DESTINY (2)

Shanghai Disneyland Park.

15 menit sudah berlalu. Mataya masih menunggu kedatangan Ahmed di Taman Disneyland Shanghai. Ahmed sebelumnya sudah menghubungi Mataya bahwa dirinya terjebak kemacetan sehingga akan terlambat sampai di tempat tersebut.

Tempat yang Mataya dan Ahmed maksud dan keduanya sering kunjungi saat berada di Shanghai adalah Shanghai Disneyland Park. Keduanya sering menghabiskan waktu bersama di tempat ini.

Tetapi tidak dengan Biserka karena Biserka tidak menyukai tempat seperti ini dan lebih memilih menghabiskan waktunya di tempat yang damai dan tenang. Mataya dan Ahmed biasanya datang ke tempat ini hanya sekadar untuk bermain bersama seperti orang-orang kebanyakan yang mengunjungi tempat ini ataupun untuk menghilangkan stress dan kegelisahan mereka.

Mataya memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri terlebih dahulu sembari melihat-lihat sekitar dan menunggu Ahmed sampai disana.

Saat berjalan-jalan, dia melihat seorang anak kecil yang menangis karena ice creamnya terjatuh. Dia segera menghampiri anak tersebut dan memastikan keadaannya.

"Halo Adik manis! Kenapa kamu menangis?" ucap Mataya memastikan alasan kenapa anak kecil itu menangis.

"Hiks… hiks…hikss… Ice creamku jatuh karena tadi ada orang yang berlari kencang dan menabrak ku sehingga aku terjatuh, begitu juga dengan ice cream yang ada di tanganku. Hiks…hiks…hiks..." ucap anak kecil itu sembari menangis terisak-isak.

Mataya, sebelum mendekati gadis kecil itu, sudah tahu bahwa es krim anak itu jatuh. Namun, setelah melihat pergelangan tangan dan tempurung lutut gadis kecil itu, dia sangat terkejut karena gadis kecil itu juga terluka.

"Adik, siapa namamu dan dimana orang tuamu?" tanya Mataya kepada anak kecil tersebut.

"Namaku Kei, dan aku kesini tidak bersama dengan orang tua ku tetapi bersama dengan Kakaku dan pacarnya," jawab anak kecil tersebut yang bernama Kei dan masih menangis terisak karena ice cream nya jatuh dan pergelangan tangan serta tempurung lututnya terluka.

"Ah, baiklah. Kakak akan mengobati kamu dulu ya, setelah itu kakak akan membelikanmu ice cream yang baru dan mengantarkanmu ke tempat kakakmu, gimana? Setuju ya? Okay?" ucap Mataya yang dibalas dengan anggukan setuju Kei.

Mataya menggendong Kei dan membawanya ke tempat duduk sekitar untuk diobati lukanya.

"Okay, baiklah. Kamu duduk disini ya, kakak akan mulai obati luka kamu. Ini akan terasa sedikit sakit, apa kamu bisa menahannya, Kei?" Mataya menatap wajah anak kecil itu dan bertanya kepadanya.

Kei hanya menganggukkan kepalanya tanpa menjawab pertanyaan Mataya dengan ekspresi wajah nya yang masih sedih.

Mataya tersenyum lalu segera mengeluarkan antiseptic dan kotak obat yang selalu dia bawa di dalam tasnya. Dia segera memberikan antiseptic ke pergelangan tangan dan tempurung lutut Kei. Sembari mengobati Kei, Mataya mengajukan pertanyaan lagi kepadanya.

"Berapa usiamu Anak manis? Lalu mengapa Kakakmu tidak mengantarkanmu membeli ice cream dan kamu berkeliaran sendirian seperti ini?" tanya Mataya sambil mendongakkan kepalanya menatap wajah Kei.

"Enam tahun, Kak. Kakakku sibuk dengan pacarnya dan mengabaikanku. Aku sedari tadi merengek kepadanya ingin membeli ice cream tetapi dia selalu bilang nanti dan lanjut bermain wahana. Lalu aku melihat tasku dan kebetulan aku mempunyai uang di tasku. Jadi aku memutuskan untuk membelinya sendiri," jawab Kei dengan wajah yang murung dan sedih.

Mataya yang mendengar ucapan tersebut pun tidak habis pikir dengan pemikiran kakaknya Kei yang sangat tidak bertanggung jawab.

