Hukuman Bu Elevert

Aku terbangun dengan rantai yang mengikatku. Aku merasa hal yang aneh berada di sisiku . Rantai ini cukup keras sehingga aku tidak bisa keluar dengan selamat. Yang anehnya, hanya kau yang tertangkap. Aliendra dan lainnya tidak ada di ruangan itu. Aku diikat oleh Pak Sheldon di Kelas Disiplin.

"Rupanya bangun juga, dasar p********g!" Umpat Pak Sheldon kepadaku yang dirantai dengan menyedihkan.

"Hey, lepaskan aku dasar anak kecil!" Aku mengancam Pak Sheldon.

"Justru kau sendiri yang meminum Ramuan Level Kuadrat untuk menang. Itu tidak boleh. Itu curang, dasar b***h!" Hina Pak Sheldon.

"Lepaskan aku! Kenapa aku saja yang ditangkap? Mana Aliendra dan yang lainnya?" Tanyaku sambil mengeluarkan amarahnya.

"Itu karena … Sudahlah. Inspektur Elevert ingin berbicara padamu," lanjut Pak Sheldon seperti mengelak dari kenyataan.

"Jadi, bersikaplah seperti anak kucing! Dasar anak p***h!" Pak Sheldon meninggalkan kelas dengan penuh amarah.

Kelas Disiplin menjadi sepi dengan aku yang terikat dengan rantai baja yang kuat menempel di kursi yang bercampur dengan meja. Aku mulai terdiam lagi.

"Sial! Aku membencimu, Aliendra!"

"Jika aku bertemu dengannya, aku akan membunuhnya!"

"Lihat saja nanti!"

Setelah ocehanku yang cukup kasar menghiasi Kelas Disiplin , Bu Elevert menghampiriku dengan tatapannya yang ramah. Ia menghampiriku dengan hangat dan menyapa, "Halo Rizel-kun…. Tidak lama berjumpa…. Kumaha damang??" walaupun aku tidak bisa mendekatinya.

Aku hanya terdiam dengan sapaan itu dan memejamkan mataku dengan perlahan. Namun, Bu Elevert melepaskan rantai yang menyiksaku dan hanya tersisa kursi yang kududuki. Lalu, ia membuka selembar kertas dan berikan surat ini kepadaku. Aku yang menerima surat itu mulai membacanya dengan seksama

[Halo. Rizel

Apa kabar? Kamu baik-baik saja?

Ok. Kembali ke topik, kamu tahu alasannya kamu dipanggil kesini?

Oh, iya. Soal DEATH GAME!! yang terjadi barusan. Ini sangat menyenangkan. Pertarungannya sangat epik. Aku saja sangat kagum denganmu. Namun, kamu membuat DEATH GAME!! yang semakin menegangkan, dimana kamu berkhianat dengan Aliendra dan rekannya. Ini tidak ada dalam sejarah DEATH GAME!! yang pernah ada.

Tapi, kamu kalah saat kamu lagi hebatnya. Yah, mengecewakan. Setelah kekalahan mu, Pak Sheldon ingin menghukummu, Aliendra, dan lainnya. Tapi, karena ada surat dari Komandan Pusat Militer Twelve, hukuman Aliendra dan lainnya dibatalkan atas perintah Dr. Guren. Kasihan Pak Sheldon.

Karena itu, aku menyarankan dia untuk menghukummu saja. Pak Sheldon pun menyetujuinya, lho. Dia bahagia sekali. Dia berterima kasih padaku dan memelukku dengan erat. Dia terharu dengan saranku. Akhirnya, Dr, Guren menyetujuinya.

Sekian dari surat ini, terima kasih telah membaca surat ini. Mohon maaf telah menyinggungmu dan Cheers.

Sincerely, Inspektur Elevert]

"Guren Sialan! Kenapa malah membebaskan p*******g itu? Kesal! @#@#!#!!" Aku merobek surat lagi untuk melampiaskan kemarahanku.

Bu Elevert menuliskan papan kecilnya dan menulis, "Rizel yang manis…. Jika kita berdua…. Aku ceria."

