WebNovelLove Line38.46%

[LLINE] Izin dari Papah.

Resmi sudah kini Liza dan para sahabatnya menyandang status kakak kelas, dirinya berjanji akan menjadi contoh yang baik untuk adik kelasnya dan berjanji akan selalu mencintai pak Guru, bodoh memang.

Rasa itu akan hadir ketika salah satunya telah merasa nyaman dan merasa bahwa diri-nya tempat untuk singgah.

"Kakak kelas kita, " ujar Dira bangga.

"Hyuuuu senang yaa, " timpal Syila.

"Senang apaan? Kelas 12 identik dengan UJIAN Diraaa? " ucap Rio dengan penekanan dikata 'Ujian' seperti sebuah pengingat dalam peringatan.

"Sloww yoo sloww, " ucap Dion sambil menepuk-nepuk pundak Rio.

"Rio ngegas mulu, " ucap Syila.

"Dira-kan jadi takut, " timpal Dira dengan wajah yang menyebalkan tapi menurutnya itu menggemaskan.

"Hayooloh Rio, " ucap Liza membiarkan Rio merasa bersalah.

"Apaan, aku cuman ngasih tau. "

" Haha diaa marah, " ujar Syila kemudian mengikuti langkah Rio masuk kedalam kelas barunya, dengan orang-orang yang masih sama tapi bernuansa lebih dewasa karena mereka bukan lagi adik tapi kakak.

Satu hal yang terasa rumit itu, ketika kita tumbuh dewasa tapi belum siap menghadapi fase-fasenya.

Disinilah masa dewasa kita menjadi nyata disibukan antara berkembang menjadi dewasa dan menyelesaikan sekolah dengan segala kesibukan dan dengan kisah cinta yang merumitkan, dan disinilah masa dewasa dimulai.

"Dion mau nyoba sebangku sama Liza dong, " ucap Dion. Ya disekolah ini para guru membebaskan bangku bersama lawan jenis asalkan masih dalam tahap wajar jika sudah kurang ajar mereka akan ditindak lanjuti, begitu.

Seperti memberi celah kepada mereka yang merasa ini adalah kesempatan.

"Ayoo, tapi Dira gak papa? "

"Gak papa Liz santai aja. "

"Syila sama Dira, waaa sensasi baruu " ucap Syila.

"Rio kembali bersama saya! " ujar Arsan lalu duduk dibangku ketiga barisan tengah, didepan bangku Syila dan Dira dibangku kedua liza dan Dion.

" Yaaa, kita barisan tengah lagii, "ucap Rio bahagia.

"Rio yang selalu bahagia, " ucapku.

"San sekarang Rio yang jadi ketua murid. "

"Jangan dong Rio. "

"Kenapa jangan Diraaaa? "

"Nanti kamu keenakan. "

"Enak aja Dion! "

"Suttttt Rioo ada guru, " ucap Alia kepada Rio yang dari tadi terus berbicara.

"Iyaa Aliaa. "

***

15.40 Wib

Tak terasa waktu sudah mencapai sore hari dan pembelajaran akhirnya selesai, selanjutnya para siswa/siswi dipersilahkan untuk pulang.

Kepulangan saat sekolah adalah sesuatu hal yang sangat dinantikan oleh kebanyakan orang, termasuk oleh Liza.

Berjalan melewati kelas-kelas lain,kemudian saling melambaikan tangan kepada yang akan pulang maupun yang sudah dijemput, dan Liza selalu yang paling terakhir diantara para sahabatnya.

"Sudah mau pulang? " tanya seseorang ketika sedang menunggu jemputan.

"Iya Pak, " jawab Liza dengan senyum manisnya dan sangat berharap sang Tuan jatuh hati kepada gadis yang akan beranjak dewasa ini.

"Dijemput Abang? " tanyanya.

"Boleh saya duduk disini? " Tanya Alvian kembali meminta izin untuk duduk disamping Liza.

