Chapter 13

Hari pertama mulai magang di BOX Group, Liany sengaja tidak bilang ke Nathan kalau dia masuk sebagai pegawai magang.

Liany tahu kalau Nathan tidak mungkin mengecek satu persatu pegawai baru nya karena itu merupakan tugas personalia dan juga selama beberapa hari ini Nathan sedang sibuk dengan rencana Merger nya.

Liany jarang bertemu ataupun bercengkrama dengan Nathan belakangan ini karena kadang Nathan tiba di rumah saat Liany sudah tidur dan akan berangkat kerja saat Liany baru bangun dari tidurnya.

Liany memasuki loby kantor BOX Group disebuah gedung perkantoran dipinggir kota dan kebetulan tidak terlalu jauh dari rumahnya dan kampus.

"Liany", tegur Teddy saat melihat Liany.

"Hei Teddy. Uda lama?", tanya Liany menghampiri.

"Belum. Gw tunggu loe dulu baru lapor biar barengan. Yuk", ajak Teddy menarik tangan Liany. Liany melepaskan tangannya dari genggaman Teddy.

"Ayo", ujar Liany langsung menuju resepsionis.

"Selamat Pagi mba. Kami dari kampus, ini ada surat pengantar magang mba, kami bisa ketemu siapa ya? Kalau ngga salah kemaren si dikasih tau agar bertemu pak Bidel mba", ujar Teddy.

"Oh kalian namanya siapa? Biar saya tanyakan dulu ke pak Bidel ya. Sebentar", ujar resepsionis itu sambil mengangkat telepon nya.

"Saya Teddy dan ini teman saya Liany", ujar Teddy.

Resepsionis itu tampak berbicara di teleponnya dan mengangguk lalu menutup teleponnya.

"Sebentar saya foto satu persatu ya sambil saya buatkan kartu pegawai magang", ujar resepsionis itu.

Teddy dan Liany bergantian difoto dengan menggunakan kamera digital dan tak lama kemudian kartu pegawai magang mereka sudah jadi. Resepsionis itu memberikan kartu magang Liany dan Teddy dalam kalung kartu pegawai.

"Ini dipakai untuk masuk di gerbang itu dan untuk menekan tombol lift. Tanpa ini kalian tidak bisa masuk. Sekarang kalian ke atas ke lantai 6. Didepan lift ada security, nanti kalian minta diantar ke ruangan pak Bidel ya", ujar resepsionis itu menjelaskan.

"Oh baik mba, terima kasih ya", ujar Teddy diikuti terimakasih dari Liany.

Mereka memakai kalung kartu pegawai mereka masing-masing setelah membuka pintu pemeriksaan.

Saat menunggu lift, Liany melihat satu pintu lift yang bertuliskan CEO Only diatasnya.

Tak lama ada beberapa orang seperti memberikan jalan untuk seseorang masuk ke tempat lift dan sempat Liany kaget karena orang yang diberi jalan itu Nathan suaminya.

Nathan begitu gagah berjalan dilindungi oleh beberapa security. Liany buru-buru bersembunyi diantara para pegawai yang memberikan jalan untuk Nathan.

Kebetulan pintu lift terbuka, Liany langsung masuk ke dalamnya bersamaan dengan Teddy. Liany menarik nafas lega karena merasa Nathan tidak mengetahui keberadaannya di kantor ini.

Sebenarnya Nathan sempat melihat Liany karena Nathan mencium wangi khas parfum Liany dan ia juga sempat melihat pantulan muka Liany di pintu lift. Nathan sempat kaget namun ia berusaha menyembunyikan kekagetannya.

"Apa ada pegawai baru hari ini?", tanya Nathan kepada Dian asisten pribadinya.

"Pegawai baru si ngga ada bos, yang ada pegawai magang. 2 orang peringkat pertama dan kedua dari kampus yang bos pernah jadi narasumber", ujar Dian menjelaskan. Nathan masuk ruangan kerjanya diikuti oleh Dian.

"Siapa nama mereka? Kamu uda lihat data mereka?", tanya Nathan setelah dia duduk di kursi kerajaan nya.

"Belum lihat si bos kan soalnya itu biasanya hanya sampai pak Bidel yang urus ngga pernah naik ke sini", ujar Dian.

"Minta data nya dari Bidel", ujar Nathan tenang.

"Baik bos", ujar Dian bingung.

