Tidak semua wanita gemar berbelanja tidak semua wanita bisa hemat dan tidak semua wanita sederhana, kehidupan tentang wanita itu beragam mereka unik.
Wanita itu lemah lembut kadang kala tegar dan kadang pula ramah atau terkadang menjadi pemarah, dan itulah wanita tidak ada yang bisa menebak bagaimana perasaannya selalu berlindung dalam kata 'Baik-baik saja' atau dengan kata 'kamu kuat'. Bersikaplah sabar jika kamu ingin mengetahui bagaimana rasa itu tercipta.
Disuatu tempat perbelanjaan, seorang wanita tengah dibingungkan dengan apa yang ingin ia beli dan sedikit melenceng dari keinginannya dari awal keluar rumah, "Akukan mau beli Dress kok malah beli celana sih yaudah deh aku simpen dulu. " Ucap seorang wanita kemudian berjalan kearah kasih untuk membayar belanjaan-nya.
Setelah antri beberapa menit kini gilarannya,
"Totalnya Rp ****."
Setelah kasir menyebutkan nominal wanita itu mulai mengeluarkan uangnya namun kejadian tidak diinginkan terjadi Liza kehilangan dompet dan uangnya, Liza panik karena tidak menemukan dompetnya padahal ia sudah mencari ke tas selempangnya namun tidak ada, disaku celana juga tidak ada.
Ia teledor, kenapa tidak mengecek terlebih dahulu. Kenapa tidak jajan terlebih dahulu dan kenapa ia terburu-buru masuk ke toko ini.
"Bagaimana ini. "
"Ada yang bisa saya bantu Mbar? " Tanya kasir karena Liza tidak mengeluarkan uangnya, dan kasir bingung dengan raut wajah Liza.
"Ah sebentar, aku melupakan sesuatu " ucap Liza mencari Alasan.
"Boleh saya bantu? " ucap seseorang dibelakang Liza.
"Tidak usah kak, " tolak Liza, ia tidak ingin merepotkan tapi jika tidak merepotkan ia bisa malu ia takut dikira menipu. Apa yang harus Liza lakukan?
"Mbak boleh dipercepat? jika butuh bantuan saya bisa bantu, " Ucap seorang wanita di belakang orang yang baru saja menawari bantuan kepada Liza.
"Oh maaf, sebentar lagi ya. "
"Bagaimana mau bayar Cash atau pakai kartu? "
" Berapa totalnya?" ucap seorang wanita yang barusaja menawarkan bantuan dan Liza tolak tiba-tiba menanyakan total belanjaan Liza.
"Totalnya Rp. **** . "
"Saya bayar Cash aja ya. " ucap wanita itu kemudian memberikan belanjaan milik dirinya agar dibayar bersama dengan milik Liza.
"Beneran? " ucap Liza dan wanita yang belum diketahui namanya itu menyimpang telunjuknya dibibirnya seolah berkata, diam dulu jangan berbicara.
"Hallo kak? " sapa Liza setelah keluar dari toko tersebut.
"Iya ada apa De? "
"Terima kasih banyak, aku janji bakal ganti. "
"Tidak usah anggap saja hadiah. "
"Terima kasih banyak ya kak. "
"Iyaa sama-sama."
"Nama kakak siapa? "
"Aku Arisa Putri kamu boleh manggil aku Risa, dan nama kamu? " tanya Risa kepada Liza.
"Alaiza amora, Liza. "
" Namanu bagus. "
"Terimakasih. "
"Salam kenal ya, sampai bertemu nanti. " Ucap Risa kemudian beranjak pergi.
"Bersyukur banget hari ini aku bertemu orang baik, ini adalah cara Tuhan untuk membantu aku dengan perantara kak Risa. Semoga Tuhan membalas kebaikanmu dengan berlipat ganda kak. "
.
.
"Jadi wanita yang kamu tolong itu adik aku ?" tanya Eza setelah Liza menyelesaikan cerita pertemuan singkat yang berhasil menyelamatkan dirinya.
"Iyaa, tapi aku gak tau itu adik kamu " ucap Risa lalu memandang Liza dan tersenyum.
"Iya, karena Ala mirip Buna " ucap Eza lalu menatap Liza sambil tersenyum.
"Ala? Bukankan namanya Liza? "
"Itu nama panggilan Abang kak, " ucap Liza.
"Ohh ya benar, ternyata kamu mirip Buna saat Buna masih remaja " ucap Risa kala mengingat sebuah poto yang pernah Eza perlihatkan kepadanya.