Aku yang melihat surat itu pasrah seketika dan langsung terduduk lesu terdiam selama beberapa menit. Beberapa menit kemudian, Bu Elevert menulis lagi, "Sekarang, kamu…. Dihukum menuliskan…. 1000 kata," sambil melihat stopwatch kepadaku yang menunjukkan 2 jam.

"Hey, bukankah itu berlebihan?" Protesku kepada Bu Elevert.

"Apanya lebih?? Ini hukumanmu, lho…. Gak boleh lari!!"

"Tugas sekarang…. Buat karangan bebas…. Harus sekarang!!" Seru Bu Elevert dengan penuh penekanan.

Aku hanya diam saja langsung menulis karangan bebas dengan kertas dan bolpoin yang sudah diberikan oleh Bu Elevert. Aku pun segera menulis dengan cepat. Apa yang terlintas di pikiranku aku langsung menulisnya. Ini lebih baik ketimbang memikirkan dalam waktu yang lama.

Setelah selesai menulis 1000 kata, aku menyerahkan karanganku kepada Bu Elevert. Dia menerima dengan baik. Kemudian ia membacanya dengan seksama. Kemampuan yang hanya ia kuasai hanya satu orang. Bu Elevert bisa membaca 1000 kata dalam satu menit.

"Tidak bisa, dong…. Tulislah yang benar…. Cobalah lagi!!" seru Bu Elevert di tulisannya merobek karanganku.

"Sial! Aku harus menulisnya lagi!" Aku pun menulis karangan dengan cepat tanpa hambatan sekalipun.

Setelah selesai, aku mengumpulkannya lagi kepada Bu Elevert dan dia merobek karanganku lagi.

"Tidak bisa, dong…. Tulislah yang benar…. Cobalah lagi!!"

Aku menulis lagi dan dia, "Tidak bisa, dong…. Tulislah yang benar…. Cobalah lagi!!"

Aku menulis lagi dan dia, "Tidak bisa, dong…. Tulislah yang benar…. Cobalah lagi!!"

Aku menulis lagi dan dia, "Tidak bisa, dong…. Tulislah yang benar…. Cobalah lagi!!"

Aku menulis lagi dan dia, "Tidak bisa, dong…. Tulislah yang benar…. Cobalah lagi!!"

Aku menulis lagi dan dia, "Tidak bisa, dong…. Tulislah yang benar…. Cobalah lagi!!"

"Argh!" Aku terkapar di meja dan putus asa. Namun, Bu Elevert yang sangat penyayang menghampiriku yang depresi dan menulis, "Rizel, semangat!! Janganlah kalah lagi!! Aku ngambek, lho!!"

Aku yang membaca tulisan itu, memutuskan untuk menulis lagi. Kali ini aku menulisnya dengan pelan dan santai. Ini tidak terlalu buruk. Aku pernah menulis sebelumnya. Kenapa aku baru sadar dengan hal ini? Aku merasa diringankan oleh sesuatu. Rupanya Bu Elevert meringankan bebanku layaknya seorang malaikat. Aku ingin sekali merasakan seperti ini selamanya.

[//|||\]

Aliendra pulang dari sekolah akademi dengan perasaan senang ia tersenyum kecil karena.

"Ahahaha. Feel it, Kid! I'm free from this punishment. It's sad. It's time to go home and celebrate the atmosphere!" ("Ahahaha. Rasakan itu, Nak! Aku terbebas dari hukuman ini. Sangat menyedihkan. Saatnya pulang dan merayakan suasana!") Gumam Aliendra dalam hati.

Saat hatinya sedang senang dengan aku berada di Kelas Disiplin yang disebut kelas neraka, ada sebuah pedang rectangular melesat menuju Aliendra. Aliendra dengan reflek menghindar, Namun, pedang itu lebih cepat sehingga tangan kiri Aliendra terkena tusukan sehingga menimbulkan darah yang hebat.

"Aaaaaa!!!!" Dia menjerit kesakitan.

"Who is that?" ("Siapa itu?") Tanya menatap ke depan dengan rasa ketakutannya akibat serangan pedang rectangular yang cukup menyakitkan.

