Pagi ini begitu Vellice berangkat sekolah, semua pasang mata kembali menuju ke arahnya.
"Vel!" seru Angel. Ia berlari ke arah Vellice.
"Jalan lo kenapa pincang?" ucap Angel sambil tertawa mengejek.
"Cih" ucap Vellice sebal. Ia langsung mengalungkan tangan kanannya ke leher Angel.
"Duh duh duhh... berasa lagi nuntun nenek nenek deh gue" ejek Angel.
"Diem deh!" seru Vellice kesal.
"Eh eh! Apaan nih kalian! Kayak truk gandeng aja!" seru Lara sambil berlari. Perempuan itu bahkan mengatakannya ketika jarak mereka masih terpaut 5 meter.
Begitu Lara sampai di samping Vellice. Vellice langsung melempar tas nya ke arah Lara.
"Bawain!" seru Vellice.
"Cih! Mata kuda! Oi!" seru Lara pada seorang siswi yang baru saja melintas di depan mereka sambil menunduk.
"Bawain nih!" seru Lara melempar tas Vellice. Lalu ia juga memberikan tas nya. Diikuti juga Angel.
"Ta-tapi kak" ucap perempuan itu terbata.
"Kenapa? Berani bantah lo?" ucap Vellice tajam.
"T-tidak kak. T-tapi— sayadisuruhkeruangosis" ucap perempuan itu. Yang diawal terbata bata lalu berbicara cepat saat mengatakan yang akan ia lakukan.
"Terus? Sana pergi!" seru Vellice. Vellice bahkan menendang kaki kanan perempuan itu menggunakan kaki kirinya.
"Eh eh! Bawain gue sekalian!" seru Shelly cepat ketika siswi tadi beranjak pergi.
"Gue juga!" seru Alfa yang berlari di belakang Shelly.
"Tensi lo lagi naek?" tanya Lara.
"Iya tumben banget lo ikut campur urusan ginian" ucap Angel.
"Hahh! Dari kemaren bikin emosi semua!. Pada dapet info dari mana coba kalo gue konsumsi narkoba!? Pada gila apa!?" seru Vellice kesal.
"Nah kan! Lo aja ga pernah mau megang minuman alkohol apa lagi narkoba! Gue juga ikutan heran siapa yang nyebarin berita ini" ucap Alfa.
"Vel" panggil Shelly pelan.
"Gue baru nyadar kalo lo pakai sandal butut ke sekolah" lanjutnya.
Lalu mereka menoleh ke arah kaki Vellice.
"Astaga! Perban udah busuk gitu kenapa ga diganti!?" seru Lara.
"Vel! Ini parah sih parah! Liat! Warnanya udah jadi coklat coklat gitu! Mana banyak bercak item item! Lo habis nyemplung selokan?" seru Alfa.
"Males ganti" ucap Vellice seadanya.
"Lagian gue ga habis nyemplung selokan. Cuma keujanan aja kemaren" lanjutnya malas. Ia tetap menarik badan Angel untuk membantunya berjalan.
"Tapi Vel ini—" ucapan Angel terpotong.
"Mending lo diem kalo ga bisa gendong gue! Astaga kenapa kita punya kelas di lantai 3 hari ini!? Capek banget gue jalan" gerutu Vellice.
"Kita bahkan belum sampe tangga" ucap Shelly.
"Nyuruh orang buat gendong lo aja gimana?" ucap Alfa.
"Nah! Bener!" seru Angel.
"Ga ga! Jangan! Gamau! Mana ada orang yang bisa gendong gue sampe lantai tiga!? Kalo gue jatoh gimana!? Kalian mau tanggung jawab!" seru Vellice kesal. Nafasnya sudah saling bekejaran. Ia sudah sangat lelah padahal belum sampai di tangga.
Yang lain hanya bisa menghela nafas lelah menghadapi Vellice.
"Akh!"
"Ah! Awas!"
Seru Angel dan Vellice bersamaan ketika mereka tersungkur.
"Aww!!" pekik Vellice lumayan keras hingga membuat beberapa orang melihat ke arah mereka.
"Ssshhh" rintih Vellice memegang kakinya.
