"Dia tidak apa-apa, hanya saja sepertinya dia sedang syok!"
"Baik Dok, terimakasih!" seru Logan, namun lain hal nya dengan Xander yang hanya menyandarkan badan nya di tembok yang berada tidak jauh dari ranjang Alice berada. Sejak mereka masuk, lelaki itu memang tidak banyak mengeluarkan suara. Hanya fokus menatap Alice yang masih terbaring tak sadarkan diri di atas ranjang.
"Baik, saya akan pergi dulu. Masih ada yang perlu saya urus, jika dia sudah terbangun. Beri dia makan dan minuman yang hangat!"
"Baik dok!"
"Kalau begitu, saya permisi dulu!"
Logan menatap punggung dokter itu yang sudah menghilang di balik pintu. Ia sedikit melirik Xander yang masih bersandar di dekat pintu dan terlihat sedang dalam dunianya sendiri, tak lagi menatap Alice seperti beberapa menit yang lalu.
"Apa yang terjadi tad?Maksud ku mengapa kau bisa tiba-tiba kembali ke kelas?" seru Logan membuat Xander yang sejak tadi berada di alam nya sendiri tersentak dan menatap Logan. Ia berjalan mendekat dan duduk di kursi dekat Alice berbaring yang masih belum sadarkan diri.
"Aku kehilangan jejak dari gadis itu, karena kalung ku tiba-tiba mengeluarkan sinar!" ujar Xander menatap lekat wajah Alice yang masih kelihatan pucat "Apa yang dia katakan sebelum dia pingsan?"
"Dia hanya mengatakan 'Pergi'! Ya, Itu yang Alice katakan!" seru Logan
"Apa kau tidak merasakan ada sesuatu yang berada di sekitar kalian?"
"Sesuatu? Aku tidak merasakan nya, kecuali ketika kau menyuruhku untuk menerawang!" Seru Logan sedikit menaikkan alis nya menatap Xander yang sedikit aneh. Tepatnya semenjak mereka berada di dalam ruangan ini, lelaki itu terus saja diam dan terus menghela nafas nya. Percakapan mereka di luar, sebelum masuk UKS juga terpotong karena banyak orang yang terus menatap mereka berdua, berbisik-bisik lalu cekikikan tidak jelas. Yang tentunya membuat mood Xander langsung down. Logan memilih untuk mengajak Xander masuk ke UKS daripada terus berlama-lama di luar.
"Hey, Xander. Jika kau mengetahui sesuatu, katakan pada kami. Kau kelihatan sedang menyembunyikan sesuatu dari kami!"
"Sudah lah, lupakan saja. Aku ingin keluar sebentar, jangan keluar selagi dia tidak sadar!" seru Xander lalu segera beranjak dari duduk nya dan segera berjalan menuju arah pintu dan mengabaikan Logan yang terus mengocehi dirinya.
Xander sampai di belakang sekolah, ia menatap jam tangan nya yang sudah menunjukkan pukul 11. Rata-rata kelas kosong karena kejadian tadi pagi. Xander menghela nafas nya lelah, ia terlalu takut jika apa yang ditakutkan oleh Alice akan benar-benar terjadi. Xander menyandarkan badan nya di kursi taman belakang sekolah, menutup kedua matanya sambil mengawasi sekitar nya. Tidak ada, hawa itu tidak ada lagi. Xander segera membuka kedua matanya, ia menatap pohon yang tidak jauh darinya dan segera beranjak. Ia sudah memeriksa korban itu lagi, dan lambang itu lagi-lagi ada di sekitar korban. Jika ini terus berlangsung, maka kemungkinan besar nya. Mereka harus masuk ke dalam bayang ilusi lagi. Meski sebenarnya kasus ini juga masih terasa buntu.
Sudah dua korban yang tewas dengan keadaan mengenaskan, Xander sekarang ragu. Apakah ia harus meminta tolong pada ayah nya atau tetap menyelidiki kasus ini bersama kedua sahabatnya. Tapi, Xander juga menaruh rasa curiga pada Bertha--ibu Alice--wanita paruh baya itu serasa memiliki aura asing bagi Xander.
