The Last Weird || Bagian 5

Mobil Hammer Keluaran terbaru itu terparkir di depan pintu rumah Alice. Logan menatap Alice yang kelihatan masih belum sadar bahwa mereka sudah sampai. Logan balik menatap Xander yang memberinya kode lewat tatapan matanya. Seolah memberinya perintah agar menyadarkan Alice.

"Alice? Kita sudah sampai!" seru Logan sambil menyenggol bahu Alice

"Hah? Eh-, maaf. Tadi aku sedang melamun!" ujar Alice sedikit terkejut lalu membuka seatbealt nya dan segera membuka pintu mobil di sebelah nya. "Ahh iya, trimakasih atas tumpangan nya Logan. Dan sampai jumpa besok Logan, Xander. Aku duluan!" Seru Alice sambil melemparkan senyum nya dan segera menutup pintu depan Logan saat tidak ada sahutan lagi. Logan mulai memutar balik arah mobil nya, namun Xander tiba-tiba mengeluarkan suara.

"Tunggu sebentar Logan, ada yg ingin aku berikan pada Alice!" seru Xander membuat Logan berhenti dan menatap Xander yang langsung turun dari dalam mobil nya.

"Alice!"

Gadis yang hampir memasuki pintu gerbang nya itu berhenti dan berbalik. Lalu menatap Xander yang berlari ke arah nya. "Xander? Ada apa?" seru Alice .

Alice menahan nafas nya saat Xander tiba-tiba berdiri sangat dekat dengan nya, wajah nya tiba-tiba memanas dan degub jantung nya berdetak dua kali lebih cepat. Alice manahan nafas nya dan menunggu Xander yang seperti nya sedang memasangkannya sesuatu padanya.

"Selesai, jangan lepas kalung nya. Jika ada terjadi sesuatu dengan mu, kau bisa menekan chip yang berada di dalam kalung itu. Atau, kalung itu akan mengeluarkan cahaya jika kau sedang dalam bahaya, sekalipun kau tidak menekan chip yang aku tanam di dalam kalung itu. Dan ingat untuk tidak keluar malam ini dan tetap lah berada di rumah mu, besok pagi kita akan berangkat bersama!" seru Xander lalu segera pergi dan memasuki mobil Logan. Meninggalkan Alice yang diam terpaku di depan pintu gerbang nya dengan mulut sedikit ternganga. Masih mencerna apa yang baru saja terjadi dengan otak nya yang bisa dikatakan cukup encer.

Tin...tin..."Kami pergi Alice! Segeralah masuk!"

Alice yang masih belum sadar sedikit terkejut ketika mendengar suara mobil Logan yang menyentak nya dari apa yang baru saja terjadi. Alice mengganggukkan kepala nya dan segera memasuki gerbang rumah nya. Menghilang dibalik gerbang tua yang kelihatan dari dalam mobil Logan.

Logan menancapkan pedal gas nya, ia sedikit melirik Xander yang sudah duduk di sebelahnya. Logan juga terkejut dengan tingkah Xander barusan. Logan menggelengkan kepala, ia rasa ia tidak salah lihat bahwa Xander yang sedang duduk di sebelahnya juga bisa bertindak seperti 'tadi' pada sosok seorang gadis, terlebih itu adalah Alice. Jika sudah berhubungan dengan Alice, maka imajinasi Logan akan meluncur kemana-mana. Logan tersenyum dalam hati dan hendak ingin angkat bicara,namun...

"Ini tidak sesuai dengan apa yang ada di dalam fikiran mu Logan. Berhenti lah berpikiran terlalu jauh dan tersesat dalam keambiguan yang kau ciptakan dalam imaginasi mu sendiri!" seru Xander memotong Logan. Karena Xander memang sudah menebak apa yang akan Logan katakan padanya.

Logan berdecak sebal saat Xander tetap seperti biasa "Apa yang kau berikan pada Alice? Apa itu seperti ini juga?" tanya Logan sambil menunjukkan gelang hitam yang melingkar di pergelangan tangannya dan itu juga adalah pemberian Xander. Xander memang memberinya gelang beberapa hari yang lalu, dan kata Xander. Gelang yang sedang ia pakai saat ini bukan lah gelang biasa.

