Hari Senin, 22 Ucheryc 1468, penduduk Roshan meninggalkan akhir pekan yang menyenangkan dan kembali memikirkan pekerjaan mereka.
Semua siswa akademi kembali pada aktivitas pelajaran mereka, kembali berurusan dengan akademi. Tidak sedikit orang yang menggunakan sihir untuk membentuk mental mereka.
Kebanyakan orang yang membenci Hari Senin karena mereka harus menyiapkan tubuh dan otak mereka untuk beraktivitas kembali. Selain itu, kebebasan mereka di akhir pekan langsung dirampas begitu hari Senin tiba.
Kelas I Saintek A, murid akademi kembali mengerjakan beberapa halaman sebelum Pak Boris datang, mempelajari sekilas agar paham lebih lanjut.
Untuk saat ini, Aurora tidak mengikuti pelajaran karena dia terkena demam ketika hari Senin tiba. Hanya kursi kosong yang terdapat di sampingku, bersebelahan dengan Evelyn juga.
"Hei! Rivandy! Rivandy!"
"Ada apa? Sepertinya, kamu malah bersemangat pada hari ini."
"Apa yang terjadi pada Aurora, desu? Kenapa dia tidak bersamamu, desu?"
"Itu ... Kau tahu. Dia sepertinya kelelahan karena terus berada di apartemenku. Jadi, aku mengistirahatkannya di dalam apartemenku. Selain itu, aku sudah memberikan surat izin kepada wali kelas."
Evelyn terdiam sejenak, sangat disayangkan karena temannya tidak datang untuk menemaninya di akademi bersamaku.
"Sayang sekali, desu. Dia tidak datang kesini, desu." Evelyn kecewa, rambut panjangnya tidak bergairah.
"Hanya kita berdua yang sedang berada di sini, belajar fisika ketika Pak Boris datang. Apakah kamu sudah membaca buku fisika sebelum pelajaran dimulai?"
Aku tidak mempermasalahkan tentang membaca buku pelajaran fisika sebelum Pak Boris menerangkan.
"Itu ... Aku lupa, desu. Buku fisikaku tidak dibawa." Evelyn memeriksa tas yang dibawa dan tidak menemukan bukunya.
Tangisan anak kecil merusak keheningan kelas, menutup telingaku dengan kedua tanganku. Sudah kuduga ini akan terjadi. Terpaksa, aku harus membantu Evelyn dari belakang.
"Jangan menangis! Ini! Buku kecil ini sudah lengkap untuk dipelajari. Aku sudah merangkumnya selama semalaman."
"Jika Pak Boris melihatmu membaca buku kecil, serahkan padaku!"
Evelyn hanya diam, tidak berkata sama sekali. Ia memilih untuk mengambil buku kecil yang diberikan. Setelah itu, Evelyn membaca tulisan kecil meskipun kesulitan.
Tak lama dengan aktivitas itu, lonceng akademi berdering, menandakan semua murid akademi harus masuk ke kelas untuk menempuh pendidikan dan mengumpulkan tugas mereka.
Pak Boris menunjukkan dirinya, masuk kelas dengan membawa beberapa buku dan tampang yang cukup menyeramkan. Namun, semua murid akademi sudah terbiasa dengan tampang itu.
"Selamat pagi, anak-anak!"
"Selamat pagi, Pak!"
"Pelajaran kali ini adalah gerakan lurus berubah beraturan, di mana gerakan itu memiliki percepatan sebagai selisih dari kecepatan dan waktu."
Semua prajurit kembali membuka bukunya, mencari informasi mengenai buku yang tertulis di dalamnya. Tidak terkecuali Evelyn yang justru menggunakan buku kecilku karena tidak sengaja meninggalkan bukunya di apartemennya.
"Sebelum pelajaran dimulai, aku akan mengabsen semua siswa di kelas ini. Jika tidak hadir, maka harus kirimkan surat untuk memberikan keterangan kepadaku agar aku tidak menganggap kalian bolos pada pelajaran ini."
Semua murid akademi menyebut nama mereka untuk memenuhi kehadiran mereka. Tidak ada kosong kecuali kursi di samping kiriku. Aku sudah memberikan surat keterangan Aurora karena mengidap demam. Ini biasa terjadi pada gadis itu.
Sekarang, pelajaran Fisika dimulai setelah absen satu persatu. Kami memulai pelajaran yang cukup menguras tenaga dan otak.
Pelajaran Fisika tidak beda jauh dari matematika. Pembawaan yang buruk seorang guru tidak bisa mengajari muridnya, memaksa murid untuk paham kardus ah memberikan pujian pada murid yang bisa mengerjakan soal fisika.
Soal Fisika tidak beda jauh dengan hitungan. Namun, mereka harus mengetahui rumus fisika terlebih dahulu dan seluk beluknya sebelum menghitung soal fisika lebih lanjut.
"Dengan kata lain pergerakan lurus ini mengalami inkonsistensi pada kecepatan setiap detiknya. Jadi, hasilnya adalah a={vt-vo)/t. Dimana vt adalah kecepatan akhir, vo adalah kecepatan awal dan t adalah waktu."
