WebNovelLove Line30.77%

[LLINE] Bukan Darinya.

Pagi telah kembali, matahari bersinar cerah secerah senyum gadis yang sedang memakai dasi sekolah. Setelah bercermin ia keluar dari kamar untuk sarapan bersama dengan keluarga kecilnya.

Memiliki rasa yang lebih itu tentunya akan selalu berpengaruh kepada mood, terkadang jika seseorang itu membuat bahagia maka mood akan sangat baik dan jika seseorang itu membuat sebaliknya sudah dipastikan bisa badmood seharian. Dan itu terjadi hanya karena rasa, dan didukung oleh peran penting seseorang yang menjadi objek nyata.

Setelah selesai sarapan seperti biasa Eza sebelum berangkat ke kantor akan mengantar Liza kesekolah terlebih dahulu.

Perjalanan menuju sekolah sangat tidak terasa karena mood Liza sedang bahkan sangat baik, itu terjadi karena kiriman paket tadi malam.

"Nah gak biasanya kamu senyum-senyum kaya gini Liz, " ujar Arsan aneh dengan Liza yang tersenyum bahagia sejak turun dari mobil Eza.

Seakan-akan Arsan seperti menyadarkan Liza bahwa dirinya terlalu berlebihan dan Liza mengelak "Emang biasanya Liza suka senyum kok San."

"Tapi ini beda."

"Ada apa? " tanya Dion  yang baru saja bergabung dengan Arsan dan Liza.

"Ehh, kok bisa yaa adik-kakak akur kembar lagi, " ucap Liza mengalihkan perhatian kepada Dion dan Dira yang baru saja datang, dan objek Liza adalah tangan Dion yang menggandeng tangan Dira.

"Bukannya Liza juga akur ya? " tanya Dira.

"Akurnya 1menit, " jawab Arsan, dan Liza malah pergi ke kelas tanpa mengajak mereka karena tidak sabar ingin bertemu dengan pengirim paket bunga tadi malam.

"Ehh Liza... " ujar Dira mengejar Liza yang masuk kekelas tanpa mengajak mereka.

"Tumben udah masuk kelas, " tanya Syila yang sedang menyalin tugas dari buku Arsan.

"Harusnya belum, tapi Liza tuh nyelonong masuk ke kelas, " jawab Dira yang kesal dengan Liza karena meninggalkannya, perkara sederhana yang mampu mendefinisikan bagaimana mereka tidak ingin kehilangan satu sama lainnya.

"Ohh, Liza kenapa? " tanya Syila.

"Aku gak papa dong, " ucap Liza.

"Beneran? " tanya Syila.

"Iyaa. "

"Cerah amat mukanya sekarang, stok moodnya sekarang 1000% yakan. "

Ketika Syila, Dira dan Arsan sedang menggoda Liza, tiba-tiba Rio masuk dengan wajah bahagia sambil berkata "Ehh Aku punya permainan " dengan lantang.

"Ada yang mau jawab? " tanya Rio kepada teman-teman dikelasnya dan orang pertama yang menyahuti Rio adalah Alia "Apa hadiahnya? " tanya Alia kepada Rio.

"Sebentar, permainannya adalah Tebak-tebakan siapa yang jaga, " ujar Rio menjelaskan.

"Maksudmu? " tanya Rian tidak mengerti dengan nama permainannya.

"Jadi permainan ini adalah menebak siap yang akan menjadi pengawas ulangan kita hari pertama, hadiah bagi yang menjawab betul akan mendapatkan uang. "

"Uangnya? " tanya Fina.

"Siapa dulu yang mau ikutan? " kemudian Rio mengajak teman-temanya untuk ikut bermain,dengan sedikit paksaan yang tidak mau ikut bermain agak Rio paksa katanya biar seru.

"Rio hitung. "

"1."

"2."

"5."

"7."

"10."

"13."

"14."

"Ada lagi? "

"Liza Syila gak mau ikutan? " tanya Rio.

"Okedeh ikutan. "

"16."

"Nah kalian ikutan? " tanya Rio kepada Dion dan Arsan.

"Apaan? "

"Nina jelaskan, " ucap Rio kepada Nina dan Nina menjelaskan permainan itu kepada mereka berdua, jadi sedari tadi Rio berbicara mereka hanya menganggapnya angin?

"Oke. "

"Gimana mau? " tanya Rio kepada kedua orang itu setelah Nina menjelaskannya.