"Kak Risa tau dari mana? " tanya Liza sedikit heran, bagaimana bisa Risa tau jika tidak ada yang memberitahu.
"Dari Abangmu, Abangmu memberitahu aku Liz " dan ternyata dugaan Liza benar dan ini menandakan hubungan Risa dan Eza sudah lama jika belum lama kenapa Eza memberitahu Risa prihal keluarganya.
"Kalian memiliki hubungan? "
"Ahh, mari masuk " ucap Eza mengalihkan pembicaraan.
"Ayolah jawab Ala bang. "
"Kalau kalian gak jujur aku doain kalian bakal pisah. "
"Pacar, " ucap Eza spontan dan berhasil membuat Liza sang adik kaget. Harus seperti apa Liza menanggapinya ia senang tapi ia juga khawatir jika nanti Eza minim waktu dengannya.
"Ahh benarkah, Abangnya Liza punya pacar? " dengan perasaan campur aduk Liza berlagak seperti baik-baik saja, ia tidak ingin mengecewakan Eza.
"Kenalkan aku Alaiza adik iparmu, " ucap Liza memaksa tangan Risa untuk bersalaman dengannya.
" Anggap saja ini hadiah dari adik iparmu, wahai calon kakak ipar. "
"Menukar barang dengan manusia, " Tanya Eza.
" Yap betul, karena Kak Risa sudah membayar belanjaan aku maka hadiahnya adalah ini, " sambil menggerakkan kedua tangannya dihadapan Eza.
"Wooo, aku tersanjung wahai calon adik ipar yang sangat cantik. "
"Uuu, terima kasih atas pujian yang tulusnya."
"Syukurlah mereka bisa bersatu, " Batin Eza, ternyata ke khawatir-khawatiran itu hanyalah sebuah ilusi saja.
Risa dan Eza ternyata sudah menjalin hubungan selama 6bulan, setengah tahun Liza tidak mengetahui siapa yang kekasih Eza.
Liza berharap Eza tidak melupakannya, dan Liza berharap Eza tidak menyakiti Risa karena Liza dan Risa sama-sama wanita.
🏡
Karena Liza membawa kendaraan jadi Liza pulang lebih awal, pulang mendahului ini bukan tanpa tujuan. Liza membawa sebuah informasi untuk diketahui oleh Rama sang Papah.
"Papah? " ketika sudah sampai di rumah Liza mencari Papahnya untuk menyampaikan berita terbaru yang baru saja ia dapatkan.
"Ini ada apa? " jawab Rama kala melihat Liza pulang dengan bahagia, tak perlu dijelaskan jika anak-anaknya bahagia maka Rama akan turut senang dan berbahagia tapi, kali ini berbeda kebahagian putrinya seperti campur aduk.
"Papah ini penting. "
"Kenapa anak Papah ini? Pulang-pulang bawa yang penting. "
"Ini penting banget Pah, " ucap Liza sambil menepuk-nepuk tangan Rama.
"Apa coba bilang ke Papah. "
"Abang pu__ " ucapan Liza menggantung kala objek yang ia gunakan ada dihadapannya. Jika sudah begini bagaimana ia akan leluasa untuk bercerita.
"Pu? " tanya Papah.
"Eh Ala, ambilin Abang minum boleh? " ucap Eza namun Liza malah menundanya dan melanjutkan kalimat yang menggantung karena kehadiran Eza.
"Papah Abang __ " lagi-lagi Eza memotong ucapan Liza.
"Sekarang La, Abang haus. "
"Iya, Papah tunggu disini ya, " ucap Liza tidak membiarkan Rama bergerak dari tempatnya sedikitpun.
Liza berlari kearah dapur, kesal sekaligus gemas karena Eza terus memotong kalimatnya. Bukankah itu berita bagus tapi kenapa harus ditutupi.
Apa yang ditakutkan? Jika sudah memiliki izin bukankah akan lebih mudah untuk jenjang lebih serius?
Liza kembali sambil membawa gelas berisi air putih sesuai permintaan Eza,Liza mencari celah dan ini saatnya.
"Pah Abang punya pacar, " ucap Liza spontan membuat Eza tersedak, jika tidak sekarang mau kapan?
Bangkai yang tertutup rapi pun akan tercium juga, tapi sayangnya ini bukan bangkai tapi persamaan istilahnya sama saja.
Uhukk uhukk
"Abang gak papa? " ucap Liza menepuk-nepuk dada Eza yang sedang duduk.
"Ala apaan sih? " tanya Eza dengan suara kecil, karena harusnya Eza yang memberitahu Rama tentang Risa dan tentang hubungannya. Tapi nanti jika Eza sudah siap.
