Gauche_Diablo

Siapa bilang seorang Nathan Ryuu, lelaki blasteran Jepang - Perancis, adalah anak dari seorang konglomerat besar, sudah hancur dan tak memiliki cinta usai dia kalah dari Vince Hong dalam memperebutkan Ruby?
Lelaki muda dan berkuasa ini terlalu jauh dari kata menyerah, meski pemikiran itu sempat menghinggapinya di awal-awal perceraiannya. 

Nyatanya, takdir dari langit mencoba menawarkan asa baginya untuk sekali lagi bertaruh pada cinta wanita tak terduga.
Apakah dia berani mengambil taruhan itu?  

Wanita itu, Reiko Arata Zein, seorang blasteran Jepang - Indonesia yang harus berjuang sendiri ketika dunia sedang menguji dan menderanya.

Kalaupun mereka memutuskan untuk bersatu, bisakah menghadapi semua badai yang diciptakan orang-orang di sekitar mereka? 
Atau lebih baik menyerah demi kebaikan bersama?
==================================
=*= Novel DEWASA =*=
================
Tolong yang belum umur 18 tahun jangan coba-coba melirik apalagi membaca novel ini atau penulis tidak akan bertanggung jawab apabila Anda dewasa sebelum waktunya.
Bijaksana dan bijaksini dalam memilih bacaan yang sesuai dengan Anda.

Language: Indonesia
Warning: (mungkin) akan ada adegan-adegan dewasa
Source of story: (spin-off) Lady in Red 21+

Inevitable Fate [Indonesia]

I realize the screaming pain (Aku menyadari jeritan kesakitan)


Hearing loud in my brain (Terdengar keras di pikiranku)


But I'm going straight ahead with the scar (Namun aku akan terus maju dengan luka ini)


Runa sudah mencari kunci apato dia di tas sampai mengaduk-aduknya dan ternyata … itu terjatuh di taman, entah saat Yoji menyerangnya atau ketika dia berlari meloloskan diri dari pria jahat itu.


"Wah, bagaimana, yah?" Zuko yang menemani Runa pun terlihat bingung dengan situasi ini. Bukan hal yang dia harapkan ketika Runa ternyata kehilangan kunci apato seperti ini.


Melihat Runa masih seperti linglung dan syok, Zuko pun mengambil inisiatif. "Ayo kita laporkan ini dulu ke manajer apato."


Tidak memiliki pilihan lain, Runa pun mengangguk. "I-iya." Ia juga tidak mungkin menunggu tanpa bisa berbuat apapun di depan pintu unitnya, kan?


Mencari Hotel