"Oke. "

"18 orang. "

"Jadi kalian jawab siapa yang akan mengawas kita hari ini, jika ada yang betul dari kita dia akan mendapat uang senilai Rp. 126rb dan yang kalah wajib membayar 7rb kepada yang menang, gimana? "

"Setuju, " ucap mereka semangat, soal uang siapa yang tidak tertarik bukan?

"Lumayan jugakan kalau gue menang, "-batin Rio dengan semangat menggelora.

"Okee gue tulisin jawaban kalian disini, jangan sampai ada yang menyontek. "

"Satu Orang satu orang keluar kelas karena gue ada diluar kelas oke. "

"Okee, " ucap mereka.

"Hahaha pinter juga ini otak, " ucap Rio sambil mengelus rambutnya, hari ini Rios bangga karena memiliki otak yang bisa diandalkan.

"Liza siapa? " tanya Rio kepada Liza yang kini giliran Liza yang menjawab.

"Emmmm siapa yaa. "

"Cepetan. "

"Suruh siapa dijadikan yang terakhir? " ucap Liza kesal karena namanya diurutan terakhir yang harusnya itu adalah posisi Dion bukan posisi dirinya.

"Maaf. "

"Kayaknya Dia, semoga aja aku benar " ujar Liza bermonolog, seketika Liza teringat obrolan bersama Alvian sewaktu kemarin dan Alvian berkata akan menjadi pengawas diruangan Liza dan berharap itu benar.

"Emm, pak Alvian. "

"Guru baru itu? " tanya Rio.

"Iya emang kenapa? "

"Beneran? "

"Iyaa Rioooo. "

"Okee ditulisin nih pak Alvian, siap siap melesat. "

"Aku yakin tidak akan. "

Finish,ketika semua telah selesai menjawab bel masuk telah berbunyi kini hanya menunggu siapa yang akan menjadi pemenang.

Setelah bel masuk mereka bergegas masuk keruangan yang telah di sediakan, bel masuk kali ini menandakan ulangan kenaikan kelas akan segera dimulai, Siswa kelas 11B ini ternyata bukan khawatir dengan kesulitan soal tapi khawatir jika jawaban teka-teki yang diberikan ke Rio itu salah.

"Pak Gio, Rio " ucap Nina, Amel, Zion dan Dion perkataan itu diucapkan setelah pak Gio keluar kelas.

"Kok Pak Gio," ujar Liza sedikit kecewa.

"Emang kamu pilih siapa Liz?" tanya Alia.

"Siapa aja."

"Lah."

"Kok bukan pak Alvian sih " batin Liza. Liza masih berharap Alvian yang akan masuk ke ruanganya, bukan soal teka-teki berhadiah itu tapi soal bunga yang kemarin datang.

"Pak maaf  Hari pertama yang mengawas disini siapa?" tanya Rio kepada Gio yang sedang menghitung lembar soal.

"Sebentar.

"Pak Alvian, Rio " ucap Pak Gio sukses membuat Rio membulatkan matanya kemudian menatap Liza karena Liza adalah satu satunya orang yang menjawab dengan nama Pak Alvian.

"Baik silahkan kerjakan, " ucap pak Gio kemudian meninggalkan kelasnya.

Setelah pak Gio pergi kini munculah seseorang yang diharapkan oleh Liza, "Selamat pagi?" ujar pak Alvian.

"Pagi, " ucap mereka ada yang tersenyum ada juga yang kesal karena jawabannya melesat dan satu-satunya murid yang tersenyum hanyalah Liza karena tebakannya benar, dan selebihnya hanya kagum dan terpesona dengan pak Alvian itu saja mungkin.

"Baik silahkan kerjakan, hari ini saya mengawas disini."

"Baik pak."

20 menit berlalu, orang pertama yang selesai mengerjakan soal adalah Alaiza dan itu membuat Alvian kaget bukan tidak percaya, hanya kaget saja.

"Kamu sudah selesai?"

"Iya."

"Coba cek lagi."

"Sudah 2×."

"Sekali lagi."

"Saya cape pak."

"Baiklah, semoga jawabmu benar silahkan kumpulkan di depan " ucap Alvian kemudian Liza pergi meninggalkan kelas karena telah selesai mengerjakan soal.

"Ternyata tidak terlalu susah," ucap Liza yang kini sedang duduk di depan tembok kelas.