Seorang pembunuh menampakkan dirinya dan pedang itu bergerak layaknya magnet berada di tangannya dengan enteng. Dia berseragam seperti seorang Templar warna hitam pekat dengan embem Lexton. Dia mengeluarkan Murderer Aura.

"Who are you? Why you here?" ("Siapa kau? Kenapa kau disini?") Tanya Aliendra

"I'm here to kill you. You've shamed Lexton's honorific name. I will slaughter the Railhoun clan after killing you." ("Aku kesini untuk membunuhmu. Kau sudah mempermalukan nama kehormatan Lexton. Aku akan membantai klan Railhoun setelah membunuhmu.") Orang itu mengarah pedangnya kepada musuh yang sedang menahan luka.

"Are you crazy?" ("Apa kau gila? Kau tidak bisa melakukan itu. Kau akan dikalahkan ") Gertak Aliendra kepada lawannya.

"Is this what you mean?" ("Ini maksudmu?") Orang itu memperlihatkan kepala penjaga Twelve yang sudah mati akibat dipenggal oleh orang itu saat pertempuran.

Aliendra terkejut dan ketakutan melihat kepala berarmor hitam sudah mati di tangan orang itu.Aliendar sontak mengeluarkan Deaglenya dan mulai menembak orang itu. Orang itu memotong peluru dengan mudah dan menebas Aliendra dengan cepat. Aliendra pun terkena tebasan itu di kedua tangannya dan menjerit.

"CEO Style : Reparo!"

"CEO Style : Salvio Hexia!"

Aliendra mencoba menyembuhkan dirinya dan membuat pertahanan dari serangan orang itu. Namun, orang itu sangat ahli dan tidak memberi peluang untuk bertahan.

"Bort Armament! Rectangle Slayer!"

Tebasan pedang itu menembus pertahanan Aliendra dan Aliendra mengeluarkan darah dari mulutnya. Aliendra mengerahkan seluruh kekuatannya untuk melawan pembunuh itu.

"CEO Style : Reduc…"

"Bort Armament : Fearless Slash!" Tebasan itu merusak mental Aliendra, sehingga Aliendra merasakan mimpi buruk saat pertarungan. Ini kesempatan bagi pembunuh itu untuk membunuhnya.

"Aaaaa!!!!!" Luka Aliendra semakin melebar. Aliendra rasanya terjatuh tapi masih bisa berdiri dengan lutut sebagai alat untuk berdiri.

"It's over, you weak! Take this! Bort Armament: Execute!" ("Sudah berakhir, dasar lemah! Rasakan ini! Bort Armament : Execute!") Tebasan pedang itu segera ,menghampiri Aliendra dan Aliendra menerima serangan itu dengan putus asa sambil menutup matanya sebagai ajal terakhirnya.

"Cying!" (Tebasan melesat)

"Flash!!"(Suatu Tumbukan antara dua unsur)

"What?!" ("Apa?!") Seru pembunuh itu terkejut. Suatu tembakan melesat dengan cepat menuju pembunuh itu.

Pembunuh itu bertahan diri dengan kedua tangannya. Tapi, armornya mengalami kerusakan sehingga mengenai tangannya.

"Argh!" Seru pembunuh itu dengan tangannya penuh luka.

"Who's in my business, huh?" ("Siapa yang ikut campur urusanku, hah?") Tanya pembunuh itu dengan murka.

Sosok itu muncul di tengah bayang-bayang. Dia adalah Diva Lexton. Diva menghampiri pembunuh itu dengan penuh amarah. Sepertinya ia kenal orang itu. Dia pun berseru, ""Why are you here, Zerovent Lexton?" ("Kenapa kau ada disini, Zerovent Lexton?") sambil mengarahkan senjatanya kepada Zerovent.

Zerovent semakin geram dengan kemunculan Diva. Ia pun maju menyerang dan berseru, "Don't get in my way, Diva!!" ("Jangan halangi aku, Diva!!") Dengan penuh amarah. Ini sedikit mengingatkan Diva akan sesuatu. Sesuatu yang sangat penting baginya.

