Mobil Wang Keru memasuki kawasan vila Keluarga Qin. Dia masih terus memberi peringatan pada Gu Anxi untuk bersikap sesuai perintahnya, bahkan sampai mobil berhenti sepenuhnya. Gu Anxi tidak membantah maupun menjawab ucapan ibunya itu.
Sebenarnya Wang Keru tidak puas dengan sikap Gu Anxi yang seperti ini, tapi dia juga tidak punya cara lain lagi.
Saat mereka membuka pintu dan keluar dari mobil, terdengar suara dentingan piano dari dalam ruang tamu.
Wang Keru mempercepat langkahnya, lalu menoleh melihat Gu Anxi. Dia takut Gu Anxi tiba-tiba berubah pikiran.
Para pelayan rumah melihatnya dan segera memberi hormat, "Nyonya."
Wang Keru segera menyesuaikan postur tubuhnya dan sedikit mengangguk dengan berwibawa, seperti wanita bermartabat pada umumnya. "Ayah mertua sudah datang?"
Pelayan itu mengangguk. "Ya, Tuan Besar sudah datang. Nona Shen sekarang sedang bermain piano."
Pelayan tersebut berbicara sambil reflek melihat Gu Anxi dengan tatapan bertanya-tanya.
Semua orang di sini sudah tahu bahwa Tuan Muda Qin dulu pernah menyukai Gu Anxi, tapi sekarang pria itu justru menjalin hubungan dengan Nona Shen. Mereka tahu bahwa mereka harus tutup mulut mengenai asal usul keluarga Nona Shen. Tapi, takdir dan keberuntungan sungguh berpihak pada Nona Shen. Kecelakaan yang menimpa Keluarga Gu justru menjadi awal perubahan kehidupan Shen Wanqing menjadi lebih baik.
Wang Keru sangat cemas saat ini, jadi dia tidak punya waktu untuk berbincang dengan para pelayan. Dia segera menarik Gu Anxi menuju ruang tamu.
Suasana di dalam ruang tamu begitu menyenangkan dan harmonis.
Kakek Qin dan Qin Han sedang duduk bersama di sofa sambil saling mengobrol dan minum teh. Mereka menghadap ke dinding besar dari kaca di bagian sudut ruang tamu. Sementara itu, Shen Wanqing sedang duduk di depan piano mahal dan memainkan sebuah lagu terkenal. Dia mengenakan gaun putih yang membuatnya tampak lemah lembut. Dia terlihat sangat berbakat.
Qin Siyuan bersandar di depan piano sambil memegang segelas anggur merah. Pria itu sedang menikmati permainan piano kekasihnya dengan raut wajah yang lembut.
Di dalam hatinya, sebenarnya Wang Keru merasa tidak nyaman melihat pemandangan ini, tetapi dia terpaksa menyembunyikan ketidaksenangannya. Dia berdeham ringan untuk menunjukkan kedatangannya bersama Gu Anxi. "Ayah, Anda sudah ada di sini. Ini adalah ginseng tua dari pegunungan dalam yang khusus kubawakan untukmu."
Wang Keru meletakkan hadiahnya ke samping dengan sangat sopan, kemudian dia menyuruh Gu Anxi untuk menyapa mereka semua.
Gu Anxi menyapanya dengan santai, dan Kakek Qin juga menanggapi sapaannya dengan santai.
Kakek Qin memiliki pemikiran yang sama dengan Qin Han. Gu Anxi adalah tipikal anak yang tidak ceria. Terlebih lagi, yang paling sulit diterimanya, Anxi tidak pintar dalam bidang akademis dan tidak memiliki keterampilan apapun dalam bidang lainnya. Berbeda dengan Shen Wanqing, meski dia bukan dari keluarga kaya, tapi dia pintar dalam segala bidang, dan terlebih lagi berperilaku sangat baik pada orang lain.
Siyuan membutuhkan istri seperti Shen Wanqing.
Saat Gu Anxi menyapa orang tuanya, Qin Siyuan hanya menoleh dan melihatnya sekilas. Dia masih tetap bersandar di sana dengan malas-malasan.
Shen Wanqing menunjukkan senyuman lembut dan melanjutkan permainan pianonya.
Dengan sudut mulut yang tampak kaku, Wang Keru membual, "Wanqing benar-benar pandai bermain piano. Anxi, maukah kamu memainkan sebuah lagu juga?"
Gu Anxi dulu juga pernah belajar piano. Meskipun dia tidak terlalu mahir melakukannya, tapi kemampuannya tidak terlalu buruk kalau dibandingkan dengan Shen Wanqing. Setidaknya dengan hanya duduk di sana saja ia sudah tampak lebih menarik daripada Shen Wanqing.
Shen Wanqing kebetulan baru saja menyelesaikan sebuah lagu saat Wang Keru mengatakan ini. Dia tersenyum dan berujar, "Anxi, kemarilah. Mainkan sebuah lagu."
Shen Wanqing tahu kalau jari Gu Anxi sedang terluka. Pasti akan sulit baginya untuk bermain piano dengan baik. Namun, Ibu Gu Anxi tidak menyadari hal itu. Oleh karena itu, Shen Wanqing sengaja berpura-pura tidak tahu.
Gu Anxi memandang Shen Wanqing, lalu berjalan ke arahnya.
Shen Wanqing menyingkir dari tempat duduk piano. Dia masih menunjukkan senyuman, tapi telapak tangannya berkeringat.
Dia takut Gu Anxi akan memaksakan diri untuk tetap memainkan piano meski tangannya sedang sakit. Jika Gu Anxi benar-benar bisa bermain piano lebih baik dari dirinya, kesan Kakek Qin terhadapnya akan menjadi buruk.
Gu Anxi duduk di depan piano, masih dalam balutan seragam Universitas Qing. Dia memiliki rambut hitam nan panjang… Dari segi penampilan, sebenarnya Shen Wanqing memang tidak sebanding dengan kecantikan Gu Anxi.
Qin Siyuan segera menegakkan tubuhnya, dan matanya yang gelap menurunkan pandangan.
Bahkan Kakek Qin juga tidak berani melihat paras Gu Anxi terlalu lama. Dalam hati, pria itu bergumam, 'Gadis Keluarga Gu ini memiliki paras yang sangat cantik.'
Shen Wanqing meremas tangannya.
Kemunculan Gu Anxi dalam sehari saja sudah membuat hati Shen Wanqing tidak tenang. Ditambah dengan paras Gu Anxi yang sangat cantik, hal itu jelas menjadi ancaman terbesar bagi Shen Wanqing.
Shen Wanqing sebenarnya adalah orang yang sangat sadar diri. Bakat hanyalah nilai tambah dari kelebihan seseorang. Ketertarikan terbesar seorang pria pada wanita adalah dari segi penampilan. Sedangkan Gu Anxi adalah orang yang paling diuntungkan dalam segi paras kecantikan.