"Diem!" seru Alfa. Ia membuka perban yang sudah lepek itu dari kaki dan tangan Vellice. Ia membuangnya ke sembarang arah. Tanpa peduli siapa yang akan memungutnya nanti.
"Eww" ucap Lara sambil mengernyit jijik melihat luka Vellice.
"Ini ga pernah lo obatin!? Sampe nanah semua gini!?" marah Alfa. Perempuan itu melotot ke arah Vellice.
"Sakittt" rengek Vellice sambil memasang mata berkaca kaca.
"Kita ke UKS!" seru Angel.
"Gamau!" pekik Vellice langsung.
"Kalian lupa udah berapa tahun gue ga masuk kelas!?" seru Vellice lagi.
"Baru 5 hari juga" ucap Alfa.
"Belom seminggu" lanjut Shelly.
"Astaga!" ucap Vellice sambil menepuk dahinya.
"Gue gamau ya bantuin lo jalan lagi! Eww bayangin tangan luka luka lo itu nyentuh rambut gue! Ga ga ga! Mending kita nyari orang suruh gendong lo" ucap Angel.
"Durhaka lo!" seru Vellice sambil memukul paha Angel yang duduk di sampingnya.
"Bukannya durharka. Tapi gue kan jujur" ucap Angel.
"Sini lo!" seru Shelly memanggil siswa yang kebetulan lewat dengan jarak 3 meter dari mereka.
"Siniin minum lo!" ucap Shelly. Setelah mendapatkan air putih dari siswa tadi, Shelly menuangkan air itu pelan pelan ke luka yang ada di kaki Vellice.
"Aaw!" ringis Vellice.
Alfa dengan cepat mengusap sekeliling luka itu dengan tisunya.
"Kotor banget astaga. Lo ga mandi?" ucap Alfa.
"Ya mandi lah! Cuman kan lukanya gue jauhin biar ga kena air pas mandi" ucap Vellice.
"Lo ngejauhin luka lo dari air bersih. Tapi sebelumnya lo maen basah basahan di bawah hujan!? Perban lo sekumuh itu juga gara gara kena tanah yang becek kan" ucap Alfa sebal.
"Iya iya, marah aja teruss. Pelan pelan ih! Sakiitt!!" seru Vellice lagi.
Ketika lara sedang fokus dengan membersihkan luka Vellice menggunakan air mineral. Juga dengan Vellice yang terus berteriak kesakitan.
“Akh!” Vellice memekik terkejut ketika tanpa seijinnya seseorang langsung menggendongnya.
“Wah! Tepat waktu! Lo kok bisa tahu kita lagi ada masalah?” seru Lara.
“Gimana ga tahu, teriakan dia kedengeran bahkan dari gerbang sekolah” ucap Arlan, matanya melirik Vellice yang ada digendongannya.
“Turunin Lan! Lo ga bakal kuat!” pekik Vellice sambil menggoyangkan kakinya ke segala arah agar ia terjatuh.
"ARLANNN!!!" Ia memekik sesaat setelah Arlan menginjakkan kakinya di anak tangga pertama.
“Astaga! Diem!” sahut Arlan, ia mengangkat satu kakinya menahan agar Vellice tidak terjatuh.
“Kamu masih pagi berisik banget sih dari tadi?” sahut Arlan gemas. Ia kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga ketika dirasa Vellice mulai tenang.
“Pelan – pelan Arlan! Lututku sakit!” seru Vellice ketika luka di lutut kirinya yang terluka terus membentur kaki kanannya.
“Ini udah pelan Lice” ucap Arlan menghela nafas lelah.
“Btw Lan, kelas kita di lantai 3” ucap Angel. Angel , Lara , Alfa dan Shelly berjalan di belakang mereka.
Arlan menghela nafas membalas ucapan itu. Beruntung baginya Vellice memiliki tubuh yang sangat ringan.
“Berapa berat badanmu? Kenapa ringan sekali? Bahkan meja di kelas terasa lebih berat dibanding tubuhmu” tanya Arlan.
“Turunin ga!?” seru Vellice membalas ucapan itu. Ia pikir Arlan sedang meledeknya karena tubuhnya yang sangat berat.
“36 kg beratnya”sahut Alfa.
“Apa!?” bahkan Vellice terkejut mendengar itu.