***
Sinar matahari terasa menusuk dan memaksa untuk memasuki celah kelopak mata sosok yang sedang terbaring di atas ranjang itu. Perlahan, dengan perlahan, cahaya itu akhirnya berhasil meraih celah itu dan membuat sang empunya kelopak mata mulai mengerjapkan matanya. Dengan perlahan, namun pasti. Gadis itu mulai membuka matanya dengan perlahan. Setelah tatapan Alice terbuka dengan sempurna, ia lalu mengamati dimana ia sekarang.
Langit-langit ruangan yang putih, dengan gorden hijau keputihan yang membatasi ding-ding sebelah nya. Alice memijat kening nya dan Shittt " Ini pasti UKS!" seru Alice hafal betul dengan aroma obat-obatan yang terasa menusuk hidung nya. Dan aroma yang juga ia benci. Alice berusaha untuk bangkit sebelum sebuah suara yang tiba-tiba terdengar menghentikan kegiatan Alice.
"Alice? Kau sudah sadar?"
Alice mengalihkan perhatiannya dan menatap siapa yang baru saja memasuki ruangan UKS dengan nampan yang berada di tangan nya.
"Mari ku bantu!" ujar Logan setelah meletakkan nampan yang tadi berada di tangan nya, kini sudah berpindah di meja. Logan segera membantu Alice bersandar di sandaran ranjang besi tempat ia berbaring dan bisa dipastikan bahwa sandaran itu tidak se-empuk ranjang gadis itu.
"Terimakasih Logan!" seru Alice setelah ia berhasil bersandar, tatapan Alice lalu menyusuri ruangan yang ternyata kosong melompong dan itu berarti hanya ada dia dan Logan. Tidak ada orang yang masuk UKS atau meman ini sudah jam pulang. Lalu? Dimana Xander? Apa dia tidak datang juga? Batin Alice saat nama Xander tiba-tiba terlintas di otak kecilnya.
"Xander yang membawa mu kemari Alice dan beberapa menit yang lalu dia pergi entah kemana dengan wajah nya yang seperti membawa beban seumur hidup nya!"
"Benarkah? Dia yang membawa ku kemari? " seru Alice sedikit terkejut dengan informasi barusan itu.
"Sudah lah, kau makan saja dulu. Aku sudah membeli mu jajanan kesukaan mu dan teh manis dingin!" Seru Logan dengan segera mengambil nampan yang berada di atas meja. Ia tentu tidak akan lupa bahwa Alice pasti lapar.
"Terimakasih Logan, kau baik sekali!" ujar Alice sontak merasa senang saat melihat nasi goreng dengan paha ayam goreng itu sudah tersaji di depan nya. Ya, hanya dengan jajan seperti ini saja Alice sudah senang, 'bahagia itu memang sederhana'.
"Astagahhh, kau makan seolah kau tidak makan selama seribu tahun Alice, pelan-pelan saja. Jika kau masih mau, aku bisa membelinya lagi untuk mu!"
"Tidak, aku hanya merasa sedang kelaparan saja Logan.Tidak biasa nya aku merasa seperti ini!" seru Alice sambil mengunyah nasi di dalam mulut nya
"Yak, Hey.. kau kotor sekali. Cepat makan dan jangan berbicara!"
"Kau yang mengajak ku untuk ber---Uhukk....Uhukkkk!"
"Yakkk, minum dulu!" seru Logan lalu dengan cepat memberikan air putih nya pada Alice,yang langsung di teguk habis oleh gadis itu. Bisa-bisanya gadis itu tersendak, padahal ia sudah memperingati untuk makan dengan pelan-pelan.Logan menggelengkan kepalanya sambil menatap Alice, gadis itu masih lanjut lagi untuk makan dan menghabiskan semua lemak itu seolah tidak terpengaruh dengan kejadian barusan.
"Ahhh, aku sudah kenyang sekarang!"kekeh Alice sambil menatap Logan yang tidak berkutik barang sedikit pun menatap Alice. "Ada apa? Apa kau melihat sesuatu di belakang ku lagi?" seru Alice yang tiba-tiba panik lagi.
"Apa kau tidak makan tadi pagi? Sehingga kau pingsan dengan tiba-tiba?"
