Setelah pertengkaran itu beberapa lama, aku dan Diva terdiam untuk beberapa saat. Kami saling melirik satu sama lain dengan penuh amarah. Aku masih menaruh perasaan dendam kepada wanita jalang itu.
"Time to go now. If you stay here, I'll leave you (Waktunya untuk berangkat sekarang. Kalau kamu diam disini, aku akan meninggalkanmu.)" ujar Diva sambil mengatur setelan perlengkapannya.
"Apa pedulimu?" ucapku masih memalingkan wajahku.
"You want to come or not? (Kau mau ikut atau tidak?)" tanya Diva dingin.
""Aku lewat sini. Jangan cari aku!" ucapku sambil berjalan meninggalkan Diva.
"Cih. What's up with him? Hump. I don't care if he's eaten by a bear. (Ada apa dengannya? Hump. Aku tidak peduli jika ia dimakan oleh beruang.)" gumam Diva kesal dengan sikapku.
Setelah kepergianku, Diva mulai berdiri dengan perlengkapannya dan berjalan dengan arah yang berlawanan dariku. Jarak kami semakin jauh seiring melangkah demi melangkah. Suasana ini menjadi hening sejak perpisahan yang sangat mengecewakan.
Matahari sudah meninggi di hutan lebat, aku berjalan dengan penuh rasa sakit dan ketidakmampuan. Pandanganku terasa berat dan ingin mati saja. Langkah demi langkah yang semakin berat. Ini seperti terkena serangan jantung.
"Aku lapar sekali."
"Kenapa aku tidak bisa mencari barang yang bisa dimakan?"
"Ku harap aku menemukan rusa dengan daging yang enak."
Sebelum aku kehilangan tenaga, aku menemukan rusa yang sedang makan di rumput hutan. Aku langsung mengejarnya seperti seekor hewan buas dan rusa itu berlari dengan kakinya agar selamat dari hewan buas sepertiku.
Sialnya, rusa itu terlalu cepat dan tenagaku semakin menurun, rusa itu berlari cepat meninggalkanku. Aku tidak bisa melampaui kecepatan rusa itu dan terjatuh di tanah dengan sekarat.
"Sialan! Aku tidak bisa mencapainya." ucapku kesal dengan memukul tanah dengan kedua tanganku.
"Sekarang aku harus bagaimana?" ucapku kebingungan.
"Seandainya saja aku membutuhkan sesuatu untuk menangkapnya dan…. Itu dia." ucapku yang panik dengan membalikkan badanku dan memegang kepalaku dan tersenyum kecil.
Sejak itu, aku memasang jebakan dengan menggali tanah dan memasang sebuah benda yang tajam untuk membunuh rusa itu lalu memasang ranting pohon yang rapuh untuk menjatuhkan rusa itu. Terakhir, aku membuat itu seolah-olah terlihat seperti tanah biasa.
"Sudah selesai. Sekarang aku tinggal menunggu ras itu datang kesini dan terjatuh, sehingga aku bisa meminum darahnya. Hahaha." ucapku tertawa jahat.
Aku pun bersembunyi di semak belukar di sekitar jebakan itu dan duduk sambil memegang perutku yang sudah kosong itu.
10 menit kemudian, aku masih menunggu jebakan itu dengan tatapan kosong.
20 menit kemudian, aku menahan rasa kantuk yang berlebihan itu.
1 jam kemudian, rasanya aku ingin tidur sambil terkapar di semak belukar.
3 jam kemudian, aku masih menatap jebakan itu dengan menahan perasaanku yang mulai meledak dengan posisi masih sekarat.
Hampir 5 jam, aku yang menahan kantuk sudah frustasi karena jebakan itu tidak mengenai siapa-siapa.
"ARGH. Kenapa tidak ada seorangpun yang terkena jebakanku?" teriakku yang langsung terbangun.
"Siapa aja, mau kelinci, rusa, atau gadis itu pun juga boleh." ucapku frustasi menendang batu.
Batu itu melesat dan mengenai sesuatu yang tidak asing. Muncullah hewan buas yang tidak asing bagiku. Sosoknya terlihat mirip dengan yang kutemui kemarin. Dia semakin mendekat dengan kemarahannya dan menghampiriku dengan mulutnya yang haus dengan daging.
"Astaga! Bukannya ini… "
"BERUANG!" teriakku.
"Kenapa dia ada disini?" batinku ketakutan
"Lari!!"
