Lardo. Lagi-lagi hitam. Kenapa Lardo sangat menyukai warna-warna gelap seperti ini?, gerutu Lalita tidak mengerti. Kamar yang di rumah orangtua Lardo juga di dominasi warna gelap sama seperti kamar yang tadi ditempati Lalita..

Lalita berdecak kagum. Di luar kamar Lalita disajihkan pemandangan interior apartemen Lardo yang sangat indah. Orang kaya memang berbeda semua terlihat mahal dan mewah. Setiap perabotan ditempatkan ditempat yang tepat dan indah dipandang mata. Membuat Lalita menghela napas membayangkan apartemen mungil miliknya yang terlihat sangat mungil dibandingkan dengan kamar mandi mewah milik Lardo.

Seorang pelayan mendekati Lalita yang asik menggagumi interior apartemen Lardo.

"Sore nyonya!!", apa ada yang bisa saya bantu?

Lalita menghela napas, meredahkan rasa terkejutnya". Sebenarnya ada berapa pelayan yang dipekerjakan Lardo?. Setelah meredahkan rasa terkejutnya Lalita berbalik menatap seorang wanita muda yang mengenakan seragam pelayan. Apakah kamu tahu dimana bu Subi sekarang?

"Nyonya mencari kepala pelayan". Tunggu disini sebentar nyonya. Saya akan pergi mencari kepala pelayan untuk nyonya.

"Ikut…!!.", aku ikut, kamu bisa mengantarku ke bu Subi. Jadi kamu tidak perlu repot-repot bolak- balik.

Pelayan yang mengenakan seragam pelayan berwarna coklat itu menganggukkan kepala. "Mari nyonya, lewat sini".

"Sial maki Lalita, menahan rasa sakit. Mencoba berjalan senormal mungkin. Lalita menatap punggung pelayan yang berjalan di depannya. Apa yang mereka pikirkan tentang diriku yang tinggal bersama tuannya?. Apa mereka sudah terbiasa melayani wanita-wanita Lardo. Lalita menghela napas panjang. "Wanita-wanita Lardo", ulang Lalita dengan wajah sedih. Sebenarnya seberapa besar apartemen ini, Lalita menatap sekitarnya. Mereka melewati beberapa ruangan sebelum akhirnya mereka sampai di sebuah dapur.

Terlihat Subi sedang sibuk mangaduk-aduk masakan di atas kompor.

Subi tersenyum lembut melihat kedatangan Lalita. "Nyonya sudah bangun rupanya, apa nyonya lapar?", saya sedang masak hidangan untuk makan malam. Subi melirik jam dinding, tuan muda sebentar lagi pasti pulang.

Lalita mengeleng, aku masih kenyang bu Subi. Karena hanya tidur seharian ini jadi energiku tidak terpakai kekeh Lalita mencoba melucu. Bu Subi ada lihat phonsel dan tas ransel warna hitam milikku. Sedari tadi aku sudah mencari di kamar dan tidak menemukannya, apa bu Subi tahu, atau tuan Lardo menitipkannya pada bu Subi.

Subi mengeleng, saya tidak melihat tas ransel juga phonsel yang nyonya tanyakan. Mungkin tuan muda yang menyimpannya. Sebentar lagi tuan muda pulang dari kantor nyonya bisa langsung menanyakannya pada tuan muda. Apa ada lagi yang ingin nyonya tanyakan?

Lalita mengeleng, aku akan kembali ke kamar dan menunggu di kamar.

Subi mengangguk

Di kamar Lalita bingung apa yang harus ia lakukan. Lalita menatap ke ranjang membuat pipi Lalita bersemu merah, bagaimana tidak setiap melihat ke arah ranjang ingatan Lalita kembali pada apa yang mereka lakukan semalam langsung terbayang di kepalanya.

Semalam Lalita membiarkan Lardo mengajarinya mejadi seorang wanita yang sesunguhnya. Entah apa yang membuat Lalita tunduk pada setiap sentuhan Lardo, membuat dirinya melanggar semua prinsip yang ia pegang selama ini. Tidak akan ada lagi malam pertama bersama suami dimasa depan seperti bayangan Lalita selama ini. Mempersembahkan miliknya yang berharga pada satu-satunya pria yang akan menjadi yang pertama dan yang terakhir semua kandas.

Lalita mengigit bibirnya, sekarang terlambat untuk menyesali semua yang telah terjadi. Lalita juga tidak bisa mengharapkan apa-apa dari hubungan satu malam ini, apa sekarang aku masuk dalam daftar wanita yang ditiduri Lardo?, tanya Lalita dalam hati.

Mia selalu mangatakan Lardo selalu berganti wanita tiap minggunya. Apa setelah ini aku akan di campakan sama seperti mereka wanita yang hanya singgah dan memuaskan Lardo di atas ranjang besar miliknya?. Lalita menghela napas. "Apa yang kamu harapkan Lalita? tanyanya pada diri sendiri, Jangan pernah bermimpi Lardo memiliki perasaan lebih padamu, "hanya karena Lardo menjadi yang pertama menyentuhmu, itu tidak menjadikanmu istimewa", gumam Lalita pada diri sendiri.