{--|-|--}

Seorang ayah dan anak sedang menatap pemandangan kota yang indah dengan lampu-lampunya yang indah dari teras rumahnya. Sang Ayah tersenyum kepada anak yang manis dan cantik sedang memakan cemilannya. Setelah memandang kota cukup lama, Sang Ayah pun memulai pembicaraannya.

"Diva,' panggil ayah itu.

"Yes, Daddy!" ("Iya, Ayah!") Sahut Diva.

"Dengarkan aku! Jangan pernah kau terlibat dengan Klan Lexton lagi!" Pinta ayah itu kepada Diva.

Diva pun bertanya, "Why did you say that, Daddy?" ("Kenapa kamu berkata seperti itu, Ayah?")

""Kau akan tahu nantinya. Kita bukan orang yang berhati monster seperti mereka. Jangan pernah berbangga diri dengan nama itu. Itu menyakiti perasaanku," jelasnya sedikit mengeluarkan air matanya.

"Don't worry, Daddy. I'll not make you cry. I'll protect you from them, Daddy!" ("Jangan khawatir, Ayah. Aku tidak akan membuatmu menangis. Aku akan melindungimu dari mereka, Ayah! ") Diva bertekad untuk melindungi perasaan ayahnya dan berlagak seperti ksatria.

"Baguslah berkata seperti itu," ucapnya menahan tangisannya karena lega mengelus anaknya.

"Diva! Papa! Sudah saatnya masuk ke rumah, desu." Sang Diva memanggil kami.

"Aku datang!" Sang Ayah menghampiri kekasihnya yang tercinta.

"Diva, aku membuat kue Stroberi untukmu, desu," tawar Sang Ibu kepada Diva.

"Hooray! Strawberry Cake. I love strawberries." ("Hore! Kue Stroberi. Aku suka sekali stroberi.") Diva bahagia sambil memakan Kue Stroberi.

Suasana sepasang keluarga diisi dengan hal yang menyenangkan. Kasih sayang kekasih itu kepada Diva adalah hal yang terbaik bagi Diva dan Diva melindungi hal itu agar ia tidak mengecewakan mereka.

{--|-|--}

Diva yang mengingat flashback itu langsung menembak dengan tepat mengenai helm Zerovent. Zerovent itu kehilangan peluang untuk menahan tembakan itu dan mengumpat, "Damn you, Diva! Die on fire with that 'Demon Child'." ("Sialan kau, Diva! Matilah terbakar bersama 'Anak Iblis' itu." ) dan melancarkan serangan pamungkasnya.

"Bort Ultimate : Dark Union!" Sebuah gelombang semakin membesar dan gelombang itu menuju Diva. Diva dengan tenang membuat sesuatu dan "Gurren Tech : Wave Suction!!" gelombang besar itu terhisap dengan mudah. Sedikit demi sedikit gelombang itu menyusut dan menghilang tanpa jejak.

"Huh?"

"That technology .... It must be from ..."

"Teknologi itu.... Itu pasti dari..."

Zerovent semakin geram dengan nama itu dan menghina, "Could it be ... God damn you, you s***e w***e! You should be in a pigsty with your damned body!" ("Jangan-jangan.... Terkutuklah kau, dasar b***k pe****r! Kau harusnya di kandang babi dengan tubuhmu yang terkutuk itu!")

"Dor!" Kepala Zerovent terkena tembakan Deagle dari Diva yang dipinjam oleh Aliendra yang tengah sekarat.

"First, don't bother my father! Lastly, never insult my mother, you Lucifer!" ("Pertama, jangan ganggu Ayahku! Terakhir, jangan pernah menghina ibuku, dasar Lucifer!") Diva langsung nembak kepala Zerovent dengan tembakan Deagle secara bertubi-tubi agar helmnya hancur berantakan.

"Cih, You bully!" ("Cih, dasar pengganggu!") Umpat Diva kepada Zerovent yang sudah tewas.

Diva pun memangku Aliendra penuh dengan darah penyesalan dan menuju ke apartemennya untuk diobati lebih lanjut.

{{{•••}}}