Beruang itu langsung mengejarku dengan kecepatannya, namun, karena kesalahan pijakannya, rantingnya rapuh dan membuat beruang itu terjatuh di lantai. Kemudian, dia tertusuk benda tajam dan sebagian besar tubuhnya mengeluarkan darah.
Aku yang sedang berlari dengan cepat itu tidak menyadari bahwa beruang itu terkena jebakanku. Beruang itu sudah sekarat akibat banyak darah yang keluar dari dalam dagingnya. Beruang itu berusaha kabur dari jebakan itu, tapi darahnya mengalir dengan deras dan akhirnya ia sekarat.
Aku yang masih berlari itu segera menoleh kebelakang dan heran dengan apa yang terjadi. Aku bernafas lega karena beruang itu menghilang dari pandanganku, Aku segera berbalik arah dengan harapan jebakan itu telah menjebak sesuatu dan rupanya aku tersesat dan tidak tahu cara pulang.
"Sial! Aku harus kemana?" ucapku kesal.
"Bukannya kau pergi ke arah sini?'
"Atu situ? Sana? Argh. Aku berada dimana?"
"Jika begini terus, aku akan mati kelaparan."
"Pokoknya, aku harus berjalan sampai titik darah penghabisan." tekadku.
Setelah berjalan dengan penuh putus asa, matahari sudah mencapai tanah dengan cepat dan hari mulai gelap. Aku masih berjalan dengan susah payah dan akhirnya aku tidak menemukan jebakan itu dan tersesat dengan hutan yang gelap, sepi dan dingin.
"Ahhh. Rasanya aku ingin membunuh seseorang." ucapku sambil menajamkan tanganku menajamkan tanah.
Bulan pun mulai menampakkan diri lagi setelah beberapa lama, alhasil aku terkapar di tanah dengan perasaan penuh amarah. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan untuk detik ini.
"Ini adalah akhir dari semua."
"Mungkin aku akan dimakan oleh serigala sialan itu." ucapku putus asa.
Setelah aku memejamkan mataku, aku melihat mimpi yang sama seperti sebelumnya dimana banyak penyesalan dan ketidaktoleran menghantuiku. Aku selalu lari dari penyesalan itu dan semakin membesar seiring berkelmbangnya waktu. Ah… Memang ini seharusnya terjadi padaku. Bukan hal yang indah, namun hal yang tidak bisa kumaafkan.
Setelah mimpi itu, aku merasakan hal yang aneh. Tidak ada ancaman dan binatang buas datang kemari. terdapat aura yang sangat tidak asing. Terlihat seperti bangunan yang modern. Saat aku memejamkan mataku, aku sontak kaget dengan kejadian yang terjadi barusan.
Aku tidak mengerti lagi dengan ini. Apa yang sedang terjadi disini? Tidak mungkin ini terjadi. Jika saja ada orang yang mengantarkanku ke dalam kesialan ini, aku akan membunuh dan memenggal kepalanya di ujung tombak.
Tidak hanya aku, banyak orang yang di-teleport ke bangunan ini. Apa yang terjadi? Apakah ini Hunger Games, permainan yang akan membunuh satu sama lain dan yang terakhir bertahan itu menjadi pemenangnya? Siapa yang tahu. Aku pasti akan menghajar mereka semua.
Saat aku membuka mataku, pandanganku masih memudar, sepertinya mereka tidak saling menyerang satu sama lain. Apa maksud dari semua ini? Sial. Aku harus menunggu waktu itu tiba.
Saat aku memurnikan pandanganku, aku melihat wanita yang ku temui kemarin. Diva. Kenapa kau datang, dasar lajang?.Kalau sudah siap, aku akan membuatmu menjadi seorang p*****r.
"Woi, What do you mean about whore? (Apa maksudmu dengan pelacur?)" datang seorang wanita yang menghampiriku dengan penuh kekesalan.
"Cih. Aku tidak tahu kalau kamu datang kesini." ucapku sinis membalikkan badan dan tidak menatapnya.
"Huh? I should say that. (Harusnya kau berkata begitu.)" ancamnya menyentuh punggungku.
"Jangan sentuh punggungku!" bentakku kembali menatap Diva.
"Humph. Your back is fine. No bear claws on it. (Punggungmu baik-baik saja. Tidak ada cakaran beruang disitu.)" balasnya memperhatikan punggungku yang tidak terdapat bekas cakaran beruang.
