Aku yang masih di rantai senang mendengar ucapan Dr. Guren mengenai syarat itu. Rasanya akan menyenangkan jika aku memenangkan pertandingan itu.
"Aku setuju dengan itu. Sialan." ucapku sombong mendengar ucapan Dr. Guren.
"Yosh. Kita akan ke Arena Militer Twelve 10 menit lagi. Bersiaplah dirimu." ucapnya dingin sambil meninggalkan ruangan isolasi beserta Bu Elevert di sampingnya.
"Woi. Aku belum selesai bicara, dasar bodoh!" teriakku yang masih dikurung di ruangan isolasi.
"Sial!!!" teriakku memecahkan keheningan ruangan isolasi. Namun, teriakan tidak bisa menembus keluar ruangan.
"Akan kuhancurkan kau. Guren." tekadku seperti seorang serigala meraung di ruangan isolasi.
Setelah aku mengoceh selama 10 menit, aku berada di dalam ruangan senjata secara tiba-tiba. Awalnya ini sudah pernah terjadi sebelumnya saat aku dilemparkan ke hutan yang ganas itu dan beruang menyerangku. Waktu di ruangan itu menunjukkan waktu tinggal 8 menit untuk memilih berbagai senjata yang tersedia.
Aku melihat senapan serbu, shotgun, pistol, smg, crossbow, dan panah; pedang, pisau, dan cakar seperti serigala. Lalu, ada armor, tameng dan peralatan lainnya. Aku melirik cakar serigala seperti film Wolverine. Aku mengambilnya dan melihat secara intens.
"Sepertinya ini cocok denganku." gumamku sambil tersenyum kecil memegang cakar itu.
Setelah aku mengambil pakaian yang sesuai denganku, waktu di ruangan itu menunjukkan tinggal 4 menit 12 detik lagi. Aku yakin dan bersiap untuk memerangi lawan di hadapanku.
"Sepertinya sudah cukup. Aku akan mengalahkannya kali ini." tekadku membara dengan berpakaian seperti seorang assassin dengan cakar yang cukup panjang.
Saat aku keluar dari gudang senjata, aku berjalan menuju ke arena dan suasana penonton jadi ramai. Mereka membeli cemilan sembari melihat pertarungan yang menghebohkan ini. Mereka menonton untuk melihat siapa pemenang kali ini.
Tiba-tiba, ada seorang master ceremony yang berpakaian seksi muncul di tengah area dengan mic headphone nya dan mulai membuka suara untuk memberikan perhatian kepadanya.
"Ladies and Gentlemen. Selamat datang di Arena Militer Twelve." ucap master ceremony itu dengan perawakannya yang manis.
Mendengar perkataan master ceremony itu, para penonton mulai bersorak meriah dan bertepuk tangan untuk menghebohkan acara itu. Sementara, Bu Elevert berdiri di ruangan dengan santai memandang master ceremony itu.
"Dek Secondary…. Master Ceremony…. Sangat gairah." tulisnya.
"Kali ini, ada seseorang yang menantang Dr. Guren untuk berduel disini. Aku sangat penasaran siapa yang berani menantangnya. Langsung saja tidak perlu basa basi." seru Bu Secondary dengan menggairahkan acara ini.
Semua penonton pria memandang pakaian yang dikenakan oleh Bu Secondary dengan mata keranjang dan halusinasi yang liar sementara penonton wanita itu ingin mengeksploitasi tubuh itu sampai habis. Mereka sama seperti seekor binatang buas yang akan menyerang mangsanya.
Aku yang sudah berada di arena hanya diam saja melihat wanita itu dalam bahaya di dalam pikiranku. Lalu, aku berdiri seperti patung dan tidak berbuat apa-apa. Aku merasa sedikit jengkel dengan tingkah laku penonton itu.
"Sekarang. Aku akan menyambut penantang Dr. Guren. Rizel Sentinel. Silahkan memasuki arena ini." seru Bu Secondary asyik.