"Abang Papah harus tau, " ujar Liza.
"Tapi __ "
"Benarkah? " tanya Papah, membuat Eza dan Liza saling pandang. Pandangan Liza mengartikan bahwa itu benar dan pandangan Eza mengisyaratkan bahwa Liza jangan melanjutkan pembicaraan itu.
"Benar, " ucap Liza membuat Eza menepuk jidatnya.
"Eza anak pertama kita sudah lebih dewasa sayang, lihat kini dia memiliki kekasih apakah kamu senang? Aku harap wanitanya bisa menyayangi adiknya juga "-batin Papah.
"Ajak kerumah coba Bang, " ucap Papah membuat Eza terdiam grogi, ini salah Liza jika Liza tidak memberitahu Papah Rama mungkin Eza tidak akan segrogi ini.
"Benarkah boleh ajak kak Risa kerumah Pah? " tanya Liza memastikan.
"Jadinya namanya Risa? " tanya Rama kepada Liza yang lagi-lagi membuka rahasia Eza.
"Iya, kak Risa adalah orang yang bantuin Liza waktu dompet Liza ketinggalan Pah. "
"Sepertinya dia baik. "
"Dia sangat baik dan sudah cocok sama Abang Liza yang dingin dan kaku ini Pah, " Liza menyindir. Maksud Liza artian kata dingin dan kaku itu ketika Eza di luar lingkungan keluarga.
"Abang gak dingin dan kaku La. "
"Iyaa, jadi kapan Abang ajak kak Risa kerumah hmm ? " ucap Liza sambil menunjukan puppy eyes-nya.
"Apaan sih La. "
"Laaah kok gitu. "
"Mana Liza lupa minta no handphone nya lagi. "
"Syukurin. "
"Abang punyakan nomornya ? " ucap Liza membuat Eza terdiam bagaimana tidak secara tidak langsung Liza membongkar semuanya di hadapan Papah.
"Hmmm nanti kita main kerumahnya sayang, " ucap Papah.
"Serius Pah? "
"Iyaa. "
"Tapi jangan ajak Abang. "
"Itu bisa diatur. "
"Ada-ada saja, " ujar Eza lalu beranjak pergi kekamarnya meninggalnya Liza dan Papah yang sedang asik membahas kekasihnya itu.
"Liza senang? " tanya papah memastikan semuanya baik-baik saja.
"Senang Pah. "
"Jealous? "
"Bolehkan Liza jealous Pah? " tanya Liza tiba-tiba terdiam. Apa yang harus Liza cemburu kan bukankah Eza tetap abangnya, mungkin rasa kehilangan yang Liza takutkan.
"Tentu itu hakmu sayang, Liza takutkan Abang gak punya waktu lagi buat Liza? " ucap Papah membuat Liza menunduk, Rama pandai mengerti perasaan putrinya mungkin inilah yang membuat perasaan Liza campur aduk antara bahagia dan takut kehilangan. Cara yang bisa Rama lakukan adalah memberi Liza pengertian.
"Iya Liza takut Abang lupain Liza, tapi Liza gak mau egois Pah. "
"Liza takut Abang ngelampiasin amarah ke Liza kalau misalnya lagi ada masalah sama kak Risa Pah. "
"Itu takan terjadi sayang, " Papah mengelak, walaupun beberapa persen kemungkinan benar tapi berusahalah untuk tidak terlalu berpikir buruk.
Maka sesuatu yang berasal dari pikiran yang buruk akan menghasilkan dampak yang buruk juga, terkadang perasaan takut kehilangan itu ketika kita pernah merasakan bagaimana sakitnya sebuah kehilangan.
"Semua akan baik-baik saja sayang, " ucap Papah menenangkan Liza.
"Ini yang Abang takutkan La, " ucap seseorang di balik dinding pembatas itu ternyata dirinya tidak betul beranjak pergi.
Perasaan Eza tidak kalah campur aduk dengan Liza, ini yang Eza takutkan karena selama ini Liza selalu dekat dan dilindungi oleh dirinya dan Rama Papahnya "Maafin Abang memaksa Ala harus membuang Egonya Ala, maafin Abang membuat Ala takut "
"Abang sayang Ala kok tenang saja. "
Berharap semua akan baik-baik saja bukanlah hal yang mustahil tetaplah bersabar, berdoa, serta berpikir positif dan jangan sampai sebuah tindakanmu melewati batas karena setelah kamu melewati batas baik-baik saja itu tidak akan ada.