Better if we not live

aku selalu berpikir bahwa sebaiknya aku tidak hidup, semua yang aku hadapi di dunia hanyalah ujian dan ujian yang menumpuk hingga akhirnya menjadi beban pikiran.

hari demi hari aku jalani membawa beban di pundak yang tidak sebegitu lebar ini.

aku adalah mahasiswa semester 4 yang mengikuti perkuliahan secara online dikarenakan virus yang menyebar.

setiap hari aku selalu mengeluh soal perkuliahan, soal uang dan banyak hal lainnya.

hari ini aku pulang dari sawah bersama ibuku lebih cepat dari biasanya, karna hari ini ada kejadian yang begitu membosankan dimata ku.

ya sengketa tanah, ibuku yang membeli tanah dari orang sekitar 30jt-an dan msih tersisa 10 jt yang belum lunas dibayar, hari ini datang meminta uang 10jt tersebut, padahal sebelumnya mereka sudah menyetujui bahwa ibuku akan membayar nya di minggu depan.

namun mereka tetap mendesak ibuku dan bahkan memaki menggunakan bahasa yang sarkas.

aku yang mendengar hal tersebut hanya mampu terdiam dan berpikir, aku yang memiliki sedikit masalah saja sudah mengeluh, namun ibuku selalu tersenyum padahal masalah yang menimpa nya lebih besar dari pada diriku, mengapa aku selalu mengeluh? kemudian aku teringat ibuku juga pernah di maki oleh saudara saudari nya sendiri gara menolak keputusan soal harta nenek dan kakek ku yang merugikan harta tersebut.

dan ibuku juga pernah dimaki oleh teman nya sendiri gara2 temannya iri kepada ibuku.

hah, mungkin aku harus belajar banyak bersyukur.

hidup memang susah, apa sebaiknya aku tidak hidup saja?