"Ya, aku memang tidak makan sejak semalam. Aku tidak berselera untuk makan di rumah. Tapi, soal itu... aku memang melihat sesuatu yang begitu mengerikan!" seru Alice yang lagi-lagi terdiam saat mengingat kembali bentuk apa yang ia lihat tadi pagi itu "Jangan pikir aku pingsan karena tidak makan ya" kesal Alice menatap Logan dengan mata menyipit.
"Sudah lah, jangan pikirkan lagi.Intinya kau harus makan dan selalu menjaga kesehatan mu Alice.Entah itu benar atau tidak,tapi aku juga mendapat penglihatan aneh beberapa hari terakhir ini dan aku rasa kau juga pasti mendapatkan nya!" seru Logan
"Sebenarnya....!"
Pintu tiba-tiba terbuka membuat percakapan Logan dan Alice juga terhenti tiba-tiba dan tatapan mereka berdua tertuju pada sosok Xander yang juga sedang menatap mereka dengan alis berkerut.
"Ada apa? Mengapa kalian berdua menatap ku seperti itu? Apa kalian sedang membicarakan ku?" seru Xander lalu duduk di sebelah Logan dan berhadapan langsung dengan Alice
"Tidak ada, kami tidak membicarakan apa-apa. Hanya membicarakan mengenai apa yang terjadi selanjutnya!" jawab Logan jujur
"Kau darimana?"
Xander menatap Alice yang bertanya padanya "Dari luar, ada apa?" seru Xander
"Tidak ada, lupakan saja!" seru Alice yang mengalihkan perhatiannya lalu menatap salju yang masih turun dari jendela yang berada di sebelah nya. Ruangan UKS di sekolah mereka memang langsung berhadapan dengan taman sekolah dan jendela juga dibiarkan terbuka. Meski sinar matahari sedikit terlihat, salju seperti tadi pagi masih terlihat turun dari langit biru. Ia mengeratkan jaket nya, angin dingin tiba-tiba seperti menusuk kulit nya.
"Apa kita tidak akan masuk kelas?" ujar Alice saat menyadari bahwa mereka bertiga sama-sekali tidak ikut kelas hari ini.
"Sebenarnya sekolah sudah dipulangkan 30 menit yang lalu dan itu 3 jam lebih awal dari biasanya!" seru Xander membuat Alice dan Logan menatap Xander dengan kening berkerut. Seolah kabar barusan adalah kabar kejutan yang jarang mereka dengar.
"Apa kau sedang tidak bercanda?" seru Logan
"Kau bisa melihatnya sendiri, semua siswa juga diwajibkan untuk pulang ke rumah langsung. Kepala sekolah takut jika akan ada badai salju sore ini!"
"Kalau begitu, bagaimana jika kita langsung pergi saja? Atau kalian berdua bisa mampir terlebih dulu ke rumah ku. Ibu ku membuat sup coklat panas!" usul Logan
"Tidak buruk!" ujar Alice
"Aku ikut saja!" jawab Xander
"Baiklah, kita segera berangkat!!!"
Alice turun dari ranjang nya, tangan nya hendak ter-ulur untuk membawa ransel nya. Namun sebuah tangan lain lebih dulu mendahului nya, Alice menatap Xander yang juga sedang menatap nya "Aku akan membawa nya, kau masih belum sepenuh nya pulih!" seru Xander dengan perhatian. Membuat Alice sedikit menyalah artikan ucapan Xander yang penuh dengan bahasa isyarat. Jika dalam fisika, Alice bisa mengartikan nya dengan usaha yang lebih besar untuk mendapatkan gaya yang seimbang.
"Tidak usah, aku bisa membawa nya sendiri!"
"Biarkan Xander saja Alice, kau juga masih belum pulih sepenuh nya!"
Alice menatap Logan, ia lalu mengangguk dan segera berjalan menuju pintu keluar. Alice sedikit menatap lorong sekolah yang sudah benar-benar sepi, namun Logan segera menggandeng tangan nya membuat gadis itu menatap nya "Tidak ada apa-apa lagi, ayok jalan!" ajak Logan. Alice sedikit melirik Xander yang berjalan di belakang nya, lelaki itu terlihat masam.
