Aku memejamkan mataku sambil terus mengumpulkan keberanian ku. Ya, tekadku sudah bulat. Aku akan memenuhi permintaan Tante Lasmi dan juga mewujudkan mimpi Ibu melihat anaknya menikah.
Alamat yang Tante Lasmi berikan adalah alamat sebuah apartemen mewah di pusat kota tempat tinggal ku.
Tok... tok.. tok..
"Permisi," ucapku.
Tanganku sedikit gemetaran, bagaimana tidak. Jika benar ini rumah anak Tante Lasmi bukankah ini lucu. Seorang wanita yang menghampiri laki-laki lalu mengajaknya menikah.
Sungguh anti mainstream dan berbeda.
"Permisi," ucapku kembali.
Karena tak ada jawaban aku memilih untuk melihat ke kanan dan ke kiri apartemen ini. Mungkin saja ada yang mampu membantunya.
Ceklek...
Pintu yang tadi ku ketuk terbuka. Menampilkan sosok laki-laki berbadan besar dengan tinggi semampai, bahkan Aku harus mendongak untuk melihat wajahnya.
Sepertinya ini karena diriku yang pendek. Itu sebabnya laki-laki ini terlihat tinggi.
Tunggu, Aku seperti mengenal laki-laki ini.
"Cari siapa?" tanya laki-laki itu.
"Eh itu Kak, Saya cari Mahesa."
"Oh tunggu ya." Laki-laki mempersilahkan diriku masuk ke dalam apartemen itu. Aku duduk di sofa ruang tamu apartemen mewah ini.
Uhukk... uhhukk...
Aku tersedak oleh udara setelah tahu apa yang ku lihat pertama kali di dalam apartemen ini. Sebuah piala dan juga deretan mendali yang amat aku kenali.
Kenapa Aku gak kepikiran, nama Kak Gantarakan ada Mahesanya. Astaga, jangan-jangan anak Tante Lasmi itu Kak Gantara?
"Lo?!!"
"Kak Gantara!"
"Kalian udah saling kenal?" tanya laki-laki yang tadi membukakan pintu.
Tunggu sekarang Aku tahu, laki-laki yang berada di samping Kak Gantara adalah laki-laki yang Aku lihat di rumah sakit!!
Astagaaaa buat aku menghilang sekarang!!! ajarkan aku jurus itu!! panggil siapapun, buat Aku menghilang SEKARANG!!!
Kak Gantara dengan gelas di tangannya menatapku, ia menarik sudut bibirnya, membuatku menelan ludah. Aduh nyaliku langsung ciut sekarang. Padahal tadi udah sok-sokan.
Laki-laki yang tadi membukakan pintu apartemen memberikanku segelas minuman. Aku ingin minum tapi udah gak nafsu minum. Karena laki-laki dua di depanku itu.
"Sayang Aku berangkat dulu ya, nanti kita rayain kemenangan kamu," ucap laki-laki itu.Gejolak dalam perutku menekan membuat ku hampir muntah.
Eh, menang? Oh iya Kak Gantara kan ada pertandingan di luar kota. Pantas saja hidupku aman.
"Kamu hati-hati."
Kok kesannya gimana gitu ya, bikin merinding. Udah pakai peluk-peluk segala.
"Bye" Laki-laki itu pergi dan meninggalkan diriku dan Kak Gantara di dalam apartemen sendiri.
"Emang Gue gak pernah kalah sama orang dan selalu beruntung. Baru Gue mau teror Lo, setelah Gue tahu nomor ponsel Lo dari salah satu temen Lo."
Kak Gantara menunjukkan ponselnya yang menayangkan nomor ponselku. Sayangnya itu BENAR! ASTAGA LAKI-LAKI INI SUNGGUH MENGERIKAN!!
"Si-siapa?"
"It-itu bukan nomor Aku ya"
Kak Gantara memajukan langkahnya, sinyal bahaya otakku langsung membuatku bergeser tempat duduk pelan-pelan. Kenapa sofa ini gak sebelahan sama pintu. Jadi susah kaburkan.
Badanku gemetar ketika Aku sudah terpojokkan dan sekarang Kak Gantara semakin mendekat duduk disampingku dengan wajah yang begitu dekat denganku.
"Oh ya? coba kita buktikan."
Ring... ring..
Ana tolol, bodoh, bego! Kalau bohong mikir-mikir dong. Aku hanya bisa memaki diriku saat ini.
"Wanita memang pembohong."
"Well, kita lupakan sebentar yang lalu. Katakan, apa maumu datang ke sini?" tanya Kak Gantara padaku. Ia melipat tangannya di dada dan menatap lurus ke arahku.
Sekarang apa yang harus Aku jawab? Setelah kejadian yang menegangkan ini. Masa langsung bilang 'nikah yuk' minta mati dong Aku!!!