"Ah. Aku tidak percaya padamu."
"Cih. Instead of thanking you, acting like a child (Bukannya terimakasih, malah bertingkah seperti anak kecil.)" ucapnya jutek.
Sementara kau dan Diva saling bertengkar dengan beradu mulut, terdengar suara dari seseorang yang mengumumkan sesuatu.
"Selamat datang, wahai prajurit. Kalian sudah selamat dari ujian ini. Sekarang aku sebagai instruktur akan memandu kalian di sekolah militer ini dengan efektif dan efisien. Bagi kalian berada disini, saya ucapkan selamat bagi kalian yang lolos dari ujian ini." umum seseorang yang berada di atas bangunan.
Kami pun terdiam dengan pengumuman itu untuk beberapa saat kemudian. Kami bagaikan sebuah patung yang dipotret oleh si turis sebagai kenangannya. Dia terlihat senang dengan foto yang dihasilkannya.
"Kenapa tiba-tiba ada seseorang yang membuatku kesal? Tidak akan kubiarkan. Aku akan menghajarmu. Dasar Bodoh." ucapku sambil bergerak secara melesat untuk melancarkan hukuman kepada orang itu.
"Stop it, you fool! You're no match for him. (Hentikan, bodoh! Kau bukan tandingannya.)" teriaknya memperingati.
Aku berlari kencang menuju orang itu. Aku pun tersenyum dan yakin bahwa orang yang ku lihat akan mati secara mengenaskan. Aku melancarkan sebuah tangan seperti seekor serigala dan mempercepat percepataku dengan berjalan lurus di tengah orang yang menghalangi.
Sesampainya di bangunan itu, aku menaiki bangunan itu dengan cepat tanpa menghiraukan orang di sekitarnya sementara orang yang ku incar sedang berpidato untuk perkenalan siswa militer.
"Woi. Lihat. Ada seseorang yang menaiki bangunan itu." ucap salah satu peserta itu.
"Apa-apaan dia?" ujar peserta lain.
"Aku tidak tahu. Sepertinya dia melakukan sesuatu." ucap peserta itu kebingungan.
Di tengah-tengah ucapan itu, aku kehilangan keseimbangan secara tiba-tiba dan terjatuh di ketinggian 3 meter, sehingga dapat mematahkan tulangku.
"Ahh. Sial. Hampir saja aku mencapai puncaknya." ucapku kesal terjatuh dengan posisi terlentang. Seorang gadis itu mendatangiku dan berkata, "You Foolish. You Shouldn't do that. (Dasar Bodoh. Anda tidak boleh melakukan itu.)" ucap Diva marah.
"Hah? Jadi selama ini adalah perbuatanmu dasar p*****r? Akan kujual kau kepada paman menjijikan itu."
"Heh. You couldn't do it. I'm stronger than the disgusting uncle. (Kau tidak bisa melakukannya. Aku lebih kuat dari paman yang menjijikkan.)" oceh Diva mendekati wajahku.
"Aku akan menghabisimu duluan. Setelah itu…."
"Disini Instruktur Rowles, aku punya orang yang berisik disini." ucap instruktur itu berbicara dengan seseorang di headphonenya.
"Lihat saja nanti. Aku akan...." ocehku dengan panjang lebar.
"What can a midget like you do? (Anak cebol sepertimu bisa apa?)" ucap Diva.
"Aku bisa menghancurkan harga dirimu dengan sekejap." balasku menanggapi kata Diva.
"Huh! Just Try it! I'll…. (Coba saja! Aku akan....)" ucapnya tiba-tiba disetrum oleh seseorang yang tidak diketahui.
"Ugh." teriaknya kesetrum dan pingsan.
"Hah?" ucapku kebingungan.
"Ugh." teriakku kesetrum langsung pingsan.
"Roger! We got them. (Kita mendapatkan mereka.)" ucap seseorang berarmor hitam dengan topeng radioaktif yang berhasil menangani keributan itu dengan menggunakan headphonenya di dalam topeng itu.
"Good. Now bring them to jail now! (Bagus. Sekarang bawa mereka ke penjara!)" ucap instruktur itu.
"Affirmative!" jawab orang beramor hitam itu.
Suasana menjadi hening akibat seseorang yang muncul tiba-tiba dengan senjata kejutnya itu. Akhirnya kami dibawa ke sel tahanan untuk diberi keterangan lebih lanjut.
{{{•••}}}