"Hah, kau ke tempat seperti ini hanya untuk mencari singa yang sedang terluka? Ya Tuhan, yang benar saja, Ben!" Pavlo mendesis kesal karena alasan Benvolio yang sangat tidak masuk akal.
Benvolio menoleh kearah Pavlo sebentar dan mengatakan, "Ya, karena hanya itu yang tersisa di tempat ini. Apa kau membawa persenjataanmu Pav?"
"Aku hanya membawa sebuah shotgun kokang dan dua clip amunisi, Ben. Hanya itu yang tersedia di dalam mobilku saat ini. Untuk apa memangnya? Bukankah kau tadi bilang singanya sudah terluka?" tanya Pavlo lagi.
Benvolio tidak menghiraukan pertanyaan yang Pavlo lontarkan, dia segera mengeluarkan busur panah dan juga sebuah senjata api dari dalam supercarnya. Lalu segera berjalan masuk kedalam gubuk tersebut.
Dirinya serta diikuti oleh Pavlo di belakangnya, melangkahkan kaki mereka masuk kedalam gubuk tersebut. Saat masuk pun mereka sudah disambut dengan banyak darah yang berceceran dimana-mana dalam gubuk tersebut. Bau anyir darah yang terus menguar tercium sangat pekat dan mengganggu penciuman mereka berdua di dalam gubuk ini.
Mereka menyalakan senter melalui smartphone mereka masing-masing karena di dalam gubuk tersebut sangatlah gelap. Gubuk itu jauh dari bayangan mereka karena mereka menganggap bentuk gubuk tersebut kecil dan sempit. Gubuk itu hanya tampak dari luarnya saja kecil, tapi ketika kau menginjakkan kaki masuk ke dalam gubuk tersebut, gubuk tersebut sangatlah besar dan luas. Di dalamnya ada banyak sekali ruangan.
Benvolio memutuskan untuk memasuki sebuah ruangan yang sangat pekat tercium bau anyir darah dari dalamnya. Begitu pun dengan Pavlo. Pavlo mengikuti Benvolio memasuki ruangan tersebut dan betapa terkejutnya mereka berdua melihat seorang perempuan tergeletak tak berdaya dengan banyak luka di tubuhnya serta banyak sekali darah yang keluar dari sekujur tubuhnya. Benvolio mencoba menghampiri perempuan itu lebih dekat dan menyibakkan rambut hitam ikalnya yang panjang dan menutupi wajahnya.
"Goddamn! Mataya?!" ujar Benvolio sangat terkejut melihat kondisi Mataya yang lebih buruk dibanding yang dirinya lihat pada gambar yang dikirimkan oleh pengirim pesan asing tersebut.
"Holy shit, Ben! Ini kan saudarinya Biserka! Nona Mataya! Apa yang terjadi padanya hingga seperti ini?" bulu kuduk Pavlo bergidik ngeri melihat keadaan Mataya yang sudah sangat parah.
Benvolio segera merobek pakaiannya agar bisa dijadikan sebagai perban untuk menahan pendarahan Mataya---tidak tahu mengapa respon menolongnya cepat kali ini, mungkin dia sudah belajar dari pengalaman Biserka sebelumnya atau karena dia dihadapkan oleh orang yang sudah sangat sekarat baru insting menolongnya dapat bekerja, mungkin. "Pavlo, cepat bantu aku memakaikan ini untuk menahan pendarahannya."
Tanpa Benvolio suruh pun Pavlo juga sudah siap memperban luka Mataya untuk menghentikan pendarahannya. Benvolio lalu mengusap wajah Mataya lembut untuk membersihkan noda darah yang memenuhi wajahnya. "Sialan, apa yang dia lakukan kepada Mataya? Mataya sama sekali tidak ada hubungannya dengan 'sarang monster' yang sedang kuburu!"
Benvolio mencoba mengangkat tubuh Mataya perlahan dan berhati-hati agar lukanya tidak semakin terbuka, untuk dipindahkan kedalam supercar miliknya yang terparkir tepat di depan gubuk tersebut.
Tepat saat dia ingin berbalik, ada peluru melesat disampingnya dan hampir mengenai telinganya sedikit lagi.
Kazayn, Ahmed, Abby, dan timnya telah sampai di gubuk tersebut. Ahmed menembakkan pistol nya kearah Benvolio setelah dia melihat Mataya berada di genggaman Benvolio dan terlihat sangat tidak berdaya dan juga sedang sekarat.
Tembakannya meleset karena tangannya sangat gemetaran melihat kondisi Mataya yang sudah tidak berdaya seperti itu ditambah dengan luka di sekujur tubuhnya dan darah yang masih saja merembas keluar dari tubuhnya. "Lepaskan dia, brengsek! Berikan Mataya kepadaku, Constanzo sialan! Apa yang kau lakukan kepadanya hingga dirinya seperti ini?!" teriak Ahmed kepada Benvolio.
Kazayn, Abby, dan tim pun segera membentuk formasi untuk mengepung Benvolio dan Pavlo. Mereka sudah bersiap dengan senjata milik mereka masing-masing.
Sementara itu, Pavlo juga sudah mengokang shotgunnya dan siap untuk ditembakkan. Dia sedang mencari celah untuk bisa melawan banyak orang yang dilengkapi dengan persenjataan lengkap sebanyak itu. "Siapa mereka, Pav?" tanya Benvolio yang tidak mengenali satupun dari mereka semua.