"Aku sudah disini, dasar bodoh. " teriakku dengan nada tinggi mengancam Bu Secondary.
"Hehe. Maaf. Aku pikir kamu tidak ada. Hahahaha." tawa Bu Secondary sedikit mengejek dan cengengesan.
"Hahahaha."(Tawa penonton)
"Cih." ucapku kesal melihat tingkah lakunya.
";Lalu, ada seorang champion arena sebanyak 10 kali berturut turut. Ia tak terkalahkan dan sangat kuat. .Ini dia. Guren von Walker." seru Bu Secondary dengan nuansa imut.
Arena itu kembali ricuh dengan kehadiran Dr. Guren yang dingin dengan kacamata yang ia kenakan.
"Hmph. Kau tidak pakai senjata apapun? Kau sudah gila, yah?" ejek ku memandang Dr. Guren sebagai sampah tanpa pelindung dan senjata.
"Aku tidak butuh senjata. Aku hanya menggunakan tanganku untuk membunuhmu." balas Dr. Guren dingin dan ketus.
"Jangan mimpi kau!" seruku dengan pandangan sinis.
"Mohon para gladiator, dengarkan aku! Kalian akan bertarung satu sama lain. Kalian bisa menggunakan cara apapun untuk bisa menang. Jika kalian terjatuh atau keluar dari arena, kalian akan dinyatakan kalah. Kemudian, yang kalah harus memenuhi permintaan yang menang. Jelas?" jelas Bu Secondary memandangku dan Dr. Guren.
"Jelas." ucapku singkat dengan mengasah cakar di tanganku.
"Heh. Berapa kalipun, aku sudah mengerti sistem ini." ucapnya sinis melihat Bu Secondary.
"Kenapa kamu jadi dingin begitu, Kak Guren?" protes Bu Secondary.
"Kalau begitu, ready, set, Begin!" serunya sambil membunyikan peluitnya.
Arena pun dimulai, semua penonton bersorak untuk melihat pertarungan itu. Pertarungan antara kepala sekolah dan seorang murid baru akan menarik. Mereka saling bertaruh untuk melihat siapa yang menang.
Aku berlari menuju Dr. Guren dan melancarkan serangan secara vertikal. "Rasakan Ini!" seruku mengayunkan cakar di tanganku menuju wajah lawan.
"Soru : Wind Speed!" ucap Dr. Guren itu dan menghilang di pandanganku seperti angin.
"Cih. Dimana dia?" tanyaku kesal karena serangan meleset.
"Kau disitu?" aku berbalik badan dan melancarkan serangan ke bagian perutnya.
Dia bergerak cepat bagaikan angin menghembus. Aku tidak bisa mengenai serangan ini terus menerus. Situasi penonton pun meriah, tidak sampai disitu, pertarunganku dengan Dr. Guren disiarkan di televisi langsung di Akademi Militer Twelve.
"Kami-e : Paper Mobility!"
Aku pun mengayunkan cakar serigala dengan cepat dan hasrat yang tinggi. Akan tetapi, Dr. Guren bisa menghindar serangan yang dilancarkan olehku dengan cermat. Ia seperti sebuah kertas yang tidak dapat dipotong.
Aku pun berhenti menyerang dan mengambil nafas selama beberapa detik, Namun, "Rankyaku : Death Anchor!" Ia bergerak dengan cepat dan menargetkan sisi lengahku. Lalu, bagian pinggang kiriku ditendang dengan keras dan aku pun terhempas hampir keluar dari arena. Ocehan penonton yang tidak bisa dikontrol mengeluarkan suara nya yang menyindir.
"Yeah! Kamu masih terlalu muda, Nak!"
"Kau butuh 15 tahun untuk mengalahkan Dr. Guren."
"Betul itu."
"Kau tidak bisa mengalahkannya sampai lulus sekolah.'
"Keluar dari arena ini, pecundang."
"Cih." keluh kesahku kepada penonton itu yang sedang menghinaku.
