WebNovelMunaafik37.50%

Kami Tahu

Jalanan Surabaya padat oleh berbagai macam kendaraan seperti biasanya, gadis berjilbab merah maroon itu menatap keluar jendela angkot dengan sepasang ear phone yang tertancap pada kedua telingah-nya. Mata bulat dengan netra coklat pekat menyapu jalanan yang ramai.

"Apa hubungan Zahrah dengan Asyraf? Apa benar Asyraf adalah paman Zahrah?"

Pertanyaan itu yang selalu muncul didalam benak-nya. berbagai prasangka menghantui kepala-nya, segera ia menepis jauh-jauh prasangka buruk yang diciptakan oleh setan untuk-nya.

"Aku nggak boleh su'udhon, lagipula aku nggak ada apa-apa-nya dibandingkan sama Zahrah, bisa jadi bukan jika memang Asyraf adalah paman Zahrah." gumam Juha.

Mataku masih lurus memandang jalanan kota Surabaya yang masih terdiam, sementara sepasang mata disebelahku masih senantiasa memandangku tanpa bergeming sedikit pun. Perlahan insan laki-laki itu mendekatkan indra penciumanya kearah leherku.

"Aroma cerry." ucapnya lirih.

"Asyraf cepat jalan."

"Bentar, aku masih belum puas lihat kamu. Cantik, seperti biasa."

"Udah ah, cepat jalan, Abi sama Ummi pasti udah nungguin aku dirumah."

"Mau diantar sampai depan rumah?"

"Nggak, cukup sampai depan komplek saja."

"Jadi diam-diam nih, nggak seru ah."

"Apa kata orang jika mereka tahu laki-laki sama perempuan yang bukan mahram-nya berdua-duaan?"

"Khalwat." jawab Asyraf cepat.

"Kalau kamu udah ngerti kenapa kita masih seperti ini Zah?" lanjut-nya

Kali ini aku terdiam, benar-benar terdiam. Aku mengalihkan pandanganku keluar jendela mobil sambil menopang dagu seraya berkata lirih.

"Cepat jalan!"

Khalwat, berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram, kami tahu jatuh-nya pasti mengarah pada zina, kami tahu ini salah kami benar-benar tahu bahwa apa yang selama ini kami lakukan adalah kesalahan. Aku adalah ahli agama, begitu pula dengan Asyraf. Tanyakan kepada orang diluar sana siapa yang tidak mengenal Muhammad Asyraf Zainul, seorang penda'i muda dan juga tampan. Tanyakan kepada orang diluar sana siapa yang tidak menganal Najwa Azzahrah, ratusan bahkan ribuan poster akan dicetak dalam bentuk kertas maupun digital jika dia mulai bicara. Kami hanya menggunakan Agama sebagai topeng untuk menutupi kebusukan yang kami lakukan. Kami munafik. Kami tahu.

Komplek perumahan rumah tampak sepi, tidak akan ada yang tahu keberadaan kami disini. Aku segera keluar dari mobil Asyraf, tapi langkahku tertahan, dengan cepat dia menarik tanganku dan, cup. Satu ciuman dipipi ia daratkan padaku. Bulush, wajahku langsung memerah. Dia tersenyum.

"Sampai jumpa sayang, Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam."

Aku tersenyum malu, Asyraf pun berlalu meninggalkanku. Manis sangat manis, sehingga kami terjebak.

Kami munafik. Kami tahu.