Mereka bertiga melewati jalanan bersalju, tidak terlalu banyak orang yang berjalan kaki. Hanya beberapa saja, Alice tiba-tiba merasakan hati nya kembali sakit. Ia sedikit meraba ulu hati nya, "Hey, kau kenapa?" seru Xander saat menyadari Alice yang seperti nya tidak sedang baik-baik saja.
"Ahh, tidak apa-apa. Aku baik-baik saja!"
"Jika kau merasa sakit, kau bisa segera memberitahu ku atau Logan. Aku rasa kau lebih nyaman dengan Logan dan sebaiknya jika kau ada sakit, ceritalah kepadanya !" seru Xander sambil meninggalkan Alice yang sedang menggenggam tangan Logan beberapa langkah di belakang nya.
****
Mizuki Pov
Awan hitam yang mengepul membuat sosok lelaki paruh baya yang sedang menatap kaca di depan nya mengalihkan perhatian-Nya. Ia sadar siapa yang kali ini datang "Kau sudah datang?" seru nya
"Sudah My Lord, hamba sudah datang!"
"Bagaimana? Apa kau lagi-lagi harus membunuh nya?"
"Saya tidak punya pilihan lain My Lord, jika aku tidak mengambil hatinya. Maka iblis itu akan segera membunuh ku dan juga gadis itu!"
"Lalu, bagaimana dengan Alice?" seru sosok paruh baya itu dengan helaan nafas. Ia melangkah menjauh dari kaca di depan nya dan menuju kursi goyang yang berada di dekat perapian. Ia menatap sosok gadis yang berada di hadapan nya sekarang.
"Alice masih bertahan Lord, setidaknya sampai saat aku masih bisa selamat saat ini. Tapi, aku sudah mulai merasakan sakit di ulu hati saat aku membunuh orang kedua!"
"Seberapa parah?"
"Saya masih bisa bertahan My Lord!"
"Apa kau memberikan lambang itu? Apa Alice ingat sesuatu mengenai lambang itu? Atau apa dari antara mereka bertiga ada yang sadar apa arti lambang itu?"
"Sudah my Lord dan... Xander. Lelaki itu sudah mengatahui arti nya, tapi, Alice masih belum sadar mengenai hal itu. Aku khawatir pertumbuhan Alice lamban karena Bertha, iblis itu pasti terus mengisap energi Alice" Seru Mizuki
"Tidak apa, selagi dia masih berada dengan iblis itu, iblis yang mengincar Alice akan semakin lama untuk mengetahui keberadaan nya. Tapi, karena tuan mu itu sudah mulai mengumpulkan kekuatan. Maka, kau harus memberi mereka petunjuk Mizuki. Tapi ingat, kau harus memberi mereka petunjuk lewat mimpi, jangan bertindak gegabah seperti yang kau lakukan sekarang ini!"
"Baik My Lord, dan seperti nya saya juga harus segera pergi! Asap ini benar-benar bisa membunuh ku!"
"Kau yang memilih itu Mizuki, maka kau juga yang harus menyelesaikan nya!"
Asap hitam tiba-tiba menyelimuti tubuh Mizuki, gadis itu menghela nafas nya lagi dan tiba-tiba menghilang bersamaan dengan awan hitam itu yang juga ikut menghilang dari pandangan lelaki tua itu. Menghela nafas nya dan kembali beranjak dari kursi goyang nya, lelaki paruh baya itu kembali menuju kaca yang menampilkan sosok gadis yang di awetkan
"Aku harap Alice bisa selamat, aku harap dia tidak akan berakhir seperti mu lagi! Dan jika dia sudah ingat dengan apa yang dia lupakan, aku bisa membawa kalian kembali ke-kerajaan kita!"
Sosok lelaki paruh baya itu memejamkan matanya saat merasan sosok di dalam kaca itu masih memiliki detak jantung. Meski sudah lama berada di dalam tabung kaca itu. Sosok itu meraba dada nya, lalu memilih untuk pergi. Meninggalkan ruangan itu dan sosok lelaki tegap yang memperhatikan sosok paruh baya itu dari jauh. Sosok itu juga ikut menghilang dan memilih untuk terus mengawasi.