"Yang menembakkan pistolnya kearahmu dan berteriak padamu adalah Ahmed, duta besar perwakilan Negara Maroko di China dan juga sahabat karib Nona Mataya sejak kecil." Pavlo menjelaskan kepada Benvolio sementara pandangannya tetap waspada terhadap sekelilingnya.
"Hei dengar, aku juga tidak tahu apa yang terjadi dengan Mataya hingga dirinya bisa seperti ini, brengsek! Mataya membutuhkan penanganan medis secepatnya bodoh! Jangan menghambatku seperti ini!" ujar Benvolio yang sama kesalnya dengan Ahmed karena dirinya dituduh melakukan hal yang sadis kepada Mataya. Padahal dia pun tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi disini.
Ahmed tidak menghiraukan ucapan Benvolio, malahan dirinya menyuruh Kazayn dan agen yang lainnya untuk siap-siap menembak Benvolio dan Pavlo. "Cepat berikan Mataya kepadaku, brengsek! Biar aku yang membawanya ke rumah sakit!"
Benvolio terkekeh mendengar ucapan Ahmed, dirinya tidak sebodoh itu untuk menyerahkan Mataya begitu saja melihat situasinya seperti ini. Lalu apa yang akan terjadi setelah dia memberikan Mataya kepada Ahmed? Tentu saja Ahmed tetap akan menyuruh para tim bersenjatanya untuk menghujani Benvolio dan Pavlo dengan peluru panas yang sudah siap ditembakkan itu.
Dia menyeringai, "Coba saja kau tembak diriku dan rekanku, akan kupastikan Mataya juga ikut tertembak bersamaku. Di saat-saat seperti ini, harus banyak mengajak orang untuk pergi ke akhirat bersama, bukan?" Benvolio mencoba memprovokasi Ahmed dengan ucapannya yang mengancam nyawa Mataya.
Kazayn yang tahu bahwa Benvolio sedang mencoba untuk memprovokasi Ahmed pun segera berkata, "Jangan tertipu dan terpengaruh dengan ucapannya, Tuan Ahmed. Dia sedang memprovakasimu dengan memanfaatkan Nona Mataya. Lebih baik kita tembak saja dia secepatnya."
Ahmed sangat pusing. Dia memegangi kepalanya dengan kedua tangannya dan mengusap wajahnya yang sudah terlihat sangat gusar. Dia sedang berpikir apa yang harus dia lakukan saat ini, karena salah langkah sedikit saja, nyawa Mataya akan benar-benar tidak dapat diselamatkan lagi.
"Baiklah kau yang membawa Mataya, tapi kau harus membawanya ke markas utama CNY Company milik dirinya. Karena hanya disana aku bisa memastikan dirinya tetap aman. Cepat ikuti mobilku!"
Akhirnya Ahmed memutuskan untuk membiarkan Benvolio yang membawa Mataya dan menyuruh semua agen tim keamanan untuk menurunkan sejata mereka semua.
"Keputusan yang sangat bijak untuk seorang sahabat. Mataya sangat beruntung mempunyai sahabat yang bijak seperti dirimu." celetuk Benvolio mengejek Ahmed yang kemudian melengos keluar dan segera pergi dari hadapan mereka menuju supercar miliknya. "Tidak rugi juga aku menolong singa ini. Aku bisa masuk ke markas utamanya sebentar lagi," batinnya.
Ahmed, Kazayn, dan Abby serta semua kru agen keamaanan segera bergegas keluar dari gubuk dan masuk ke dalam mobil mereka semua yang juga sudah terparkir di depan gubuk tersebut.
Sebelum menjalankan mobilnya, Ahmed membuka kaca pengemudi mobilnya dan berkata, "Urusan kita tetap belum selesai, mafia brengsek!" tukas Ahmed dengan intonasi yang tinggi.
"Ya, tentu saja. Kau tenang saja, aku akan meladenimu nanti," balas Benvolio dan segera masuk kedalam supercar miliknya.
Lalu diikuti dengan Pavlo yang juga masuk kedalam mobil miliknya dan mengikuti Benvolio tepat di belakang supercarnya. Dia segera menghubungi 'rekan-rekan' yang berada di Shanghai untuk menyusul mereka dari simpangan jalan perusahaan pusat CNY Company agar dapat datang menyusul ke markas utama CNY Company. Jaga-jaga hal yang tidak bisa Benvolio dan Pavlo kendalikan dan hal buruk lainnya terjadi di markas utama Mataya.
*Note*
Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan.
Mohon maaf karena kemarin Sabtu aku berhalangan lagi untuk mengupfate cerita, sebagai gantinya hari ini akan ku publish dua chapter sekaligus. Untuk Ch.22 akan ku publish malam ini ya!
Aku ingin meminta tolong kepada kalian jika menyukai ceritaku tolong memberikan ulasan terhadap karyaku ini ya dan tambahkan juga ke koleksi kalian agar tidak ketinggalan update!^^
Feel free untuk memberikan saran dan komentar kalian juga^^
Dan jangan lupa untuk menshare cerita ini jika menurut kalian cerita ini menarik^^
Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, sekali lagi, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^
Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 21 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^
Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^
Salam hangat
Chasalla
#Jadwal update: Sabtu & Minggu.