Apartment Biserka, Shanghai pukul 9 pagi.
"Pavlo cepat kamu urus janji atas nama perusahaan dengan CNY Company." Benvolio sibuk dengan berkas-berkas yang ada di tangannya sembari meminum kopi hangat yang telah disediakan untuknya.
"Baik Ben, akan segera ku urus." Pavlo mengiyakan permintaan Benvolio dan segera menghubungi pusat perusahaan BC International Finance atau yang biasa disingkat dengan sebutan BCIF, yaitu perusahaan utama milik Benvolio di Italia yang bergerak di bidang finance cooperation global.
"Butuh berapa lama hingga janji pertemuan itu disetujui Pav?" tanya Benvolio sembari menyalakan pemantik api untuk menyalakan rokok yang telah berada di mulutnya.
"Tidak perlu waktu lama untuk meminta persetujuan dari pusat perusahaan, kira-kira sekitar 15 menit setelah surelku ini terkirim," jawab Pavlo sembari memakan snack yang ada di lemari pendingin Biserka.
Sementara mereka berdua berbicara, mereka mendengar suara pintu terbuka, dan seorang wanita cantik yang masih mengenakan piyamanya keluar.
Wanita itu adalah Biserka.
Dia baru saja bangun dari tidurnya dan melangkah keluar dari kamar tidur ke ruang tamu yang terhubung ke dapur.
Dia terkejut ketika melihat dua pria sedang duduk di ruang tamunya dan menempati apartemennya.
***
*Flashback on*
Mint, Shanghai pukul 2.30 dini hari.
"Baiklah aku akan meminta janji pertemuan dengan kakakmu atas nama perusahaanku dan pasti sulit bagi kakakmu untuk menolaknya," ucap Benvolio pada Biserka sembari meminum cocktail yang ada di Mint.
"Terserah Anda saja, saya hanya ingin Verasha kembali dan kakak saya tidak mengetahui identitasnya. Saya tidak peduli dengan yang lainnya termasuk caramu bertemu kakak saya," jawab Biserka ketus pada Benvolio dan segera melangkahkan kakinya beranjak keluar dari Mint.
Pavlo yang melihat Biserka ingin keluar dari Mint segera menghentikan langkah perempuan tersebut dan menarik tangannya.
"Tunggu dulu Nona, Anda tidak boleh pergi kemanapun tanpa pengawasan kami." Pavlo segera melepaskan tangannya dari Biserka dan memberinya penjelasan.
"Apa maksudmu?! Aku sangat mengantuk dan ingin kembali ke apartemenku untuk beristirahat. Aku sudah berdiam diri di tempat ini selama berjam-jam, tidak mungkinkan aku juga harus menginap di tempat seperti ini bersama segerombolan pria?!" Biserka menatap Pavlo malas.
"Bukan seperti itu, maksudku-"
Ucapan Pavlo terpotong.
"Kamu boleh kembali ke apartemenmu asalkan saya dan Pavlo ikut dengan Anda," sahut Benvolio yang memotong ucapan Pavlo yang belum selesai tadi.
Pupil mata Pavlo dan Biserka membesar, mereka sama-sama terkejut mendengar pernyataan yang terlontar dari mulut Benvolio.
"Ben... apa perlu sampai ke apartemennya juga? Maksudku kita memang harus mengawasinya, tapi jika sampai ikut ke apartemennya bukankah sudah sangat melanggar privasi yang dia punya?" tanya Pavlo ragu dengan keputusan Benvolio yang ingin mengawasi Biserka hingga ke kediamannya.
"Dengarkan asistenmu, Pavlo, Tuan mafia. Apa kau memang tidak punya rasa malu menguntitku sampai ke apartemen? Sepertinya asistenmu lebih waras." Biserka berkacak pinggang tidak habis pikir dengan permintaan Benvolio.
"Bukan menguntit, tapi mengawasi. Tolong perhatikan tatanan bahasamu dan diksi yang kau ucapkan Nona. Jangan sampai membuat orang yang mendengarnya menjadi salah paham. Lagipula aku tidak tertarik dengan wanita sepertimu." Benvolio menjawab Biserka dengan tatapannya yang sinis tetapi tidak mengurangi pesona ketampanannya.
"Kau hanya harus memilih. Ingin tidur di apartemenmu dengan tenang dan membawa kami bersamamu atau tidur disini dengan segerombolan pria yang sangat berisik?" lanjutnya.
