Amel menatap Willy yang berada di kantin kampus bersama Vina, memang mereka janjian di kampus meski kemarin telah mendaftar untuk sidang tapi demi mendukung Vina mereka berada di kampus. Willy hanya tersenyum melihat kedatangan Amel meski tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini. Vina sendiri masih sibuk dengan beberapa hasil dari penelitiannya beberapa hari yang lalu dan hari ini harus menghadap dosen pembimbing mempertanggung jawabkan kembali hasilnya, Amel mengambil duduk samping Vina yang masih belum sadar.
“Sudah makan?,” tanya Willy membuat Amel hanya menggelengkan kepala “aku pesankan seperti biasa ya.”
Amel menatap Willy sebenarnya dia ingin marah tapi rasanya tidak pernah bisa karena bagaimana pun mereka pernah bersama dalam keadaan susah sekali pun, pandangan Amel mengarah pada Vina yang masih belum terganggu sama sekali. Amel sebenarnya ingin membantu Vina tapi sadar dirinya tidak memiliki uang sendiri dan jalan satu – satunya hanya bisa mendukung semua yang dilakukan, meski terkadang Willy suka membelikan mereka makan terutama Vina.
“Pandangan cewek – cewek itu gak pernah berhenti,” keluh Willy duduk dihadapan Amel dan Vina yang membuat mereka berdua memandang Willy “gue masih cakep gitu?.”
“Lama – lama ingin muntah dengernya,” ucap Amel sambil meminum es teh dihadapannya “lu ya kemarin dengan seenaknya ninggalin.”
“Terus kamu pulang sama siapa?.”
Amel terdiam bingung menjawab apa karena jika dirinya jujur akan membuat suasana heboh “taxi,” bohong Amel yang diangguki Willy “memang ada masalah?.”
Willy tersenyum simpul dan Amel tahu ada yang disembunyikan sahabatnya ini, Amel mengganti topik pembicaraan membuat mereka berdua terlibat diskusi panjang dan beberapa kali cewek menatap ke arah Willy dengan tatapan memuja tapi tidak ke Amel dan Vina. Amel dan Vina sendiri tidak pernah ambil pusing dengan tatapan mereka karena sudah terlalu sering terjadi, gerakan Vina membuat mereka menghentikan pembicaraan dan tidak lama Vina meminum minumannya yang dipesankan Willy bersamaan dengan minuman milik Amel.
“Doakan aku,” ucap Vina dengan memohon “aku tinggal dan terserah kalian akan menunggu atau tinggal.”
Amel menatap punggung Vina yang menjauh membuat dirinya menghembuskan nafas pelan, ketika pandangan Amel bertemu dengan Willy entah mengapa ada sesuatu yang berbeda karena Willy dan Barry. Amel membayangkan bagaimana Willy berumah tangga nantinya, semua terpikir karena pembicaraan Barry semalam dalam mobil dan sekali lagi semuanya serba menggantung.
“Aku mau ke RSJ dulu ya nanti Vina aku hubungi langsung.”
Amel berangkat setelah menghabiskan makanannya yang telah dipesankan Willy, sebenarnya Willy sudah ingin mengantarkan Amel tapi langsung dilarang karena ingin sendirian. Amel melangkah ke halte terdekat untuk naik angkutan yang ada di sana dari kejauhan dapat Amel lihat kedatangan dosen pembimbingnya Tina dan Raffi bersama si kembar, entah kenapa lamaran Barry membuat Amel sedikit tidak percaya diri karena bersama Tina saja mereka bisa bercerai bagaimana dengan dirinya yang jauh dengan Tina.
“Amel,” sapa Raffi membuat Amel mendatangi mereka yang langsung mendapatkan pelukan dari kembar “mau ke mana?.”
“Mau ke RSJ biasa waktunya magang,” jawab Amel setelah melepaskan pelukan si kembar “saya permisi dulu.”
“Amel, sudah daftar sidang kan?,” tanya Tina sebelum Amel melangkah membuat Amel menatapnya dan mengangguk “bagus persiapkan diri dengan baik.”
“Baik kalau begitu saya permisi.”
Amel melangkah meninggalkan mereka dan langsung menuju halte agar bisa segera sampai ke RSJ dan menghabiskan sisa waktu di sana, kedatangan Amel langsung disambut oleh mereka dengan senyuman dan banyak pekerjaan yang menunggu. Bagi semua orang tempat ini tidak menyenangkan tapi Amel banyak belajar dari tempat ini yaitu harus bersyukur dengan keadaan yang ada, bercanda dengan teman – teman yang ada di sini juga merupakan hal yang menyenangkan.
“Akan ada orang dokter baru di sini,” ucap Fatma “ganteng katanya.”
Amel tersenyum mendengar perkataan Fatma “Pak Diman juga ganteng, mbak.”
Fatma bergidik ngeri ketika Amel mengatakan itu “ganteng dari mana? kamu kalau ngomong suka aneh” Amel tersenyum mendengarnya “besok datang dan Chika yang langsung heboh setelah perkenalan itu, tapi bagi kamu Willy udah ganteng ya.”