"Jawab Ana!"
"Masih mau diam? baiklah Lo-"
"Nikah yuk Kak" Aku langsung menutup mulutku.
Kan, emang nih mulut sukanya gini deh. Asal nyeplos. Di depan tuh udah ada tiket menuju akhirat loh, masih aja mulutnya gak 'ngotak'.
Kak Gantara tertawa kencang di depanku. Tertawa terbahak-bahak bahkan ia sampai memegangi perutnya.
"Gila Lo, dah pergi Lo dari apartemen Gue!"
"Oh iya, setelah Gue pikir-pikir Lo mau rahasiain atau engga tentang Gue terserah Lo. Karena gak akan mungkin ada orang yang percaya sama wanita gila dan aneh kayak Lo!"
Aku membesarkan bola mataku. Dia bilang apa? Aku wanita gila? kurang ajar tuh mulut ya.
"GILA?! Kak Gantara ngomong Aku gila?! Astaga Kak Gantara tuh laki-laki yang...ihhhhh. Aku udah dua hari gak bisa tidur gara-gara syok lihat Kak Gantara yang GAY gak bisa tidur sehari gara-gara mikir Tante Lasmi!"
"Dan Aku berbaik hati mau cari hal ini dan pertimbangin hal ini. Kak Gantara bilang Aku gila!! Astagaaaa!! dipikir Aku gak capek nyariin nih apartemen! Ha? mikir dong Kak!"
Aku langsung berteriak di hadapan Kak Gantara. Entah bagiamana bisa, tapi harga diriku merasa tergores. Aku sudah capek-capek malah gak di hargai.
"Lasmi? Apa hubungannya Kamu dengan wanita ular itu?" kata Kak Gantara yang langsung berubah drastis.
Nadanya tersirat rasa tak suka, tatapannya tajam setajam silet. Bahkan menatapku seakan aku seorang penjahat. Atmosfer di ruangan ini menjadi gelap, suram, dan mencengkam.
"Apa wanita yang menyuruhmu datang ke sini? menikah dengan ku?!" bentak Kak Gantara yang ada di depan dekat sekali dengan diriku.
Kenapa Aku lagi yang disudutkan. Padahal Aku hanya berbuat baik, apalagi ini permintaan terakhir orang sebelum dia pergi.
Tiba-tiba Kak Gantara mencengkram pipiku. Menaikkan kepalaku agar menatap lurus matanya. Aku merasa di depanku ada seorang serigala.
"Jawab Ana!"
Aku mengangguk pelan, bahkan kepalaku sedikit bergetar.
"Apa yang wanita itu suruh?! apa yang wanita itu mau?! Kenapa dengan mudahnya Lo mengiyakan permintaan konyol ini!"
"Dibayar berapa Lo! Biar Gue ganti semuanya! Dan setelah itu pergi Lo dari hidup Gue!"
Gak, gak, gak. Aku udah yakin buat memenuhi permintaan ini. Tapi, Kak Gantara... Gak Gak Gak Ana Lo pasti bisa.
"Semua karena uang kan! dasar wanita murahan!!"
Kepalaku dihempaskan begitu kuat oleh Kak Gantara. Membawa rambutku ke depan menutupi wajahku. Untung saja kepalaku tak terbentur dinding.
"Aku... lakuin itu bukan karena uang.."
"Ini... adalah permintaan... terakhir Tante Lasmi."
"Gue gak peduli, Lo punya otak, ini permintaan konyol! dan Lo mau-maunya penuhi permintaan ini padahal Lo tahu siapa Gue dan apa Gue ini!" bentak Kak Gantara.
"Kalau Aku tahu dari awal, Aku juga bakal penuhi ini. Karena ini permintaan terakhir Tante Lasmi!!"
"Apa maksud Lo permintaan terakhir?!" tanya Kak Gantara pada ku. Aku menelan ludah ku. Lalu memberanikan diriku untuk menatap mata Kak Gantara.
"Tante Lasmi udah meninggal Kak. Tante Lasmi udah gak ada di dunia ini lagi."
Tubuh Kak Gantara menegang, Aku sadar itu. Tatapannya memang masih menajam ke arahku, tapi reaksi kagetnya masih terlihat.
"Aku gak berbohong, karena Aku orang terakhir yang bersamanya di rumah sakit. Tante Lasmi sakit HIV Kak. Kondisi beliau jauh dari kata baik."
Kak Gantara berdiri lalu pergi meninggalkan Aku sendiri dalam apartemen ini. Entah kemana laki-laki itu pergi, Aku tak tahu.
"Wanita ular itu pantas mati." Kata-kata terakhir Kak Gantara sebelum benar-benar pergi tadi membuatku semakin bertanya-tanya.
Sebenci itu Kak Gantara? dan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka?
bersambung.....