IBU-IBU KOMPLEK

Pagi ini Ayla berhasil bangun lebih pagi dari Abian. Semua pekerjaan rumah yang biasanya Abian kerjakan kini di kerjakan oleh Ayla.

Abian bangun agak siang hari ini. Saat ia bangun, matahari sudah sedikit naik satu tonggak ke arah barat. Cepat-cepat Abian bangun dan mandi. Dia pasti terlambat ke kantor. Sudah tiga hari dia cuti, tidak baik kalau dia kesiangan di hari pertamanya setelah cuti. Itu akan menimbulkan kesan buruk nanti.

Tapi Abian tetaplah Abian, dia bahkan masih sempat menyapu rumah bahkan setelah dia berpakaian rapih dan siap pergi ke kantor.

"Bian, kamu ngapain? Udah, jangan nyapu, biar aku aja," larang Ayla.

"Bentar, Ay. Ini dikit lagi selesai," jawab Abian sambil terus menyapu.

Ayla kesal? Tentu. Memangnya menyapu itu tugas siapa? Istri, bukan? Ayla merasa tidak di hargai.

"Abian, kamu pikir kerjaku cuma santai-santai? Aku juga bisa nyapu, kok! Udah biar aku aja," larang Ayla berusaha lebih tegas.

"Kamu udah wangi, udah rapih. Nanti baju kamu berdebu kalau nyapu, mending kamu makan, habis itu ke ke kantor. Kamu gak mau telat kan?" sambungnya lagi.

Tanpa pikir panjang lagi, Abian menurut. Dia meletakkan sapu di dekat pintu lalu segera sarapan. Selesai sarapan, Abian lekas berangkat ke kantor dengan kuda besi kesayangannya.

Sial, dia lupa kalau hari ini kantor libur. Jadi percuma saja Abian datang dengan terburu-buru demi menghindari keterlambatan, nyatanya kantornya tutup. Abian benar-benar lupa, kalau hari ini bos nya sedang pulang kampung untuk mendatangi saudaranya yang sedang pesta.

"Dasar pikun, seharusnya aku ingat, kalau selama seminggu ke depan kantor tutup," ujar Abian pada dirinya sendiri.

Abian cuma bisa tertawa menyadari kekonyolannya. Dengan tawa konyol, Abian kembali pulang ke rumahnya.

Saat Abian sampai, ia melihat Ayla duduk cemberut di ruang tamu sambil memakan biskuit dengan secangkir teh. Kenapa dia?

"Ay, kamu kenapa?" tanya Abian.

Ayla kelihatan kaget melihat Abian yang kembali pulang. Gak ke kantor?

"Kamu kok pulang lagi?" tanya Ayla tanpa menjawab pertanyaan Abian yang sudah lebih dulu di tanyakan.

Abian menggeleng. Dia ke kamar untuk ganti baju. Membuat Ayla bingung sendiri karena Abian tak lekas menjawab.

"Abian, aku nanya, kenapa kamu pulang lagi?" kata Ayla mengulangi pertanyaannya saat Abian keluar kamar.

Abian duduk di sofa bersebrangan dengan Ayla. Biar pun sudah menjadi teman, tetap saja Abian belum berani mendekati Ayla. Ingat, belum berani, bukan tidak berani. Ia yakin, lambat laun dia pasti sembuh. Seperti kata mang Ade, "Mau setakut apapun kamu sama perempuan, kalau udah nikah pasti sembuh, Bian."

"Aku lupa, hari ini kantorku cuti karena pak bos pulang kampung," jawab Abian.

Ayla mengangguk paham.

"Sekarang kamu jawab pertanyaan ku, kenapa kamu cemberut gitu?" tanya Abian pula.

Abian melihat ada keraguan di mata Ayla. Istri manjanya itu kelihatan ingin curhat, tapi malu untuk bicara. Bibirnya di gigit berulang kali, membuat Abian makin yakin kalau selama ia pergi tadi ada hal yang terjadi pada Ayla.

Abian terus memandangi Ayla, meminta penjelasan atas pertanyaannya. Merasa terpojokkan, Ayla akhirnya buka suara.

"Jangan liatin aku kaya gitu," kata Ayla. "Iya aku cerita,"

Gitu dong. Abian ini kan suami, jadi kalau bertanya sesuatu pada istri harus di jawab. Suami istri tidak boleh menyimpan rahasia.

"Jadi tadi aku belanja sayuran di tukang sayur keliling. Di sana juga ada ibu-ibu. Awalnya aku biasa aja, sampai akhirnya kuping aku panas waktu dengar omongan ibu-ibu itu.

Mereka bilang, kamu ganteng, tinggi, putih, imut, baik, dan lain-lain. Pokoknya mereka muji-muji kamu gitu. Bahkan, ada ibu-ibu gendut yang bilang, kalau dia rela jadi janda demi bisa dapetin kamu. Bikin kuping aku makin panas.

Dan yang bikin aku makin kesel, mereka malah nanya-nanya sama aku, kenapa sampai sekarang aku belum hamil juga? Ya aku jawab aja, karena belum di kasih sama Allah. Eh, mereka gak percaya. Mereka malah ngira kalau aku gak bisa hamil, kurang ajar banget kan?