Dengan senang hati Liza menggeser posisi nya, dan membiarkan Alvian untuk duduk disampingnya "Oh silahkan, " ujar Liza.

"Iyaa, di jemput Abang pak. "

"Gimana rasanya menjadi kakak kelas? " tanya Alvian.

Menjadi seorang senior/kakak kelas bukanlah hal yang mudah, ada kalanya adik kelas lebih dominan padahal mereka belum tau banyak tentang sekolah.

"Tidak begitu sulit pak. "

"Hmm.. "

"Kok cuman Hmm? Apa aku salah ngomong? Ah gak mungkin deh " ujar Liza pelan dan tak terdengar.

"Saya akan mengajar dikelas 12," ucap Alvian membuat Liza kaget dan membulatkan matanya lalu tersenyum.

"Kenapa? " tanya Alvian, apakah salah?

"Saya senang Pak."

"Membuat Amora bahagia itu tidak sulit ternyata. "

"Pak? " tanya Liza ragu.

"Iyaa? "

"Tipe idaman bapak yang kayak gimana? "

"Emang mau apa? "

"Memaksakan diri, " ucap Liza senyam-senyum.

"Jangan memaksakan diri karena itu tidak baik, " seperti sedang berlomba menaikan pesawat keudara lalu tiba-tiba sang angin datang membawa kelangit lebih tinggi dan kemudian menjatuhkannya.

"Tapi kalau, kata Liza itu baik bagaimana Pak guru? " tanya Liza membersihkan kepingan harapan.

"Gimana Amor saja. "

"Jadi gimana bisa? "

"Bisa apa? " tanya Alvian.

Jatuh Cinta seorang diri bukanlah sesuatu hal yang mudah, sendiri itu lebih banyak perjuangan dan lebih banyak terluka berbeda dengan mencintai kedua belah pihak.

"Ah itu Abang udah jemput, Byee Pak guru " ucap Liza mengelak kemudian berlari menuju mobil Eza, Liza mengira Alvian kembali ke ruangannya ternyata ia salah.

"Makasih Pak Guru udah jaga adik saya yang manja ini, " ucap Eza kepada Alvian.

"Apaan sih Bang! "

"Sama-sama, bawa dia pulang Za nanti takutnya saya culik dia. "

"Hahahha, emang mau Yan? dia ngerepotin. "

"Engga kata siapa? " potong Liza.

"Kata Abang barusan, Byee yan. "

"Byee, hati-hati dijalan Amora. "

"Yang harus hati-hati itu gue Alvian! " ucap Eza kesal.

"Hahah, hati-hati Bang Eza. "

"Udah telat Alvian. "

"Yang penting saya sudah mengucapkannya, " ucap Alvian lalu pergi meninggalkan tempatnya.

Sepanjang perjalanan pulang senyum Liza tidak pudar, meskipun Alvian bersikap agak acuh tapi tidak masalah bagi seorang Alaiza, dan hari ini Liza merasa dirinya semakin dekat dengan calonnya ia berharap Alvian jatuh hati kepadanya meskipun itu mustahil.

Mencintai pria dewasa belum pernah terpikir sebelumnya, dia tidak pernah menyangka akan jatuh hati kepada pria dewasa yang umurnya hampir sama dengan sang kakak

Ia selalu berharap hari-harinya akan terus baik meskipun ada saatnya nanti dimana hal buruk terjadi, tetapi ia yakin hal buruk itu akan sirna jika ia percaya hal baik selalu mendampinginya.

"Liza duluan ya Bang, " ucap Liza pamit kemudian masuk kedalam rumahnya.

Hal yang pertama ia temui adalah Cinta pertamanya, Dia pria yang mencintai dirinya tanpa syarat tanpa tapi dan tanpa lelah seakan tidak ada habisnya rasa cinta dan sayang untuk dirinya, apa jadinya jika nanti dia hidup tanpa ada cinta pertama disampingnya.