“Lo lupa? Sebelum renang kemarin kan kita ngukur berat badan” sahut Alfa.
“Astaga, lo lupa berapa umur lo? 36 kg di umur 17 tahun!?” sahut Arlan.
Vellice hanya mendengus membalasnya. Ya tubuhnya sekarang 17 tahun. Tentu beda dengan tubuh aslinya.
Arlan terus menggendong Vellice hingga lantai 3. Ia bahkan tidak mengeluh sedikitpun. Begitu sampai di kelas Vellice, Arlan langsung mendudukkan perempuan itu di kursinya.
“Ini kak” ucap seorang siswa yang baru saja datang memberikan kotak p3k kepada Arlan.
Arlan duduk di samping Vellice. Menaikkan kaki Vellice keatas pangkuannya lalu mulai mengobati luka itu.
“Pulang sekolah kita ke rumah sakit” ucap Arlan.
“Ngapain!? Luka gini doang gausah aneh aneh deh” dengus Vellice.
“Ck! Kalo gitu ke apotek! Sekalian beli obat obatan. Kamu tu bisa bisanya punya rumah sebesar itu tapi ga ada obat obatan sama sekali!” seru Arlan.
“Rumah rumah gue juga ngapain protes :( “ sahut Vellice sinis.
“Siniin tangannya” ucap Arlan, ia menengadahkan tangannya. Vellice langsung menaruh tangannya diatasnya.
“Ga sakit emang Vel” ucap Lara sambil meringis menatap luka luka Vellice.
“Sakit lah!” seru Vellice sambil melempar roti yang ada di depannya.
“Ih kok dilempar lempar sihhh? Kasihan adek adeknya beliin kita bawa dari lantai satu mana kantin pojokan” ucap Shelly. Ia tadi masih sempat sempatnya menyuruh seorang siswa yang berpaspasan dengan mereka di tangga.
“Kebiasaan!” seru Arlan, tangannya menekan luka Vellice. Kebiasaan mereka yang sangat tidak disukai Arlan.
“Aw! Aw! Arlan!” seru Vellice kesal.
Arlan mendengus kesal, tapi ia tetap mengikat rapi perban di tangan Vellice.
“Lan!” seru Atta dari ambang pintu kelas.
“Lo ngapain disini!? Anna telat bego! Katanya lo mau jemput dia?” seru Atta.
“Oiya!” seru Arlan, ia reflek berdiri.
“Aww! Aaw! Asshhh” seru Vellice kesakitan. Kakinya langsung menghantam kaki meja. Apalagi kena bagian yang luka.
“Cengeng!” dengus Arlan kesal, ia langsung pergi keluar kelas.
“Arlan bego!” seru Shelly, ia melempar bungkus roti yang mengenai tepat mengenai kepala Arlan.
***
“Anna di mana sekarang?” tanya Arlan. Kakinya dengan cepat menuruni anak tangga.
“Di lapangan lagi lari. Tadi kayaknya udah 3 puteran pas gue lewat. Mukanya udah pucet banget lagi’ sahut Atta.
“Mana gue nyariin lo kesana sini ga ketemu” lanjut Atta.
“SI bego! Liat orang sakit bukannya bawa ke UKS malah nyariin gue” sahut Atta.
“Kan kata lo kita gaboleh nyentuh Anna sedikitpun. Katanya Cuma lo yang boleh nyentuh Anna?” sahut Atta.
“Kapan gue bilang gitu?” tanya Arlan.
“Selasa minggu lalu habis rapat OSIS” sahut Atta.
“Rapat yang bahas halaman belakang sekolah itu?” tanya Arlan.
“Iya!” sahut Atta.
“Habis rapat gue ke perpus kok” sahut Arlan.
“Emang di perpus kan. Lo lagi ngeliatin Anna yang lagi tidur. Terus habis itu begitu keluar perpus lo bilang ke kita kalo gaboleh ada yang nyentuh dia” sahut Atta.
“Apaan? Kapan? Mana mungkin gue se alay itu?” sahut Arlan.
“Gausah sok sok hilang ingatan deh” sahut Atta.
“Gue ga bohong, coba deh sana tanya Vellice. Gue di perpus sama dia bukan Anna. Yang gue liat juga Vellice bukan Anna” sahut Arlan.