Pake ada yang ngomong 'wah, jangan-jangan Abian itu gak cinta sama kamu, dia gak suka sama kamu. Makanya dia gak pernah nyentuh kamu,' dan kamu tau apa? Omongan dia itu hampir bikin aku nyakar muka itu ibu-ibu.

Untung aja, mamang tukang sayurnya mau misahin, kalau nggak. Udah robek-robek kali itu muka si ibu, aku cakar. Pokoknya aku sebel, kesel, jengkel, aku marah! Tapi aku gak bisa apa-apa, mendingan aku pulang kan?" kata Ayla panjang lebar menginfokan semua yang dia alami saat Abian pergi.

"Kamu gak tau kan? Aku itu gak suka kalo mereka suka sama kamu, muji-muji kamu, nanyain kamu, pokoknya semua tentang kamu di gosipin. Bikin hati panas, bikin kepala juga ikutan berasap!

Aku jadi sebel sama mereka, males jadinya belanja di tukang sayur lagi," lanjut Ayla menggerutu, mengadu pada suami ceritanya.

Abian yang mendengar curhatan Ayla cuma terdiam. Segitu kesannya Ayla saat para ibu di luar sana memujinya? Kenapa Abian malah senang kalau Ayla kesal. Seolah-olah, ada wanita yang ingin memiliki Abian seutuhnya tanpa berbagi dengan orang lain.

Segurat senyum terparkir indah di wajah Abian. Senang? Tentu saja.

"Kamu cemburu?" celetuk Abian asal.

"Ya iyalah, aku kan istri kamu. Istri mana yang gak cemburu kalau suaminya di kagumi sama ibu-ibu satu komplek? Pasti gak suka. Sama dengan aku," jawab Ayla cepat.

Abian melongo mendengar ucapan terakhir Ayla.

Cem—cemburu? Ayla cemburu dengan ibu-ibu? Walau kenyataannya Ayla jauh lebih cantik dan modis, tapi ternyata dia bisa cemburu juga. Abian merasa berbunga-bunga mendengarnya. Memangnya Ayla mencintainya? Abian pun tak tau, tapi kalau soal cinta Abian, jangan di tanya lagi. Dia sangat mencintai Ayla.

Ah, jadi begini rasanya di cemburui. Asik juga. Abian terus kepikiran dengan cerita Ayla, bahkan saat dia ke kebun teh sekalipun. Ya, siang ini dia memutuskan untuk pergi ke kebun teh saja. Bosan jika lama-lama di rumah.

Dilihatnya ada mang Ade dan Dedeh di gubuk dan segera di hampiri.

"Assalamu'alaikum,"

"Waalaikumsalam," jawab Mang Ade dan Dedeh bersamaan.

"Lagi ngapain, Mang?" tanya Abian.

"Ini lagi ngitung duit,"

"Cie ... Habis gajian, ya?"

"Alhamdulillah,"

Abian tau, pasti mang Ade habis gajian atau habis jual domba. Dia kan peternak domba, sama seperti Asep. Domba Garut yang mempunyai ciri khas dari bentuk tanduknya yang melengkung dan cukup keras itu menjadi daya tarik tersendiri bagi pembelinya. Tak heran kalau satu ekor domba Garut jantan bisa mencapai harga 10 sampai 15 juta.

"Bian, nih ada Dedeh. Mau coba sekarang?" tanya Mang Ade.

Tentu saja yang di maksud adalah percobaan untuk menyembuhkan penyakitnya. Selama ini, dia sudah melakukannya beberapa kali dengan Dedeh. Jadi, sudah tidak ada rasa canggung lagi.

"Iya, Mang," jawab Abian mantap.

Jadi, saran mang Ade yang dia bisikan waktu itu adalah untuk mencoba terapi bicara dengan lawan jenis. Menurut ahlinya, terapi ini bisa membantu mengurangi rasa takut seseorang yang phobia terhadap lawan jenis. Jadi, Abian menurut. Lagi pula, dia sudah kenal lama dengan Dedeh anaknya mang Ade. Jadi sudah tidak ada kesulitan yang berarti.

Terbukti terapi ini berhasil, beberapa waktu terlihat Abian berani menatap Ayla atau bahkan menyentuhnya, meski belum sembuh sepenuhnya, tapi Abian yakin kalau dia bisa sembuh jika terapi ini terus dijalankan.

"I love you," ucap Abian pada Dedeh.

Dedeh, gadis berusia 20 tahun itu tersenyum girang. Lucu juga mendengar Abian bicara seperti itu. Aneh tapi, lucu. Membuat siapa saja yang mendengar nya jadi gemas dan ingin mencubit pipi brewok pria itu.

Abian sendiri ikut tertawa melihat Dedeh tertawa. Gak tau kenapa, rasanya pengen aja gitu ketawa. Seperti ada yang aneh, sangat aneh bahkan.

Tapi ....

Prang.!

Abian sontak langsung menoleh saat mendengar suara benda jatuh. Ayla? Dia disini? Tunggu, dia menjatuhkan rantang berisi makanan?

Ayla berlari sambil menutup mulut. Apa dia shok mendengar apa yang Abian katakan? Sesegera mungkin Abian mengejar Ayla.