|3| This is Wrong

Siang ini sangat aneh bagi semua murid penghuni perpustakaan. Mereka merasa ada yang salah dengan hari ini. Semua diam, tidak ada yang berani mengeluarkan suara sedikitpun. Bahkan tidak ada yang berani duduk di tempat seharusnya mereka gunakan untuk duduk dan membaca.

Pojok ruangan yang biasanya menjadi tempat perkumpulan orang-orang nugas. Kini terlihat sepi. Orang yang lewat sana pun hanya berani berjinjit pelan agar tak mengeluarkan suara.

Mengapa mereka seperti itu? Tentu saja agar tak menjadi bahan kesenangan bagi seseorang yang sedang tidur di meja itu. Dengan tangan penuh luka yang di letakkan di atas meja. Diikuti kepalanya yang berada di atas tangan satunya. Wajahnya tampak menyeramkan walau ia sedang tidur sekalipun, membuat siapapun tak berani mengusiknya.

Tadi begitu perempuan itu masuk ia langsung berteriak "Yang berani ganggu gue, bakal gue jadiin babu gue selamanya! Ngerti!?" dan perempuan itu langsung tidur di sana.

Vellice benar-benar tampak lelap dalam tidurnya. Bukan tanpa alasan ia benar-benar lelah akan semua hal yang terjadi kemarin. Sebelum dari perpustakaan ia tentu sudah menuju UKS. Namun, disana terasa sangat berisik karena teman-temannya ikut membolos. Hingga berakhirlah ia berada disini.

*** [Ini adalah alur cerita asli 'Alone Girl']

Siang itu Anna tampak terlelap dalam tidurnya. Dengan kepala yang berada di atas sebuah buku terbuka. Rambutnya tertiup angin dengan pelan. Matahari yang menyorot ke arah wajahnya tak mengusiknya sedikitpun.

Arlan datang dengan tumpukan buku berisi teori-teori geografi. Begitu menaruh tumpukan buku itu di meja. Ia terpana sejenak melihat perempuan cantik di depannya. Wajahnya tampak begitu manis ketika tertidur seperti itu.

Arlan berpindah tempat duduk. Ia kini duduk tepat di samping perempuan itu. Anna, gadis yang selalu ia tolong ketika mendapati kesulitan.

"Hmm, kalau dipikir-pikir ini pertama kali kita bertemu dengan kondisi normal bukan? Kamu selalu muncul dihadapanku ketika mendapat kesulitan. Aku juga baru tersadar, tenyata dengan muka cantik sepertimu tidak menjamin akan menjadi pujaan. Haahh, beruntung tidak ada laki-laki lain yang menatapmu. Kalau ada, akan kupastikan ia menghilang keesokan harinya. Kamu milikku Anna" monolog laki-laki itu.

Tangannya menyingkirkan helaian rambut yang terjatuh menutupi muka Anna. Setelah itu, ia kembali menggeser kursinya mendekati Anna. Ia gunakan tubuhnya untuk menutupi sinar matahari yang menyorot ke arah Anna.

Ber jam-jam lamanya hingga Anna terbangun dari tidurnya. Ia menegakkan badannya sambil menguap kecil. Matanya kembali terpejam, ia masih sangat mengantuk. Ia mengusap kedua matanya menggunakan dua tangannya. Mulutnya kembali menguap kecil.

Semua pergerakan itu tak lolos dari tatapan mata Arlan. Ia begitu terpana melihat gerakan-gerakan kecil itu. Mulutnya yang menguap kecil, membuatnya sangat gemas. Entah mengapa pipinya terasa hangat secara tiba-tiba. Kini ia tersadar apa yang sedang dirasakannya. Ia, jatuh cinta untuk yang pertama kalinya.

*** Sampai sini [Ini adalah alur cerita asli 'Alone Girl']

Iya, itu yang seharusnya terjadi di dalam novel. Namun, apa yang terjadi kini!? Begitu membuka matanya yang Vellice dapati adalah Arlan yang sedang menatapnya lekat.

Bukan hal manis yang ditunjukkan oleh Vellice. Perempuan itu segera duduk tegak dengan mata menatap tajam kearah Arlan.

"Ngapain lo disini!?" pekiknya keras, ia bahkan terkejut mendengar suaranya sendiri. Apalagi orang-orang yang langsung berjengit terkejut mendengar pekikan itu.

Arlan menaikkan sebelah alisnya. Dengan mudah ia menjawab "Natap orang yang bisa bikin takut orang, bahkan dalam keadaan sedang tidur sekalipun. Untung masih ada matahari yang berani ngusik lo. Tapi lo nyaman-nyaman aja tidur. Cih, gue heran apa yang bisa bikin lo takut. Gue juga heran ngapain gue ada disini" sahut Arlan.

Vellice membuka mulutnya ia hendak menyahut. Tapi bingung harus menyahut seperti apa. Arlan tidak akan jatuh cinta kan? Hahh... jadi ini salahnya yang tidur di perpustakaan?

"Lo ngapain disini sih!? Ga seharusnya lo ada di samping gue waktu gue tidur!" sentak Vellice namun kali ini ia menurunkan suaranya.

"Hak gue mau natap siapa" sahut Arlan.

"Lo ga berhak! Ini udah diatur! Oh astagaa, harusnya yang lo tatap itu Anna! Bukan gue! Hahh, gue harus gimana coba. Kalo ga sesuai alur kayak gini terus kapan gue bisa balik!?" monolog Vellice, ia mengacak rambutnya kasar. Ia kangen dengan rumah. Kangen dengan Mamanya, kangen dengan sahabatnya. Kangen dengan kamarnya yang selalu berantakan.

"Lo ngomong apaan sih? Ngaco" decak Arlan sambil membawa tumpukan buku. Menaruhnya kembali dalam rak. Setelah itu segera keluar dari perpustakaan. Semua yang ia lakukan itu pun tak lepas dari tatapan mata Vellice.

Vellice menghela nafas dalam. Tidak, ia tidak boleh tergoda. Kini yang akan ia lakukan hanya menjalani sesuai alur novel. Tentu saja ia tidak boleh mati bunuh diri. Tapi hanya itu yang bisa ia lakukan untuk keluar dari dunia ini.

***