"Ramond". Lalita kembali menghela napas panjang. Memikirkan Ramond membuat dada Lalita sesak. Aku mulai membenci diriku sendiri, bersikap sok suci pada Ramond dan sekarang... Aku tidak lebih dari wanita hina di luar sana yang menjajahkan tubuhnya demi uang. "Ya demi uang tebusan". Lalita menutup wajah dengan kedua tangan. Aku berkompromi dengan semua batasan yang aku buat untuk diriku demi uang tebusan. Lalita mencoba mencari alasan pembenaran dari tindakannya.

Apa yang harus aku katakan pada Ramond?. Aku tidak akan bisa menghindar lagi. Sudah dua minggu aku menghindari Ramond sejak Lardo menciumku di kamarnya. "Ramond pria yang sangat baik, penuh perhatian dan sangat pengertian, sejak awal Ramond tidak pernah memaksa dirinya untuk menjadi pribadi yang lain. Ramond menerima semua sikap kunonya. Lalita menatap pada ranjang yang menjadi saksi bisu betapa tercelahnya hidupnya saat ini.

Lalita memijit-mijit pelipisnya yang terasa sakit, kekhawatiran dan kecemasan membuatnya semakin pusing. Keadaan Rita yang sekarang membutuhkan banyak dukungan darinya ditambah lagi dengan hubungan percintaannya bersama Ramond yang tidak berjalan lancar Lalita menghela napas panjang, dan sekarang ia menjadi wanita di atas ranjang dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja sekaligus kakak sahabat baiknya, kenapa hidupku jadi serumit ini".

####

Oooooh lihat siapa yang datang, teriak Max penuh semangat. "Bukankah kau bilang kau akan sibuk seharian dan tidak ingin bergabung", apa kau tergiur pada poto-poto seksi model yang aku kirim.

Max bedecak bangga pada dirinya sendiri aku benar-benar mengenalmu sepupu sindir Max yang tampak senang dengan kedatangan Lardo ke club. Kau tidak akan melewati kesempatan menghabiskan malam-malam panjang bersama wanita-wanita cantik seperti mereka tunjuk Max.

""Tutup mulut besarmu adik sepupu…!!". Lardo berteriak mengimbangi suara musik yang sangat keras, aku datang bukan untuk bersenang-senang. Aku hanya ingin menikmati minuman geratis darimu.

Max menghendikan bahu, dengan senyum yang masih menghiasi wajah tampannya. "Minum sepuasmu pria tua, nikmati hidup, nikmati semua yang tersedia di depanmu". Max melumat bibir seorang model yang duduk di pangkuannya. Kau bisa memilih wanita manapun yang kau inginkan dan membawanya ke kamar atas aku yang traktir malam ini.

Seorang model cantik berjalan ke arah Lardo, menatap Lardo dengan penuh ajakan sensual, memperlihatkan bokong indahnya yang montok berkulit putih mulus, mencoba mengangkang dipangkuan Lardo

Tatapan tajam Lardo menghentikan gerakan model cantik yang Lardo tidak tahu siapa namanya. "Menyingkir sebelum aku mempermalukanmu nona, malam ini aku tidak membutuhkanmu".

Max bersiul rendah, ada apa denganmu kakak sepupu?", "tidak biasanya kau menolak wanita muda dan cantik".

"Sudah aku katakan aku datang hanya untuk menikmati minumanku". Lardo menegak minumannya tidak mempedulikan seringai Max yang tampak tidak percaya pada ucapannya.

Ramond menghempaskan dirinya di samping Lardo

Max terkekeh geli, ada apa dengan kalian berdua, tadi siang saat aku menawari untuk datang bersama kalian menolakku dengan tegas, sekarang kalian datang tanpa aku undang, kalian benar-benar penuh kejutan.

"Tutup mulutmu Max….!!", bentak Ramond mendelik kesal. "Club ini bukan milikmu aku tidak memerlukan undangan darimu untuk bisa duduk di club ini. Kalau kau tidak senang dengan kedatanganku kau bisa keluar dari sini dengan membawa jalang-jalangmu".

"Waouuu…..ada apa dengan kalian berdua, baru beberapa menit yang lalu Lardo membentakku dan sekarang Ramond yang terkenal baik hati juga membentakku. "Sial…", umpat Max, aku benar-benar sial hari ini, aku hanya merasa senang kalian akhirnya datang dan kalian malah membentakku seakan aku ini perusak kesenangan. "Belum selesai Max bicara, Dante datang dengan membawa aura gelapnya".

Max menahan pertanyaan yang sudah siap meluncur dari mulutnya. Melihat Dante langsung menegak minuman dari gelas ditangan Lardo. Membentak salah satu wanita yang mencoba mengodanya, membuat Max sadar untuk menahan apapun yang ingin meluncur dari mulutnya.

Tampaknya mejaku yang kosong sudah terisi penuh. Kau juga datang Dante sapa Max hati-hati!".

Dante mengabaikan Max, menatap Lardo dan Ramond yang juga duduk menikmati minumannya tanpa ada wanita dipangkuan mereka, tampaknya mereka datang hanya untuk minum seperti dirinya. "Aku hanya datang untuk menikmati minumanku Max, kau bisa melanjutkan kesenanganmu aku akan membayar semua minuman kalian.

Hai!!!!

Terima Kasih ya sudah membaca karya Berli, salam kenal dari Berli

Menurut kalian gimana cerita Berli?

Mohon komentarnya ya, biar Berli tahu kekurangan Berli

Mohon dukungannya ya. Loves.....loves