"Ya, tapi ini sedikit berbeda! Apa kau tidak mampir dulu?" seru Xander saat mobil Logan sudah berada di depan apartemen nya

"Tidak usah, aku akan segera keluar saja dan terimakasih sudah mengajak kami ke rumah mu. Ya, meskipun dalam keadaan paksaan!" kekeh Logan

Xander mengangguk dan kelihatan ingin menyampaikan sesuatu.Logan menunggu dengan tidak memijak pedal gas nya namun Xander terlihat kembali mengatupkan mulut nya membuat Logan mengerutkan keningnya.

"Ada apa? Kau ingin menyampaikan sesuatu pada ku?" seru Logan menyadari raut wajah Xander

"Ahh- itu, aku ingin....sudahlah... lupakan saja, aku akan segera masuk! Trimakasih atas tumpangan nya!" seru Xander dan segera memasuki gerbang apartemen nya. Logan menatap punggung Xander yang menghilang di balik pintu, lalu ia juga segera bergegas memasuki mobil nya dan bergegas keluar. Tidak terlalu peduli dengan apa yang ingin dikatakan oleh Xander padanya. Mobil Hammer milik Logan menghilang di balik belokan menuju ke rumah lelaki itu. Xander memastikan bahwa Logan sampai dengan selamat menuju rumah lelaki itu barulah ia memasuki apartemennya.

***

Alice menatap langit-langit ding-ding kamarnya, warna gelap dengan ding-ding yang juga dominan hitam. Gadis itu meraba leher nya dan menatap kalung yang diberikan oleh Xander. Kalung berwarna hitam, dengan tulisan XD yang Alice rasa adalah nama singkatan untuk Xander.Alice lalu menatap bahwa di tengah-tengah dari kalung itu terdapat seperti sebuah benda berwarna merah.

ping...ping...

Perhatian Alice teralih dan segera mengambil handphone nya yang berbunyi lalu kembali berbaring lagi. Sebuah pesan dari Logan, dengan segera Alice langsung mengangkat panggilan dari Logan begitu pesan nya ia baca.

"Ada apa?" ujar Alice

"kau sudah tidur? Cepat sekali!" ujar Logan di seberang sana

"Hmmm!"

"Apa yang diberikan Xander kepada mu? Aku rasa dia memberikan mu sebuah kalung, benar begitu?" seru Logan yang juga sedang menatap layar handpone nya dengan fokus yang terbagi dua. Antara tugas Fisika itu yang memang begitu sulit atau dia yang tidak bisa mengerjakannya. Tapi intinya, dia sudah bergelut dengan satu soal itu selama dua jam lamanya. Tepatnya setelah ia sampai di rumah nya. Dan masih belum menemukan sedikit pun clue untuk menjawab soal itu.

Logan yang bodoh atau soalnya yang iseng sama Logan?

"Ya, dia memberi ku kalung berwarna hitam dengan ukiran XD. Apa kau... juga diberikan sesuatu oleh Xander?" ujar Alice mengubah posisi nya yang tadinya berbaring menjadi bersandar di pinggiran sofa dan masih menatap kalung itu.

"Tidak, aku diberikan gelang oleh nya. Tapi ini berbeda, aku hanya bisa memakainya jika aku sedang dalam bahaya! Dan bagaimana dengan mu? Apa kau sudah menyelesaikan tugas fisika mu?" seru Logan

Alice menghela nafasnya dan mengubah panggilan itu menjadi panggilan Vidio. Wajah Logan terpampang jelas di dalam layar ponsel nya,serta tumpukan buku yang berserak di belakang Logan. Alice membuat kesimpulan bahwa Logan pasti lagi-lagi tidak menemukan jawaban soal Fisika yang kemarin diberikan pada mereka.

"Hey, kau! Kau menelepon ku hanya untuk bertanya soal tugas itu?" kesal Alice namun tetap melangkah dari kasur nya dan menuju meja belajarnya. Mencari dimana ia meletakkan buku tugas Fisikanya.