“Bapak dan masku juga ganteng, aku pamit pulang.”
Amel meninggalkan Fatma yang masih heboh dengan berbicara pada yang lain dan sekali lagi Amel duduk di halte menunggu angkutan datang, bisa saja menggunakan aplikasi online tapi Amel lebih menyukai berada di angkuta bersama orang lain. Sebuah mobil hitam berhenti di hadapannya membuat Amel bingung dan ketika dibuka ternyata Barry berada di dalam membuat Amel menatap bingung dan melalui gerakan mata meminta Amel untuk masuk ke dalam mobilnya.
“Kita makan dulu ya, saya lapar.”
Perkataan Barry membuat Amel tidak bisa mengatakan apa pun, lamaran mendadak yang dilakukan kemarin membuat Amel bingung ditambah saat ini berada di hadapannya. Amel hanya diam menatap Barry tanpa berani berkomentar sama sekali hingga mereka sampai di tempat makan sederhana tapi pengunjung datang tanpa henti. Amel mengikuti Barry yang langsung masuk ke dalam dari pandangan Amel ini tempat makan sederhana dengan menu makanan sambal dan berbagai macam gorengan, orang menyebutnya nasi sambal. Amel tidak menyangka jika Barry mengajaknya ke tempat makan seperti ini, bukan karena Amel ingin tempat mahal tapi melihat Barry yang sempurna sangat aneh.
“Pesan apa pun yang kamu sukai,” ucap Barry melangkah ke depan membuat Amel hanya bisa menatap punggungnya.
Amel mengambil ikan pe,telur,tempe dan terong sedangkan Barry mengambil lele, tempe dan terong. Amel makan seolah makanan tersebut adalah makanan yang paling nikmat bagi Amel dan sangat jarang dirinya makan ini jika tidak di rumah. Amel melangkah di mana Barry berada yang tampak sibuk dengan ponselnya, tidak lama kemudian makanan mereka datang dan melalui gerakan matanya Barry meminta Amel makan terlebih dahulu.
"Menyenangkan lihat kamu makan" ucap Barry masih menatap Amel yang membuat dirinya menghentikan gerakan makannya.
"Mas tahu tempat ini dari mana?" tanya Amel menatap sekeliling mengalihkan perhatian.
"Usaha almarhumah istri" jawab Barry
Amel melotot dan terkejut dengan jawaban Barry "maaf gak maksud, mas" ucap Amel tidak enak
Barry menggeleng "udah makan kalau kurang nambah aja gak usah malu"
"Aku mau bungkus buat dimakan sama orang rumah boleh, mereka suka makan beginian" ucap Amel antusias.
Barry hanya mengangguk lalu melanjutkan makan sambil menatap Amel yang masih tampak lahap menikmati makanan. Barry senang melihat gadis yang tidak malu untuk makan dalam porsi banyak, bahkan almarhumah istrinya dan Tina selalu jaga makan setiap mereka keluar untuk makan
"Kamu gak ada niat untuk kurus?" tanya Barry tiba – tiba yang membuat Amel berhenti dan menatapnya "maaf bukan maksud apa-apa" tambah Barry setelah melihat wajah tidak enak Amel.
Amel menggeleng "hidup itu dinikmati asal bisa jaga pola makan, aku makan apa aja kecuali jeroan, paru, hati intinya makanan yang banyak mengandung penyakit aku hindari" jawab Amel "tubuh begini karena bawaan aja jadi mau diet apapun juga percuma pasti balik segini meski begitu aku rutin olahraga"
Barry menatap tidak percaya "olahraga apa?"
"Keliling komplek rumah tapi setelahnya pasti beli makanan" jawab Amel sambil tersenyum "jangan lupa keliling pasar"
Senyuman Amel menular ke Barry, Barry sudah lama tidak merasakan perasaan seperti ini. Barry melihat Amel pertama kali ketika bimbingan dengan Tina, Tina tau apa yang dirasakan Barry namun tidak mau ikut campur. Tina dan Barry tahu gosip yang menimpa Tina, namun mereka berdua tidak terlalu memperhatikan perkataan orang. Barry sedikit terkejut karena Amel tidak mempunyai pikiran macam-macam mengenai mereka padahal beberapa orang kampus menilai Tina dengan negatif. Sikap Amel yang seperti ini membuat Tina sedikit banyak membantu di pendidikannya tanpa Amel sadari.
"Tau gosip mengenai Tina?" tanya Barry yang langsung dijawab anggukan dari Amel "apa pendapatmu?"
Amel berpikir sejenak "bukan urusan aku, mas"jawab Amel seketika "setiap orang punya permasalahan sendiri kalau kita terlalu ikut campur buat apa toh gak ada untungnya lagian mereka tahu kehidupan Mrs.Tina seperti apa? gak ada yang tahu kan? baru katanya-katanya" jawab Amel "aku menghargai Mrs.Tina sebagai dosen kebetulan aku sedikit dekat dengan Yuki dan Doni mereka lucu-lucu"
“Pernyataanku kemarin tidak main – main jadi segera beri jawabannya.”