Mataya menghelakan napasnya, "Baiklah, kamu tidak usah menangis dan sedih lagi ya, Anak manis! Lukanya sudah selesai Kakak obati, ayo kita beli ice cream yang kamu mau!" ujar Mataya dengan semangat dan tulus kepada Kei.

Kei pun tersenyum senang mendengar ajakan itu dari Mataya dan dia mengangguk setuju pada Mataya.

***

Kediaman keluarga besar Constanzo, Milan-Italia.

"Grazie mille mia cara Mamma! Va bene, ora è il momento per me di salutare Papà e Mamma! E sì, devi prenderti cura l'uno dell'altro finché io e Benvolio non siamo qui, ok? (Terima kasih banyak Mama sayang! Oke, sekarang saatnya aku pamit sama Papa dan Mama! Dan ya, kalian harus saling menjaga satu sama lain sampai Benvolio dan saya ada di sini, oke)?" ucap Callista kepada Xavier dan Ellen atau kepada Papa dan Mamanya.

"Va bene tesoro, ricordati di aver chiamato Benvolio e di avergli obbedito. E non andare lontano senza riferirgli, okay? (Oke sayang, ingat kamu harus menelepon Benvolio dan mematuhinya. Dan jangan pergi jauh tanpa memberitahunya, oke?)" ucap Xavier kepada putrinya.

Callista mendengus malas mendengar ucapan itu dari Papa nya, "Sì sì, anche se sono riluttante, lo farò comunque Papà. (Ya ya, meskipun saya enggan, saya akan tetap melakukannya Papa)."

"Devi prenderti cura di te stesso, tesoro. E chiama Mamma e Papà quando arrivi e hai conosciuto Benvolio, ok? (Kamu harus menjaga dirimu sendiri, sayang. Dan telepon Mama dan Papa ketika kamu tiba dan kamu sudah bertemu dengan Benvolio, oke)?" ucap Ellen kepada putrinya dan memeluk erat Callista.

"Va bene, Mamma tesoro! Ci vediamo Papà Pamma! (Oke, Mama sayang! Sampai jumpa Papa Mama!)" ujar Callista sambil mencium Xavier dan Ellen, Papa dan Mamanya.

Setelah percakapan dan mengucapkan perpisahan dengan kedua orang tuanya, Callista segera keluar dari rumah kediaman Constanzo menuju ke bandara. Dia diantar oleh supir pribadi keluarga Constanzo, supir pribadi keluarganya.

"Ah akhirnya aku bisa mencoba kemampuan berbahasaku yang lain dan yang pasti aku bisa mencoba bahasa Indonesiaku sepuasnya dengan Kakak sialanku, Benvolio," ujar Callista saat berada di mobilnya dalam perjalanan menuju bandara.

Di kediaman besar keluarga Constanzo lebih sering menggunakan bahasa Italia dibandingkan bahasa Indonesia. Xavier tidak terlalu menguasai bahasa Indonesia sehingga keluarga Constanzo memutuskan untuk menggunakan bahasa Italia saja untuk berkomunikasinya.

Walaupun demikian, Callista sangat terobsesi dengan bahasa Indonesia karena menurut dia bahasa Indonesia bahasa yang unik. Dia selalu minta diajarkan berbahasa Indonesia oleh Ellen, ibu tirinya, sejak kecil.

Callista mengeluarkan smartphone miliknya dari tas dan mengirimkan sebuah pesan kepada kakak angkatnya, Benvolio.

From: Callista (orang yang akan mengambil alih perusahaan keluarga Constanzo).

Benvolio master paranoid, aku akan terbang ke Shanghai dalam beberapa jam lagi. Tolong siapkan tempat tinggalku disana! Jemput aku di Bandara Pudong-Shanghai saat aku tiba nanti! Akan kuhubungi kau lagi saat aku sudah sampai!

To: Kakak paranoid, Benvolio.

*send*

Callista tersenyum jahil setelah mengirimkan pesan yang akan membuat kakaknya menjadi marah. Dia senang menjahili dan menyusahkan Benvolio.

"Baiklah, akan ku kacaukan urusanmu disana! Siapa suruh membuatku bersaing denganmu! Lihat saja, aku juga berkualifikasi untuk memiliki perusahaan keluarga!" gerutu Callista pada dirinya sendiri dan tersenyum licik memikirkan apa yang akan dia lakukan untuk merecoki urusan Benvolio, kakaknya, disana.