"Fuck off with you mafia sialan! Baiklah kalian ikut bersamaku ke apartemen, saya juga punya banyak pertanyaan yang ingin ditanyakan pada kalian."
Setelah kesepakatan tersebut tercapai, mereka bertiga beranjak keluar dari Mint menuju apartemen milik Biserka.
Sebelum pergi dari Mint, Benvolio meminta kawanan mafianya untuk kembali ke markas dan mencari tahu kembali tentang 'sarang monster' dan rencana mereka selanjutnya.
*Flashback off*
***
Setelah berhasil mengingat yang terjadi pada dini hari tersebut, Biserka pun menghela napasnya.
"Ah shit, bisa-bisanya aku lupa dengan mereka." Biserka berjalan menuju kedua pria tersebut.
Tetapi dia terkejut karena tercium bau rokok dan terdapat banyak bungkus makanan tergeletak di atas meja di dapurnya.
"Ya Tuhan, apa yang kalian lakukan dengan apartemenku?!" Biserka segera melangkahkan kakinya dengan cepat menghampiri mereka berdua.
"Hei, tolong matikan rokokmu! Tidak boleh merokok di ruangan ini! Asap rokokmu membuat ruangan ini pengap dan bau, tahu!" Biserka memarahi Benvolio dan memintanya segera mematikan rokoknya itu.
"Rumoroso sai!" jawab Benvolio kesal dan segera mematikan rokoknya itu.
"Hei, gunakan bahasa yang kumengerti brengsek. Apa yang dia ucapkan Pav?" ujar Biserka dan bertanya pada Pavlo mengenai ucapan yang Benvolio gumamkan dengan bahasa asing yang Biserka tidak tahu apa artinya itu.
Pavlo yang sedang meneguk segelas air putih pun tersedak ketika Biserka tiba-tiba bertanya padanya dan memanggilnya dengan sebutan yang Benvolio biasa gunakan.
Karena Pavlo lebih sering dipanggil Pavlo dibanding dengan Pav saja oleh orang-orang yang mengenalnya kecuali Benvolio.
"Ah... kau bertanya padaku, Nona?" jawab Pavlo sedikit terbata karena terkejut.
"Hei, menurutmu yang bernama Pavlo di ruangan ini siapa lagi selain kamu? Dan bisakah kamu memanggilku dengan namaku saja? Tidak usah memakai sebutan nona segala, kamu seperti budak ku saja." Biserka menggelengkan kepalanya, bingung dan pusing dengan kelakuan Pavlo.
"Ah, baiklah. Yang tadi Benvolio katakan artinya adalah kamu berisik Non- maksudku Biserka."
"Dasar mafia brengsek sudah untung ku bolehkan menginap di apartemenku," gerutu Biserka setelah tahu arti yang Benvolio ucapkan tadi.
Benvolio yang mendengar ocehan Biserka pun sama sekali tidak menggubrisnya, dia tidak tertarik untuk melanjutkan percakapan tidak pentingnya dengan wanita Maroko tersebut apalagi sampai meladeninya untuk berdebat.
Misi utamanya adalah untuk menangkap 'sarang monster' dan bukan untuk menjaga Biserka. Jadi dia tidak begitu peduli dengan Biserka.
Biserka yang melihat Benvolio acuh padanya semakin geram dan memutuskan untuk pergi mengambil makanan di kulkasnya sebelum emosinya meledak.
Berbeda dengan Mataya, kakaknya atau saudari kembarnya yang emosinya mudah meledak dan susah dikendalikan, Biserka lebih bisa mengontrol emosinya dan mengalihkan perhatiannya dengan makanan.
Namun saat dia membuka lemari pendinginnya, dia tidak mendapati makanan kesukaannya. Dia kebingungan karena dia ingat sudah membeli cukup banyak persediaan produk tersebut.
"Hei, adakah diantara kalian berdua yang melihat makana-" Biserka menoleh kearah meja dapur tempat tergeletaknya banyak bungkus makanan dan tersadar bungkus makanan tersebut semuanya adalah produk makanan kesukaannya.
"Sialan! Siapa yang memakan makananku ini?!" teriak Biserka dengan mata yang berapi-api ingin segera menghajar orang yang telah memakan semua makanan kesukaannya tanpa tersisa.
Pavlo yang mendengar teriakan Biserka pun langsung panik dan merasa bersalah. Karena dialah pelakunya. Dia kalap memakan makanan itu, karena produk makanan itu juga merupakan snack kesukaannya. Dia tidak sadar telah memakan semua snack itu hingga tak tersisa di lemari pendingin.