"20 menit ?" ucap seseorang membuat Liza kaget.

"Iyaa? "

"Kamu hebat Amora. "

"Panggil Liza saja pak. "

"Bukankah saya sudah beritahu? "

"Baiklah, saya izinkan."

"Bapak kenapa disini? "

"Harusnya saya dimana? "

"Kelas,  mengawasi siswa. "

"Tapi saya ingin disini. "

"Bagaimana jika mereka menyontek? "

"Itu urusan mereka bukan urusan saya, dosa mereka sendiri yang nanggung gak mungkin dibagi-bagi. "

"Yaaa bapak, emang bapak kira sembako apa. "

"Sebentar, " ucap Alvian kemudian beranjak pergi ke dalam kelas.

"Eh dasar kebiasaan, " ucap Liza kesal karena Alvian tiba-tiba pergi.

"Bolehkah Liza sayang pak Alvian? " ucap Liza kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya, apakah bisa Alvian menjadi masa depannya?

"Ini untukmu " Liza membuka wajahnya yang ditutup oleh kedua lengannya.

"Benarkah? "

"Iya ambilah, " ucap Alvian kemudian menyodorkan sebotol minuman isotonik kepada Liza.

"Terima kasih. "

"Sama-sama. "

Tanpa izin Alvian mengambil minuman dari tangan Liza, sempat mengira Alvian berbohong memberi minuman kepadanya tapi ternyata Liza salah. Alvian membuka tutup botol minuman itu kemudian memberikan kembali kepada Liza.

"terima kasih. "

"Ayo minum."

Ketika Liza sedang meneguk minumannya Alvian izin kembali mengawasi murid kepada Liza, "Saya masuk dulu. "

"Iya pak silahkan. "

"Woi Liza, " ucap Rio seperti sedang kesal karena tidak memenangkan permainan itu.

"Apaa? "

"Nih 7rb. "

"Sekalian aja sama yang lain, " ucap Liza.

Setelah ulangan selesai beberapa orang yang mengikuti permainan Rio mulai mempertanyakan siapa yang menjawab Pak Alvian.

Sebelum Rio menjawab, Rio mengajak mereka untuk membayar terlebih dahulu setelah semua terkumpul barulah Rio memberitahu siapa yang memenangkan permainan itu.

"Dan yang menang adalah, " ucap Rio sambil mengipas-ngipaskan uang, ada rasa menyesal kenapa jawabannya tidak disamakan dengan jawaban Liza.

"Jeng jeng jeng, " ujar Alia.

"Alaizaaa, " ucap Rio kemudian tepuk tangan dan disusul oleh yang lainnya

Diantara semuanya hanya Dion yang lantang berkata "Serius? " ucap Dion sambil melihat Liza.

"Kok bisa? " tanya Syila.

"Yaa bisalah, untung aku gak ikutan, " ucap Dira sambil tersenyum, bukan tanpa tujuan Dira membela Liza.

"Selamat untuk ananda Liza, " ucap Rio lalu menyerahkan uang itu.

"Lain kali kita main lagi ya. "

"Kamu senang kita susah, " ucap Dion.

Setelah acara teka-teki itu selesai dan dimenangkan oleh Liza, kini Liza mengajak para sahabatnya untuk ke kantin karena Liza akan meneraktir mereka tanpa sepengetahuan mereka.

Jika sedang bersedih lebih baik disimpan dengan baik dan jika sedang bahagia maka berbagilah.

Ketika para sahabatnya sedang duduk di kantin tiba-tiba Liza berdehem pelan.

"Apa lagi ni anak, " ujar Rio.

"Ekhem.. "

"Apaan sih Lizaaaa, " ucap Syila kesal.

Tanpa menunggu lebih banyak yang kesal akhirnya ia berucap "Aku traktir kalian semua. "

"Beneran? " ucap Dion penuh semangat.

"Kenapa tidak, " jawab Liza bangga setelah memenangkan permainan itu.

"Ayo Kita pesan, " ujar Syila lalu mengeluarkan selembar kertas dan tak lupa dengan pulpennya yang sudah ia siapkan, karena feelingnya mengatakan Liza akan mentraktir mereka.

"Pesan yang banyak, " ujar Liza berbaik hati.

"Liz? " tanya Rio setelah memesan makanan.

"Apa? "

"Semalam ada paket gak? " ujar Rio, perasaan Liza mulai tidak nyaman bagaimana jika paket bunga yang semalam bukan dari Alvian? Dan kenapa ia lupa menanyakan tentang paket bunga itu kepada Alvian.