***

Shanghai Disneyland Park

Mataya dan Kei sedang berbincang-bincang bersama sembari memakan ice cream dengan varian rasa kesukaan mereka masing-masing. Kei terlihat gembira sekarang dan sudah tidak menangis lagi ataupun murung.

Saat Mataya dan Kei asik berbincang, tiba-tiba datang sepasang kekasih menghampiri mereka berdua.

"Kei! Ya Tuhan, Kakak mencarimu dari tadi. Kemana saja kamu sendirian? Dan mengapa kamu pergi sendiri seperti ini?" tanya seorang laki-laki kepada Kei yang usianya sepertinya tidak jauh berbeda dengan Mataya.

Jika dilihat dari kecemasannya dan ucapannya kepada Kei, sepertinya laki-laki itu adalah kakaknya Kei dan perempuan yang disebelahnya adalah kekasihnya.

Mataya yang tadinya menghadap ke wajah Kei segera menolehkan wajahnya kearah laki-laki yang tiba-tiba datang dan berkata seperti itu kepada Kei.

Betapa terkejutnya dia saat melihat laki-laki tersebut, "Kak Putra?"

Sontak laki-laki itu pun menoleh kearah Mataya dan menyadarinya, "Kamu?"

Laki-laki tersebut adalah orang yang Mataya sukai saat dirinya masih berada di bangku SMP dan SMA di Surabaya. Laki-laki itu juga merupakan senior Mataya.

Mataya kemudian menyadari kekasihnya Putra juga merupakan teman seangkatan Putra saat di sekolah dulu. Dia hanya tersenyum melihat pemandangan yang menyakitkan ini. Sudah 10 tahun dirinya menyukai Putra, tetapi Putra tidak pernah memberikan kesempatan kepada Mataya.

"Baiklah Kei, karena Kakakmu sudah datang, Kak Taya pergi dulu ya, okey?" ucap Mataya kepada Kei dengan tersenyum hangat dan segera berdiri dari duduknya.

"Kenapa kamu tidak mengantarnya kepadaku dan malah duduk disini dengannya? Apa kamu sengaja? Karena kamu tahu dia adikku, kamu sengaja mengajaknya duduk bersamamu sampai aku menemukan adikku dan kamu bisa bertemu denganku?" ujar Putra tiba-tiba saat Mataya sudah ingin pergi darisana.

Bukannya berterimakasih kepada Mataya, Putra malah menuduh Mataya dengan dingin dan kata-katanya yang tidak benar sama sekali.

Mataya pun berhenti sejenak setelah mendengar ucapan Putra yang seperti itu. Dia tidak terima dirinya dinilai seperti itu oleh Putra yang bahkan tidak pernah mengenal kepribadian Mataya dengan benar.

"Oh, c'mon! Is that how I look in your eyes? (Oh, ayolah! Seperti itukah aku dimatamu)?" ucap Mataya terkekeh mendengar tuduhan dan kata-kata tidak masuk akal Putra untuk yang kesekian kalinya.

"Yeah, you're always like that, right? You're always looking for a way to get my attention, aren't you? (Yah, kamu selalu seperti itu kan? Kamu selalu mencari cara untuk menarik perhatianku, bukan)?" jawab Putra kepada Mataya dengan kata-katanya yang menyakitkan.

"Shut up your freaking mouth, bitch! You asshole! Fuck off with you! You must know I'm done with my feeling. I haven't had feelings for you in a long time! So don't say anything nonsense about me anymore, bitch! (Tutup mulutmu, sialan! Dasar brengsek! Persetan denganmu! Kamu harus tahu bahwa aku sudah selesai dengan persaanku. Aku sudah tidak memiliki perasaan kepada Anda sejak lama! Jadi jangan mengatakan apapun yang tidak masuk akal mengenai diriku, sialan)!" umpat Mataya kepada Putra. Dia tidak tahan mendengar perkataan yang menyakitkan darinya lagi yang sama sekali tidak benar mengenai dirinya.

Dia pun segera pergi dari hadapan Putra dan kekasihnya serta menyempatkan mengucapkan kata perpisahan dengan tersenyum kepada Kei.

-bersambung-

***

*Note*

Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan.

Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^

Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 13 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^

Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^

Salam hangat

Chasalla

#Jadwal update: Sabtu & Minggu.