"Hehehehhehe, aku rasa kau pasti sadar bahwa aku sudah berusaha untuk mengerjakan nya Alice, tapi sayang nya. Otak ku tidak secerdas otak encer mu dan tidak sepintar otak nya Xander yang genius!" seru Logan mulai lagi dengan kata-katanya yang selalu membuat Alice muak.

"Stop! jangan bahas itu lagi Logan. Aku tidak suka mendengar nya!" kesal Alice "Dan, aku sudah mengirimkan nya!" seru Alice

"Terimakasih! Jangan tutup dulu Alice, aku ingin kau menemaniku!" ujar Logan

"Sialan, apa kau pikir aku ini pacar mu? Hello, dasar manusia!"

"Jadi, apa kau berminat jadi pacar ku?" goda Logan yang kali ini menatap Alice yang sepertinya sudah kembali berbaring

"Aku tidak menyukai mu Logan, jangan terlalu percaya diri!"

"Ayolah Alice, setidaknya kau bisa merasakan pacaran dengan ku! Bilang saja, seperti percobaan pacaran" kekeh Logan yang semakin terkekeh ketika melihat Alice memutar bola matanya, seperti biasanya.

"Aku tidak ingin!" seru Alice menatap Logan dengan kesal

"lalu, bagaimana dengan Xander? Apa kau menyukai nya?"

"Hah? Xander?" Seru Alice sedikit menaikkan oktaf suara nya

"Jadi kau menyukai nya? Mengapa nada suara mu naik!" kekeh Logan semakin gencar menggoda Alice yang memasang wajah datarnya. Logan rasa, jika Alice sedang bersamanya sekarang. Gadis itu pasti akan menendang bokongnya atau paling tidak mencubit wajahnya.

"Jika kau masih membahas hal tidak berguna ini, maka aku akan mematikan sambungan nya saja!" seru Alice

"heh-A-Alice!" Seru Logan "Dia benar-benar mematikan nya!" kesal Logan dan segera mencoba menghubungi Alice lagi, namun nihil. Alice menolak panggilan teleponnya dan tidak melihat chat nya lagi. "Sudah lah, mungkin dia memang mau tidur!" ujar Logan dan menyerah menghubungi Alice.

Sementara Alice masih terdiam di dalam kasur nya dan menatap handphone nya dengan wajah nya yang keheranan. Dia bukan nya tidak ingin mengabaikan Logan. Namun, pesan yang dikirimkan oleh Xander padanya membuat ia tidak bisa berpikir jernih saat ini dan lebih menarik perhatiannya untuk sekarang. Meski mereka sudah berteman sejak kelas 1.Namun mereka sama-sekali tidak pernah saling menukar pesan barang sekalipun, namun kali ini, kali ini benar-benar seperti kejutan bagi Alice. Ia mengatur nafas nya,menarik nya dan mengeluarkan nya lagi. Jari tangan Alice lalu tergerak membuka kontak whatsap (WA) dari Xander, tidak ada poto frofile dan begitu privasi. Alice membuka pesan yang dikirimkan oleh Xander padanya, membuat mata Alice melotot dan hampir menjatuhkan handpone nya ke lantai.

"Astagahh, tidak. Ini tidak benar sama-sekali! Kau harus sadar Alice, Xander hanya bertanya apa kau sudah tidur atau tidak, seharusnya kau bisa menjawab nya seperti Logan jugan bukan?" ujar ALice menyemangati diri nya sendiri. "Tapi ini berbeda, ini sangat berbeda. Ini Xander, bukan Logan!" Sambung Alice bergelut dengan diri nya sendiri. Alice cukup lama mengabaikan pesan dari Xander, namun ia akhirnya memutuskan untuk membacanya.

Xander

Kau Sudah tidur??

Alice lalu mulai mengetik pesan nya, "Tidak-tidak! Ini terlalu lebay!" seru Alice lalu menghapus pesan nya lagi. "Tidak, ini lebay! Arkhhhhh, mengapa sulit sekali?" seru Alice, ia segera mengambil handpone nya lagi dan

Alice

Belum, Ada apa?