"Sudah pulang Dik? " tanya Rama yang memanggil Liza dengan sebutan adik.

"Iyaa Liza mandi dulu ya Pah. "

"Iya sayang. "

Buna lihatlah anak gadismu ini akan tumbuh dewasa apakah buna senang? buna mungkin keluarga ini akan terasa lebih sempurna jika ada buna.

Duhai Angin sampaikan sejuta rinduku kepada seseorang yang tidak dalam satu semesta.

"Liza sayang Buna, " ucap Liza sambil mengusap photo buna lalu tersenyum pedih karena kerinduan.

"Ala? " suara Eza memanggil nama Liza dengan cepat Liza merapikan photo buna.

"Iyaa, " jawab Liza kemudian membuka pintu.

"Ayoo makan, sudah mandinya? "

"Sudah, Abang duluan saja. "

"Oke. "

Kata Papah rumah ini memiliki miliaran kenangan bersama Buna,dan rumah ini papah bangun untuk buna, papah hadiahkan rumah ini karena buna berhasil membuat papah menjadi pria istimewa saat oranglain mengganggap papah benalu, saat oranglain menganggap papah beban, dan saat oranglain menganggap Papah sampah. tapi dengan tulus dan baiknya buna ia menganggap papah pria dewasa yang istimewa dengan segala kekurangnnya, Pria dewasa yang mau bangkit dan pria dewasa yang mau kuat untuk setiap kesakitan dan terus berjuang tanpa henti.

Kehilangan materi membuat orang disekeliling papah menghinanya, merendahkannya dan yang paling menusuk adalah mengatakan papah adalah beban terbesar dikeluarga padahal papah hanya, Hanya karena saat itu Papah kehilangan materi dan harus memulai semua dari 0, dan itu bukan berarti Papah tidak bisa mendapatkan materi kembali.

Bodoh, dulu semua orang menganggap materi (harta) adalah sebuah keharusan untuk dimiliki, dulu orang yang terjatuh dan kehilangan materi mereka cemooh mereka, lukai hatinya dan yang paling bodoh menganggapnya tidak bisa apa-apa, hanya jadi beban.

Ucapan  itulah yang membuat mereka terpuruk dan putus asa.

"Buna terima kasih telah mau mendampingi Papah. "

"Bagaimana enak? " tanya Papah disela-sela waktu santai.

"Enak, makasih Papah. "

"Papah dengar adik dekat sama Guru? " tanya Papah pelan.

"Engga kok Pah, " jawab Liza cepat dan berusaha menghilangkan kegugupan.

"Adik, papah tidak akan melarang, itu hak Liza papah tidak akan memaksa adik harus dekat dengan ini atau dengan itu. "

"Tapi yang harus adik ingat, Belajarlah mencintai dari pria yang mencintai kamu dengan tulus, karena itu lebih baik dari pada kamu yang mencintainya dan yang mengejarnya. "

"Oh jadi aku salah ya. "

"Iya Pah. "

"Jaga diri baik-baik, Papah selalu berdoa agar jodoh Adik adalah pria yang bertanggung jawab dan pria yang mencintai adik sampai mati, memperlakukan layaknya seorang istri yang menjadi teman hidup yang diistimewakan. "

"Iyaa Pah terima kasih. "

"Sama-sama, Jika Alvian mencintai Liza Papah dukung, " ucap papah membuat aku kaget, apakah ini restu atau hanya sebuah perizinan yang nanti akan dihilangkan jika salah satu tidak mencinta?

"Paa__?"

"Iyaa Papah tau. "

"Tidak apakan Pah? "

"Tidak, jaga dirimu baik-baik lalu sekolah yang benar selebihnya biar papah yang bantu yaa. "

"Iyaa Papah. "

"Buna? Buna tak salah memilih pria, dengan anak gadisnya ia istimewakan apalagi dengan Buna yang statusnya sebagai istri Papah, Buna bahagia disana yaa Papah selalu menyayangi Buna."