WebNovelMunaafik100.00%

Juha?

"Aayatul munaafiqi tsalaatsun: idzaa hadatsa kadzaba, wa idzaa wa'ada akhlafa, wa idzaa' tumina khoona (Tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berdusta, apabila ia berjanji ia ingkar, dan apabila dipercaya ia khianat.) [Shahih. Riwayat Bukhori dan Muslim, At Timidzi dan An Nasa-i dari Abu Hurairah]"

Perih, rasanya sangat perih, seperti menampar diri sendiri, aku tahu betul apa yang aku katakan, aku tahu apa yang kusampaikan. Tamparan keras yang telah kubuat sendiri, kuharap cambuk tersebut mampu menyadarkanku walaupun hanya sedikit, aku ingin berubah, aku tak mau terus-menerus terjebak dalam lubang yang penuh kehinaan dan kemunafikan. Topeng ini terlalu berat untuk kupakai lebih lama, aku lelah menahan nya. Aku ingin melepasnya.

Jarum jam menunjukkan angka sebelas, orang-orang sudah mulai menghambur keluar masjid. Sementara aku tetap duduk diam di dalam, tiga puluh menit lagi adzan dzuhur beekumandang. aku menunggu dalam sepiku, tak lama seseorang mengetuk pelan pundakku. Sosok yang ku kenal mengukir seulas senyum disana. Lekung lancip nya sangat manis.

"Assalamualaikum Zahrah."

"Waalaikumussalam, Anna? Kamu juga ada disini?"

Anna mengangguk pelan, lalu duduk tepat disampingku.

"Kamu luar biasa Zahrah."

"Apanya?"

"Kamu nya."

Aku mengedarkan mata menjelajah seisi masjid, lalu menghembuskan nafas pelan.

"Aku itu bukan orang yang suci, aku nggak sebaik yang kamu pikirkan Anna."

"Bukankah sejatinya memang tak ada manusia yang sempurna?"

Aku tahu tak ada manusia yang sempurna, bahkan nabi Muhammad SAW. saja pernah ditegur oleh Allah, sperti dalam surah Abasa, Ad duhah dan lain-lain. Tapi ini adalah perkara lain, aku adalah orang yang bertolak belakang dengan apa yang aku ucapkan.

"Kalau aku jadi kamu Zahrah, aku nggak akan bisa mengatakan semua itu."

Mataku refleks menatap Anna, sepetrinya dia mengetahui seauatu, apa dia tahu?

"Anna kamu_"

Belum sempat aku bertanya ucapanku terputus oleh kumandang adzan dzhuhur.

"Kita lanjutkan saja nanti Zahrah."

Aku mengangguk paham dan segera beranjak dari tempat dudukku untuk mengambil air wudhu.

Hari semakin siang, sang surya tepat berada di tengah-tengah puncak kepala. Anna mengajakku untuk keluar sebentar, dan disini lah akhirnya dimana aku terjebak dalam sebuah cafe yang teramat ramai oleh kaum hawa maupun adam. Mataku berpendar kesegala penjuru cafe, mencari tempat duduk yang tidak terlalu mencolok. Netra hitamku berhenti pada sebuah meja diujung sana. sosok yang sangat kukenal, bukan seseorang tetapi dua orang yang sangat kukenal.

Kakiku melangkah menuju meja tersebut, mataku sedikit panas menahan air mata yang hendak keluar, bibirku bergetar. Annna yang melihat hal tersebut mengikuti langkah kakiku.

"Juha?"

Dia tersentak keget, matanya membulat ketika mendapati sosok diriku yang tengah berdiri tepat didepan nya. mataku kembali menatap tajam, laki-laki yang duduk bersamanya

"Apa yang kau lakukan disini?" Aku bertanya sedikit sinis kepadanya.

"Zahrah ini nggak seperti yang kamu lihat."

"Apa lagi yang mau kamu jelaskan Asyraf?"

Luar biasa, sebenarnya disini yang munafik siapa? Mungkin kami bertiga adalah manusia terhina dimuka bumi ini.

"Kalian pacaran kan? Juha?"

Mereka terdiam, bukankah itu sudah sangat menjawab? Sangat benjawab menurutku, aku masih mencintai Asyraf walaupun aku tahu itu salah, tapi coba bayangkan sendiri, laki-laki yang pernah mencium mu, menyentuh mu, sekarang dengan wanita lain, bukankah seakan-akan aku adalah pelacur yang hanya bisa dipermainkan?

"Aku bisa menjelaskan nya Zahrah."