“Apaan sih? Aneh” sahut Atta mengernyit bingung.
“Ntar deh lo coba tanya ke Ari sama Ashad jawaban mereka kan sama kayak gue. Lo lagi mimpi kali?” lanjut Atta.
“Aaa!” pekik seorang murid yang terkejut melihat Anna pingsan. Arlan yang baru saja menginjak lantai satu langsung berlari menuju lapangan. Arlan segera menggendong Anna menuju UKS.
Namun di pertengahan jalan Arlan tidak sengaja kesandung pada tanjankan lantai.
“Akh!” pekiknya terkejut.
“Ta, gendong lo aja” ucap Arlan yang masih berjongkok dengan menahan berat tubuh Anna.
“Hah?” sahut Atta terkejut. Namun ia dengan cepat mengambil alih Anna.
“Gue habis gendong Vellice ke lantai tiga tahu. Habis itu lo ajak lari larian turun lagi” dengus Arlan.
“Tau ujung ujungnya gue yang gendong ngapain tadi ga langsung gue bawa ke uks aja pas lagi sadar? Gue juga jadi ga ribet nyariin lo” sahut Atta kesal.
“Lo nya yang bego. Jangan nyalahin gue” sahut Arlan.
“Atta bego!” seru Ashad. Saat menoleh ke belakang Arlan melihat Ashad dan Ari yang sedang berjalan ke arah mereka. Tampilan Ashad dan Ari pun tak jauh beda dengan Atta yang penuh keringat.
“Wah! Ngapa malah jadi lo yang gendong Ta? Tahu gini kita gausah nyariin Arlan bego!” ucap Ari.
“Kalian ikutan nyari gue? Bener bener deh, punya temen gaada yang waras” sahut Arlan.
“Apaan!? Lo aja ngancem kita kalo berani nyentuh Anna sedikitpun, pertemanan kita putus” sahut Ashad.
“Kapan lagi gue bilang gitu?” sahut Arlan.
“Nah nah! Iya kan!? Arlan bilang gitu kan selasa minggu lalu?” sahut Ata meminta persetujuan dari Ari dan Ashad.
“Iya emang kan” sahut Ari.
“Apa? Ga cukup gue bilang jangan sentuh, gue ngancem juga? Masa kejadian gue yang sama Vellice mimpi sih? Kayak nyata deh” sahut Arlan.
“Lo tu yang ngehalu. Bukain!” ucap Atta. Mereka sudah sampai di depan UKS.
Ari langsung membuka pintu UKS itu.
“Ambilin minyak kayu putih” ucap Arlan pada Ashad. Arlan sendiri langsung duduk di sisi Anna.
“Perasaan kita yang nyari nyari lo, keliling sekolahan. Atta yang gendong Anna. Kenapa yang keliatan paling capek itu lo?” tanya Ari.
“Tangan gue baru kerasa kebas nya” sahut Arlan tidak menanggapi ucapan Ari. Ia mengibas ngibas kan tangannya. Walaupun seringan apapun Vellice tapi menaiki tangga hingga tiga lantai? Tentu saja seluruh badannya akan pegal.
“Dia habis gendong Vellice dari lantai 1 sampe lantai 3” sahut Atta.
“Apa!? Nenek lampir itu!?” sahut Ari sewot.
“Gausah sok sok an deh lo! Kemaren siapa yang ikut khawatirin nenek lampir itu sampe lo dorong dorong gue suruh cepetan manjat pohon” ucap Ashad sambil memukul kepala Ari dengan minyak kayu putih yang ada di tangannya.
"Vel vel adek lo pingsan!" ucap Alfa sambil menunjukkan handphonenya. Disitu sudah tersebar video rekaman ketika Anna pingsan dan digendong Arlan. Video itu menunjukkan bagaimana raut khawatir Arlan. Ketika Arlan yang berteriak menyuruh para siswa yang menghalangi jalan agar menyingkir. Juga Atta yang berlari di depannya. Namun, tidak ada Ashad dan Ari.
"Ga capek tu anak habis gendong gue?" ucap Vellice.
"Iya! Gila! Wahh, dia kuli atau gimana sih? Bisa punya tenaga sekuat itu" ucap Angel.