"Ah, maafkan aku, Biserka. Aku yang memakan semua makanan kesukaanmu itu, tapi jangan khawatir aku akan segera membelikan makanan itu untuk menggantikan semua makananmu yang telah kumakan." Pavlo meminta maaf pada Biserka dan beranjak dari duduknya serta menutup laptopnya berniat pergi ke supermarket terdekat.
"Cih, sudahlah tidak apa. Tidak usah diganti, biar kubeli lagi nanti," jawab Biserka menghentikan Pavlo yang ingin pergi.
Pavlo pun menatap Biserka bingung, dan berkata, "Baiklah, jika itu maumu."
Pavlo kembali duduk dan membuka laptopnya untuk mengerjakan kembali tugasnya.
Benvolio yang sedari tadi hanya diam mendengarkan percakapan Pavlo dan Biserka pun mulai risih dan terganggu dengan keduanya.
"Apa kalian berdua tidak bisa diam? Berisik sekali tahu!" Benvolio mendengus kesal.
"Jika keberisikan dan terganggu, kau boleh keluar mafia gila! Disana pintu keluarnya," Biserka menunjuk kearah pintu dan mulai memasak makanan.
"Cih," dengus Benvolio lagi.
Suasana kembali hening. Saat ini hanya terdengar gesekan spatula dan penggorengan yang saling bergesekan dan berbenturan. Aroma ruangan dipenuhi dengan aroma makanan yang sedang dimasak Biserka. Mencium aroma makanan yang lezat dan menggoda perut Benvolio serta Pavlo membuat perut mereka keroncongan karena lapar.
Senyum kecil terlukis di bibir Biserka ketika dia melihat kedua pria itu menatap masakannya seperti anak kucing yang menunggu untuk diberi makan oleh tuannya. Sudah lama dia tidak merasakan perasaan ini sejak bergabung dengan CIA dan jauh dari saudara kembarnya, Mataya, dan sahabatnya, Ahmed.
15 menit kemudian.
Dia pun menghidangkan masakannya sebanyak tiga porsi, dan meletakkannya di meja ruang tamu.
Tanpa berbasa-basi, Pavlo dan Benvolio langsung menyambar makanan yang dihidangkan oleh Biserka dan mulai menyantap makanan tersebut.
"Hei, pelan-pelan makannya tuan-tuan. Kalian bisa mati tersedak nanti," ujar Biserka sembari menyuguhkan minuman kepada Benvolio dan Pavlo.
Benvolio tidak menggubris perkataan Biserka seperti biasanya dan lanjut menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh Biserka.
Sedangkan Pavlo dia menjawab perkataan Biserka dan berkata, "Ini enak sekali, Biserka. Saya tidak menyangka kamu bisa memasak makanan selezat ini. Mengapa kamu tidak beralih profesi saja menjadi chef? Sepertinya kamu lebih ahli menjadi chef dibandingkan menjadi agen CIA."
"Hei Pav, kamu sedang menghinaku?!" Biserka tidak senang dengan perkataan Pavlo dan mengerucutkan bibirnya malas.
"Pav, bagaimana perkembangan janji pertemuan dengan CNY Company?" tanya Benvolio menginterupsi percakapan Pavlo dan Biserka.
"Ah, tunggu sebentar Ben. Biar ku cek terlebih dulu," jawab Pavlo dan segera mengecek surelnya.
"Hasilnya sudah disetujui dari perusahaanmu maupun CNY Company," lanjut Pavlo sembari menunjukkan isi surelnya kepada Benvolio.
"Hei mungkin janji pertemuan kalian diterima, tapi kemungkinan tempat pertemuan di markas utama perusahaan kakaku itu sangat kecil," jawab Biserka memberitahu mereka berdua.
"Walaupun pertemuan untuk projek penting sekalipun?" tanya Benvolio penasaran.
"Yeah, kerjasama ataupun projek penting sekalipun, kakaku tidak akan dengan mudah membiarkan orang asing masuk kedalam markas utamanya."
-bersambung-
***
*Note*
Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan.
Hari ini, aku memberikan jadwal update bonus seperti yang pernah kukatakan pada kalian di chapter sebelumnya. Semoga kalian tetap suka dengan chapter bonus ini yaa^^
Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^
Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 7 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^
Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^
Salam hangat
Chasalla
#Jadwal update: Sabtu & Minggu.