"Paket apaan? " ujar Liza lalu meminum-minuman pemberian Alvian yang masih tersisa, sengaja dia hemat-hemat supaya tidak cepat habis.

"Mawar putih, " ucap Rio.

Dan benar, paket yang semalam ia terima bukanlah dari Alvian melainkan dari Rio sahabatnya.

Ternyata sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, Rasanya seperti ketika kamu diberi satu harapan namun harapan itu malah terbang entah kemana.

Liza tersedak kala Rio berkata itu darinya "Liza hati-hati, " ucap Dira yang sedang membetulkan letak duduk.

"Rio jangan bercanda. "

"Beneran, kan gue nanya Liz ada engga. "

"Jadi bukan dari pak Alvian? " ucap Liza pelan yang kemungkinan tidak bisa didengar oleh orang lain.

"Lizz? " ucap Rio namun tak dapat sahutan dari Liza.

"Liza? "

"Alaiza? " ucap Arsan.

"Apaa? "

"Kok bengong? "

"Engga, Rio kenapa ngirim bunga sih? "

"Iyaa kayak yang punya banyak uang aja, " ucap Syila bercanda karena tidak biasanya Rio mengirim bunga.

"Mungkin Rio kira kamu ghost money Liz, " ujar Dion.

"Riooooo, " ucap Liza kesal.

"Apa? " ucap Rio kaget ketika Liza teriak tepat ditelinganya.

"Kenapa? " tanya Liza, mempertanyakan kenapa Rio memberinya bunga.

"Mau aja biar keren kan. "

"Kenapa emang? " tanya Rio kepada Liza namun sayang Liza hanya diam ia takut salah berbicara dan ia juga takut rahasia kedekatannya terbongkar walaupun Lizalah yang mendekatinya bukan dia.

"Wei? "

"Bang Elsa marah! "

"Benarkah? " tanya Arsan heran.

"Kok bisa itukan dari Rio, " tanya Syila penasaran.

"Apa jangan-jangan? " ucap Dira.

"Engga ada apa-apa beneran."

"Itu karena kamu tidak mencantumkan nama kamu Rio, " ucap Liza mencari aman.

"Tapi Liza suka kan."

"Iyaa mawar putih, makasih lain kali jangan ngirim lagi."

"Hmmm, gimana yaa."

"Makanan datang," ucap Dira Dion dan Syila.

"Ayoo makan."

"Aku bahagia setelah mendapatkan itu,aku kira itu darimu namun ternyata itu dari temanku jadi bunga yang kamu janjikan itu mana? Aku menunggu-nya aku harap akulah wanita istimewa untukmu pak."

"Apakah aku bodoh? Mencintai lelaki yang berselisih umur cukup jauh? Sepertinya tidak, bukankah cinta tak memandang usia? Jadi fine-fine saja bukan? "

"Liza ayo makan, " ucap Dira.

"Ah iya, " aku berdoa kemudian memulai memakan pesananku, makanan ini tidak terlalu buruk untuk harapan yang menjadi angan.

Kegiatan makan terhenti ketika Rio merapalkan kata maaf, tujuannya dia ingin membuat Liza bahagia tapi ternyata justru caranya salah. Rio paham kalau dia salah, tapi seharusnya Liza tidak usah marah karena Rio tidak tau apa-apa,  " Rio terimakasih yaa. "

"Beneran Liza suka bunga itu? " tanya Rio, karena awalnya Rio mengira Liza marah kepadanya dan itu benar tapi sekarang Liza sadar bahwa sikapnya membuat Rio terluka, niat membahagiakan malah dapat petaka.

"Iyaa Rio terimakasih. "

"Sama-sama Liz, nanti aku kirim lagi sekalian sama Syila. "

"Aku Mawar merah Rio. "

"Iyaa Diraa. "

"Terimakasih Rio, " ucap Dira disambut senyum bahagia oleh Rio.

"Kayaknya gak usah buang-buang uang buat beli bunga untuk Syila deh Yon " ucap Dira

"Emang kenapa? " tanya Rio.

"Bunga kuburan luh iket terus plastikin dia pasti senang, bukankah begitu Syila, "ucap Dion.

"Hahahha, " Rio tertawa karena Dion dan Dira mendapatkan cubitan dari Syila "Enak aja. "