Alice mengehela nafas nya legah saat pesan itu sudah terkirim, namun tidak lama kemudian ponsel nya lagi-lagi berbunyi. Alice menatap nya dan ternyata adalah balasan dari Xander. Cepat sekali..Batin Alice.

Xander

Tidur lah, ini sudah larut.

Alice mengulang-ulang isi pesan itu, ia sedikit menganga sakin tidak percaya nya apa yang sedang ia lihat saat ini. Pikiran Alice mulai lari kemana-mana, " Tidak, aku tidak boleh begini, mungkin itu hanya lah teguran sapa dari nya!" ujar Alice berbicara sendiri. "Lalu, apakah aku harus membalas nya?" seru Alice. Namun, tangan nya benar-benar tidak singkron dengan pikirannya. Tangan nya langsung kembali mengetikkan pesan untuk Xander

Alice

Ya, kau juga tidur lah. Ini sudah larut.

Good Night!!

Alice segera mematikan handpone nya dan segera memasuki selimut tebal nan hangat nya. Dan segera menuju ke dalam arah mimpinya. Namun pesan dari Xander benar-benar seperti racun untuk Alice. Gadis itu lagi-lagi membuka handpone nya, ada 2 balasan dari Xander. Alice hendak membalas, namun panggilan dari Logan membuat niat Alice harus terhenti. Dan itu sedikit mengalihkan perhatiannya dari Xander yang saat ini memenuhi pikirannya.

"Ada apa lagi?" seru Alice saat wajah Logan sudah berada di layar handpone nya

"Alice, kau sudah lihat? Ini benar-benar menyenangkan!"

"Melihat? Apa yang harus aku lihat?"

"Salju sudah turun, lihat lah ke arah jendela kamar mu!"

Mata Alice berbinar senang, ia bergegas keluar dari ranjang hangat nya. Lalu berjalan mendekati kaca jendela kamar nya, ia membuka tirai nya sedikit dan menilik ke luar. Senyum Alice terbit dan kembali menatap layar ponsel nya, "Ya, ini adalah salju pertama!"

"Berarti besok kita harus berangkat sedikit lebih pagi dari biasanya. Aku rasa mobil ku akan betah di garasi!"

"Itu menyenangkan!"

"Aku akan menunggu mu besok!"

"Ya!" seru Alice semakin melebarkan senyum nya saat menatap aurora yang juga sudah terlihat. Alice ingin sekali keluar dari kamar nya, namun suara-suara yang kembali terdengar dari atas kamar nya membuat ia harus kembali memasuki ranjang nya lagi. Tangan Alice tertuju pada chat dari Xander yang masih belum ia buka. Alice membuka pesan itu dan

Xander:

Salju sudah turun! Ingin melihat nya sebentar? Aku tidak jauh dari lokasi mu!"

Xander:

Ahhh, jangan keluar. Aku baru lupa satu hal

Alice berhenti bernafas, ia hendak beranjak lagi dari kasur nya. Namun sebuah pesan masuk dari Xander membuat niat Alice terhenti

Xander:

Jangan keluar, aku juga sudah pergi.

Alice segera menekan tombol-tombol keyboard nya lagi

Alice:

Ya, aku tidak melihat nya lagi. Mengapa kau keluar?

Xander:

Tidak apa-apa, tidur lah. Dan jangan keluar lagi. Good Night Alice:)

Alice menutup handpone nya dan segera meletakkan benda itu kembali lagi ke atas meja nya. Ia kembali memejamkan mata nya dan segera memasuki alam mimpi nya sambil berusaha untuk tidak terpengaruh dengan suara-suara aneh dari atas rumah nya. Suara-suara yang setiap malam ia dengar, mirip seeperti suara jeritan. Namun, sering kali seperti suara tangisa. Alice pernah bertanya mengenai hal itu pada ibunya-Bertha. Namun wanita paruh baya yang menjadi ibunya itu selalu mengatakan bahwa ia harus mengabaikan suara itu.

Alice ingin sekali keluar dari kamarnya dan melihat salju itu, tapi ia rasa lebih baik ia mendengarkan apa yang dikatakan oleh Xander padanya saat ini. Tidak keluar dan tetap di dalam rumahnya.