"Dapat kau! Shigan : Tiger Revolver!" ia muncul di hadapanku tanpa kusadari dan jari Dr Guren melesat seperti pistol. Namun, aku dengan reflek menghindar dari jari itu.
Lalu, aku mengayunkan cakar kedua tanganku dan melesat menuju dada Dr. Guren.
"Tekkai : Steel Armored!" seluruh tubuhnya berubah menjadi keras layaknya baja. Seranganku tidak mempan terhadap tubuhnya. Aku mencoba menyerang dari segala sisi dan mencakarnya secara tubi-tubi. Namun, " Tekkai to Kami-e : Iron Paper!" serangan beruntung dan segala arah terbuang sia-sia akibat elastis dan keras tubuhnya.
"Shigan Shitsukoku : Hyena Combo Assault!" dia mulai melancarkan serangan jarinya dengan cepat menujuku. Aku pun hanya bisa menangkis jari itu dengan cakar di tanganku itu dan cakar itu tidak bisa menahan lebih lama lagi dan aku terkena serangan jari itu di belahan dada dan aku terhempas ke sisi lain arena.
Penonton semakin ribut dengan pertarungan itu, mereka memakan cemilan di genggaman mereka dengan lahap sambil menanti kekalahanku. Mereka bersorak lebih keras sementara Bu Secondary semakin terpukau dengan pertarungan ini. Ia sempat merekamnya dengan kamera di dronenya.
Aku berdiri tanpa luka namun merintih kesakitan. Pandangan arena ini sedikit memudar dan "Saishuu Rankyaku : Shark Fin!" tendangan kaki kanannya yang sadis itu menendang perutku yang sedang lengah dan aku pun terhempas keluar arena dan kepalaku mengenai tembok arena sehingga tembok itu retak dengan darah di kepala.
Tidak sampai disitu, asam klorida yang terdapat di perutku keluar dari kerongkongan sehingga aku muntahkan ke lantai dan terkapar di dekat tembok. Semua penonton terdiam melihat kejadian itu. Lalu, musuhku segera keluar dari arena dan mendekatiku dengan tatapan yang sinis.
Ia mulai menendang perutku dengan keras sehingga perutku terasa sakit sekali.Aku berteriak kesakitan dan mengeluarkan banyak darah dari mulutku dan penonton pun tidak mau melihatnya kesadisan itu.
"Cih. Lemah. Orang amatir sepertimu akan mati disini, kau tahu." ucap kepala sekolah itu dengan tatapan sinis sehingga penonton pun terdiam. Suasana yang ramai itu menjadi mencekam akibat kejadian itu.
"Pemenang kali ini adalah…." seru Bu Secondary dengan menunjukkan ketakutan.
"Tidak usah umumkan. Sudah jelas siapa yang terkapar disini. Penjaga, bawa dia ke UKS!" tegas Dr. Guren sambil berjalan dan membersihkan tangannya meninggalkan arena.
"Roger that!" ucap berarmor hitam patuh itu.
Penonton pun tidak berkata-kata dengan pertarungan itu. Ini hanyalah sebuah penyiksaan bagi seorang pembangkang. Mereka pun cemas dan kecewa dengan kejadian itu dan mulai mengeluarkan suara dengan pelan agar tidak terdengar oleh Dr. Guren.
"Seram banget."
"Jahat sekali."
"Aku tidak mau berurusan dengan kepala sekolah itu selamanya."
"Lebih baik Bu Elevert bertarung di arena ini."
"Bu Elevert sangat ceria sedangkan Dr. Guren sangat kejam dan sadis."
"Betul itu."
"Sia-sia aku berada disini."
"Ya sudah."
Penonton pun mulai meninggalkan tempat duduk arena dan kembali ke aktivitas masing-masing sementara Bu Secondary menghampiri orang berarmor hitam itu dan ikut bersamanya membawaku yang sekarat ke ruang UKS.
{{{•••}}}