"Seingat saya yang peringkat satu itu wanita kan? Kamu tempatkan dia jadi sekretaris saya bantu-bantu kamu selama Risma cuti melahirkan", ujar Nathan tersenyum.

Dian sempat bingung melihat senyum penuh arti bos nya namun ia menuruti perintah Nathan meminta data pegawai magang dan menyuruh pegawai magang yang wanita untuk ditempatkan menjadi pengganti Risma.

Tak berapa lama Bidel naik dengan diikuti Liany. Liany tahu pasti Nathan telah melihatnya.

Saat melihat Liany, Dian langsung kaget namun Liany buru-buru menaruh telunjuknya di depan bibir meminta Dian tidak berkomentar apapun di depan Bidel, karena selain team asisten CEO dan team promosi BOX Group, tidak ada yang tahu Liany adalah istri sah Nathan.

"Pak Dian ini saya bawa orangnya. Yang cowo namanya Teddy, dia saya tempatkan di team marketing dan untuk yang cewe ini orangnya namanya Liany Hendrawan", ujar Bidel.

Liany menjulurkan tangannya dan disambut oleh Dian.

"Pagi pak Dian", sapa Liany.

Liany sudah beberapa kali bertemu Dian karena Dian sering bolak balik ke rumah mencari Nathan atau mengantarkan Nathan pulang kalau dia lelah berkendara.

"Pagi Liany, mari saya perkenalkan dengan CEO BOX Group. Pak Bidel ngga apa, dia ditinggal aja. Dia akan ditempatkan disini menggantikan Risma yang cuti. Perintah boss", ujar Dian seprofesional mungkin.

"Tapi kan banyak banget yang dikerjakan dan juga banyak rahasia perusahaan disini. Ngga yang pegawai lama aja? Seperti Lila ?", tanya pak Bidel agak protes.

"Bapak berani bantah perintah bos Nathan? Kalau berani, silakan aja bapak bilang ke bos", ujar Dian tegas.

Dari cara bicaranya terlihat sekali wibawa dalam kata-kata Dian yang membuat orang langsung tahu kalau dia bukan orang sembarangan di kantor ini.

"Ngga pak, saya ngga berani. Saya cuma saran aja. Baik pak saya tinggal ya. Baik-baik ya kerjanya Liany. Kalau ada kesulitan bisa hubungi saya", ujar Bidel sambil menepuk lengan Liany.

"Kalau dia ada kesulitan, bukankah lebih baik bertanya kepada saya ya jadi tidak merepotkan pak Bidel", tiba-tiba Nathan sudah ada di ujung pintu ruangan kerjanya.

"Selamat pagi boss. Saya permisi bos", buru-buru Bidel berbalik badan dan langsung masuk lift kembali ke ruangan nya.

"Hai sayang", sapa Nathan sambil kemudian berjalan dan memeluk Liany. Liany langsung mendorong tubuh Nathan.

"Hei kantor nih. Mau cari perkara ya sama aku", desis Liany kesal.

"Oh maafkan sayang. Aku kangen kamu banget. Ya uda, Dian ini nyonya bos mu suruh duduk di tempat Risma, jangan beri tugas yang berat ya kalau ngga kamu yang saya hukum", ancam Nathan.

"Ya sudah aku mengundurkan diri deh. Aku magang sama papa aja bareng Tika dan kak Denny", ujar Liany sambil akan berbalik badan. Nathan langsung menangkap tangan istrinya.

"Tapi kan ...", kata Nathan terputus saat melihat mata marah Liany.

"Iya iya. Kita profesional. Dian Uda kasih aja dia kerjaan yang banyak sama seperti kerjaannya Risma. Nanti kalau dia nangis baru lapor saya", ujar Nathan mengalah.

"Tak akan pernah. Tidak akan ada kata menyerah dalam kamus Liany", ujar Liany tegas.

Dian hanya tersenyum melihat bos nya yang dikalahkan oleh istrinya. Dian lalu memberitahukan tempat duduk Liany dan setelah ia duduk, Dian memberikan beberapa dokumen untuk dikerjakan.

Nathan kembali masuk ke ruangannya setelah melihat mata Liany yang menyuruhnya untuk masuk.

Nathan menchat Dian untuk menjaga istrinya dari mata-mata nakal pegawai pria di BOX Group. Dian hanya tersenyum melihat chat bosnya yang terbilang posesif terhadap istrinya.