"Tidak ada yang perlu kamu jelaskan Asyraf, semuanya sudah terlalu jelas untukku."

"Zahrah."

Juha memanggilku lirih, dia menggigit bibir bawahnya sedikit keras, matanya tertunduk dalam.

"Juha sejujur nya aku kecewa sama kamu, tapi aku tak berhak untuk mengatakan semua itu padamu, kenapa? Karena kita sama-sama munafik."

Aku sedikit tersenyum kecut kepadanya lalu beranjak meninggalkan mereka, Anna yang menyaksikan semua drama atas nama kemunafikan berlari mengejarku. Apakah ini karma? Aku juga tak tahu.

Mataku masih sedikit basah oleh air mata, sebenarnya apa yang aku tangiskan. Ditinggal oleh Asyraf? jujur hatiku sangat sakit. Anna menemukanku terduduk dibangku taman, dia mendekatiku dan sedikit menepuk pundaku.

"Kamu baik-baik saja Zahrah?"

"Apakah aku terlihat seperti itu?"

Anna kembali terdiam, dia memandangku dalam.

"Zahrah, apa hubunganmu dengan Asyraf?"

Kini giliran aku yang terdiam, aku memandang wajahnya, tampak keraguan diwajanya untuk menanyakan hal tersebut.

"Kami pacaran."

Aku menjawab nya terus terang, apa lagi yang akan kusembunyikan, semuanya sudah jelas bukan? Aku melihat raut wajah Anna yang tidak menggambarkan setitik keterkejutan.

"Kami pacaran Anna, aku adalah orang yang munafik, ucapanku bertolak belakang dengan apa yang aku lakukan, jika kau ingin bertanya kepadaku apakah kau sadar atas apa yang kau kerjakan? Aku akan menjawabnya dengan lantang kepadamu aku sangat sadar dengan apa yang aku lakukan Anna. Sangat sadar. Jika kau ingin mengatakan apakah kau tidak malu? Jujur aku sangat malu Anna, tapu ketahuilah ini sungguh manis, entah setelah ini kau menganggapku seperti apa, aku tak peduli lagi, aku ingin terlepas, tapi tidak bisa."

Tangisku pecah, aku tak peduli Anna akan menganggapku menjijikkan arau apapun itu, aku sudah tak peduli lagi.

"Bukankah kejadian tadi ada hikmahnya Zahrah? Kamu ingin terlepas bukan? Sekarang kamu bisa mengakhiri nya."

Aku tersadar atas ucapan Anna, dia benar, aku bisa mengakhiri nya. Ini bukan karma, Tuhan berbaik hati kepadaku dengan menciptakan situasi seperti ini. Jika hal ini tak terjadi, aku tidak tahu kapan dan bagaimana aku mengakhiri nya. Aku semakin malu, bukankah sudah terlalu banyak aku mengingkari-Nya? Akan tetapi Dia masih mau menolong sosok menyedihkan serta menjijikkan sepertiku ini.

"Apa yang kamu pikirkan tentang diriku sekarang ini Anna? Aku menyedihkan bukan?"

"Bukankah aku pernah mengatakan nya padamu Zahrah, selama apa yang kau katakan adalah suatu kebenaran aku akan selalu mempercayaimu."

"Bahkan jika aku munafik."

"Aku sudah tahu sejak kita pertama bertemu Zahrah, tapi aku ingin mengenalmu lebih jauh, kamu memancarkan aura yang berbeda dengan orang yang pernah kutemui, aku penasaran denganmu."

"Kamu masih mau berteman denganku?"

Anna menganggukkan pelan kepalanya. Aku mengukir seulas senyum.

Dering ponsel memecah pelan keheningan kami, ponsel Anna Berdering, Anna beranjak sebentar lalu tak lama ia kembali.

"Zah, maaf aku harus pergi, lain kali ayo bertemu lagi."

Dia lalu benar-benar pergi dari sini, sekarang aku sendiri, angin siang mengalun menemaniku dalam kesendirian, aku membuka ponselku dan mencari kontak Asyraf untuk menghubungi nya.

"Assalamualaikum Asyraf, aku ingin bicara sebentar denganmu, bidakah kau datang ke taman dekat cafe dimana kau berada tadi?"

"Waalaikumusaalam, Zahrah_"

Aku memotong saluran secara sepihak, dulu suara ini yang selalu membuat hatiku sedikit sejuk, akan tetapi sekarang suara ini yang menjadi pematik api dalam gejolak kemarahan hatiku, mungkin saat inilah untuk benar-benar mengakhiri nya.