Di perjalanan menuju kediaman kakek-nenek Mataya dan Biserka.
Mataya menekan sebuah tombol di dekat kursi duduknya di dalam mobil untuk menutup bagian supir agar tidak dapat melihat ke arah penumpang. Setelah tertutup rapat, Mataya membenarkan posisi Biserka yang sedang tertidur dan kepalanya yang menyender di jendela mobil. Mataya menarik kepala Biserka pelan dan memposisikannya di bahu Mataya. Karena sedari tadi kepala Biserka terus membentur jendela mobil sehingga Mataya merasa kasihan melihatnya kesakitan.
Mataya mengembuskan napasnya perlahan sembari mengusap lembut kepala sang adik sekaligus saudari kembarnya tersebut.
Mataya kemudian memejamkan matanya sejenak, mencoba bersantai dan melupakan hal yang sangat rumit sebentar. Namun, belum sampai lima menit dia memejamkan kedua matanya, ponsel miliknya berdering.
Mataya lantas segera mengerjapkan kembali matanya dan mendesah berat. Kemudian dia bergegas mengangkat telpon tersebut.
"Halo?" ucap Mataya kepada si penelpon.