Menceritakan Yang Sebenarnya

Jang Mi tidak menyangka bahwa nasibnya akan berubah total setelah masuk ke Istana itu, diam seribu bahasa adalah sikap paling tepat untuk menghadapi perlakuan kasar prajurit-prajurit yang sedang membawa mereka ke hadapan raja.

Nanti sesampainya di tempat hukuman dia akan membela teman-temannya dengan cara apapun agar mereka bisa terbebas dari tuduhan pria kejam itu.

Setelah berjalan menyusuri kebun istana, perpustakaan, tempat tinggal para dayang dan gudang, Jang Mi bersama teman-temannya sampai juga di depan ruang pertemuan istana.

Prajurit-prajurit tersebut mencengkeram lengan mereka satu-persatu, Menteri Jung Eui Gyo dan Putra Mahkota Yi Kwan merasa tidak tega kepada orang-orang itu. Apakah Jang Mi serta kawan-kawannya dapat terbebas dari hukuman Raja Yi atau malah sebaliknya?

"Prajurit! Lepaskan mereka!" perintah Putra Mahkota.

"Tunggu! Pangeran Yi Kwan, kau tidak berhak memerintah anak buahku! Kau sangat lancang!" hardik perdana menteri.

Brakkk! Tiba-tiba Raja Yi Seok Hwang menggebrak meja di depannya, dia tidak ingin putranya dan pejabat istana saling berdebat satu sama lain. Semua orang yang berada di tempat hukuman itu terkejut bukan main melihat tindakan raja.

"Berhenti berdebat! Sung Kwak Bin, dia adalah Putra Mahkota! Jangan kau bantah perintahnya!" hardik raja.

"Baik, Yang Mulia. Hamba mengerti." Perdana Menteri Sung terpaksa menuruti kehendak Raja dan Putra Mahkota.

"Prajurit! Lepaskan mereka!"

"Baik, Perdana Menteri," sahut mereka serempak.

"Yang Mulia, orang-orang ini adalah penyusup sekaligus musuh kita. Mereka harus dihukum mati!"

"Atas dasar apa kau menuduh mereka sebagai penyusup juga musuh kerajaan?" tanya Putra Mahkota, dia berpikir jika Sung Kwak Bin hanya mengada-ada.

"Aku melihat dengan mataku sendiri bahwa mereka masuk ke istana melalui sebuah lubang waktu, kalau anda tidak mempercayai ucapanku tanyakan saja pada prajurit Han," jelas Perdana Menteri Sung yang mencari-cari pembenaran.

"Kepala Kasim Hwang, tolong panggilkan prajurit Han kemari. Aku ingin mendengarkan penjelasan darinya," tukas Putra Mahkota.

"Prajurit Han ... di mana dia? Kenapa dia tidak ada di sini?" tanya perdana menteri bingung.

"Prajurit Han sedang menjemput dua tahanan lainnya di ruang pengobatan, Perdana Menteri," jawab prajurit yang berdiri di dekat Jang Mi.

"Siapa yang sudah berani mengijinkan mereka dibawa ke ruang pengobatan?!" Perdana Menteri Sung kesal.

"Tabib Lee, semalam dia mengancam prajurit Jung," sahut prajurit itu.

"Apa?! Tabib itu?! Berani sekali dia, Yang Mulia ijinkan hamba menemui Tabib Lee di paviliunnya." Perdana Menteri Sung memohon.

"Kau tidak perlu pergi ke sana, biar putraku yang menemuinya di ruang pengobatan," tukas Raja Yi. "Yi Kwan, bawa Tabib Lee bersama dua tahanan lainnya ke hadapanku."

"Baik, Ayah." Putra Mahkota Yi Kwan membungkuk kepada ayahnya.

Setelah diperintahkan oleh ayahnya maka Pangeran Yi dan Menteri Jung Eui Gyo bergegas menuju ruang pengobatan yang berada di Paviliun Byulbich.

Diam-diam Perdana Menteri Sung semakin membenci sang putra mahkota juga menteri kepercayaan Raja karena mereka berdua selalu mendapatkan tempat utama di lingkungan istana dan hati Raja Yi.

Sung Kwak Bin berpikir bahwa Raja tidak pernah berlaku adil kepadanya meskipun dia sudah menjabat sebagai perdana menteri sejak sepuluh tahun lalu.

"Yang Mulia, seharusnya Anda tidak memberikan perintah itu kepada Putra Mahkota. Pangeran Yi Kwan masih terlalu muda dan belum berpengalaman." Perdana Menteri Sung bermaksud menjatuhkan Putra Mahkota.

"Jangan asal bicara kau! Yi Kwan sangat cerdas juga berbakat, pengetahuannya begitu luas bahkan melebihi dirimu sendiri." Ratu Myung menyanggah ucapan perdana menteri sementara Raja Yi tidak mau menanggapi percakapan antara istrinya dengan pejabat nan arogan tersebut.

"Aku meragukan hal itu, dia sama saja dengan Pangeran lainnya yang merasa pintar dan berbakat." Perdana Menteri Sung menatap tajam kepada Ratu Myung.

"Nona, siapa namamu?" tanya Ratu Myung kepada Jang Mi, ratu segera mengalihkan pembicaraan dengan perdana menteri.

"N--n--namaku ... Nam Jang Mi," jawabnya terbata-bata.

"Sebetulnya kalian berasal dari mana? Mengapa pakaian dan penampilan kalian berbeda dengan kami?" Ratu Myung bertanya lagi, kali ini suaranya terdengar lebih lembut.

"Aku ... hamba bersama teman-temn hamba berasal dari Kota Seoul," sahut Jang Mi.

"Seoul? Di mana itu? Aku belum pernah mendengarnya, tolong ceritakan semuanya kepadaku dan juga kepada Yang Mulia. Kau jangan takut, Jang Mi."

"Baiklah, kalau begitu hamba akan menceritakan dari awal hingga bagaimana kami bisa terdampar di Istana Daeyangbokgung."

Jang Mi kemudian menjelaskan semua hal yang terjadi kepada mereka, tentang Hotel Moonbich, lorong waktu hingga asal-usul Jang Mi dan teman-temannya.

Apakah Ratu Myung serta Raja Yi akan mempercayai cerita Jang Mi?

******

Di Ruang Pengobatan Paviliun Byulbich ....

Tabib Lee sedang berusaha mencegah prajurit Han yang diperintahkan untuk membawa Ru Na serta Myung Eun ke hadapan Raja Yi.

"Prajurit Han, tolong mengertilah. Kedua wanita itu sakit dan harus dirawat beberapa hari di sini, aku tidak akan membiarkan mereka dibawa ke hadapan Yang Mulia."

"Aku tidak peduli, Tabib!"

"Tega sekali kau! Kalau begitu hadapi aku terlebih dahulu!" Tabib Lee menghunus pedangnya.

"Rupanya kau berani menantangku! Lihat saja apa yang akan kulakukan kepadamu!" Prajurit Han bersiap-siap hendak menyerang tabib.

Tabib Lee lalu berlari ke luar paviliunnya disusul prajurit Han, di sana mereka saling menyerang satu sama lain seperti seorang pendekar yang sedang melawan musuh.

Lee Byung Yeon ternyata sangat lincah memainkan pedangnya, sementara prajurit Han menandinginya dengan cara licik sama seperti perdana menteri yang licik dan kejam

******.