"Untuk menghitung percepatan, kecepatan akhir harus dikurangi dengan kecepatan awal lalu dibagi dengan aku yang ditentukan. Kalian pasti sudah mempelajari vektor dan besaran sebelumnya 3 pertemuan pertama dimulai dengan perkenalan dan materi."
"Selanjutnya, jika ingin menghitung jarak gerak lurus berubah beraturan, kalian harus mengetahui rumus ini. Rumus ini akan menjadi patokan kalian untuk menghitung kecepatan kuda saat berlari secara tidak konsisten."
"Aku tidak mau jika mindset kalian disamakan dengan seekor keledai. Mindset yang buruk akan mempengaruhi kehidupan kalian selanjutnya."
Meskipun galak, Pak Boris bisa mendidik muridnya, membangun mindset mengenai fisika. Istilahnya, dia bisa memberikan pemahaman untuk para muridnya. Tidak seperti seorang guru yang hanya mengajar muridnya melalui buku saja.
Para murid, termasuk Evelyn memandang rumus fisika, mata mereka lelah dan menahan kantuk dengan hebat. Tidak sedikit murid kehilangan minat tentang fisika karena mereka tidak bisa menjangkau rumus fisika dengan otak mereka.
Namun, berbeda dengan penjelasan guru itu, buku kecil yang dipegang Evelyn mampu mengurangi kantuk. Sudah ditata dengan rapi, sehingga Evelyn bisa memperluas pemahaman dari dua arah, buku kecil dan Pak Boris.
Ini sudah diantisipasi oleh siswa pangeran yang berada di sebelahnya, hanya menatap papan tulis yang cukup jauh darinya.
Evelyn tidak mengantuk lagi. Tapi, Pak Boris datang menghampiri Evelyn, memandang Evelyn yang sedang membaca buku kecil.
"Evelyn. Kenapa kamu malah membawa buku kecil? Lalu, Dimana buku catatanmu?"
"I-Itu, aku ...."
"Aku tidak yakin kau mendengarkan penjelasanku, bukan?"
"Bukan itu, desu. Aku ....."
"Evelyn ingin meminjam buku kecilku. Isinya rangkuman fisika yang sudah ditata rapi. Dia tidak puas dan sudah membacanya kemarin. Jadi, aku memberikannya."
"Kalau perlu, aku akan membagikan catatan ini kepadamu Evelyn. Apa itu sudah cukup?" Aku menoleh ke Evelyn dan Pak Boris untuk menjelaskan sesuatu.
Penjelasan itu sudah lebih dari cukup, siswa pangeran itu tidak bisa diragukan lagi.
"Baiklah! Kau boleh mempelajari dari buku kecil itu. Jangan lupa menulis catatan dan soal yang diberikan pada minggu depan."
"Baik, desu."
"Sekarang, kita beralih ke ...."
Pak Boris meninggalkan Evelyn dan kembali mengajar sambil berjalan, mengambil 2 manfaat sekaligus.
[***]
Waktu terus berlalu, lonceng akademi dibunyikan dan menandakan bahwa pelajaran pertama pada hari Senin telah berakhir.
Evelyn merasa lega karena tidak mendapatkan hukuman berupa berdiri di lorong. Setelah mendapatkan tugas dari Pak Boris, ia harus pulang ke rumah agar bisa mengerjakan fisika.
Dia membereskan alat tulisnya dan merapikan mejanya karena ia sangat menyukai kebersihan. Aku mendekati Evelyn dan mengajaknya ke kantin karena tidak ada Aurora. Jadi, dia harus ditemani agar tidak kesepian.
"Evelyn. Bagiamana? Apakah kau ingin ke kantin?"
"Tentu saja, desu. Aku ingin pergi ke sana."
Setelah Evelyn merapikan mejanya, dia bangkit dari duduk dan melangkah kedua kaki kecilnya ke arahku, seolah ajakan dari seorang siswa pangeran mampu mempengaruhi anak kecil.
Kami meninggalkan kelas setelah menempuh pelajaran fisika tadi. Rasanya tidak buruk, menambah pengetahuan yang tidak disangka.
"Oh iya. Soal buku kecil tadi, aku akan mengembalikannya, desu." Evelyn menyodorkan buku kecil itu, masih saja rapi.
Evelyn berjalan di sampingku, lega dengan pelajaran fisika yang menyulitkan, rumus fisika digabung dengan angka matematika. Tidak ada salahnya gadis sepertinya berjalan di sampingku. Tidak ada yang lain.
"Oh iya. Rivandy. Apakah kamu akan pergi ke perpustakaan, desu?"
"Mungkin tidak. Aku harus istirahat untuk sementara waktu. Aku sudah lapar."
Penampilanku menarik perhatian Evelyn, menggantikan Aurora yang mudah akrab dengan Evelyn. Evelyn juga berguna agar keempat gadis itu tidak bisa mendekatiku dalam waktu yang lama.
"Kalau pulang nanti, kita jenguk Aurora, desu. Aku tidak mau membiarkannya kesepian, desu."
"Kau benar. Dia tidur di ranjangku. Kita bisa memberikan tugas kepadanya." Rasanya menyenangkan bagi Evelyn, namun tidak ada perubahan pada wajahku.
"Lain kali, jangan pegang barang sembarangan! Minta izin padaku agar kau tidak sepertinya."
"Baik, desu. Aku enggan ceroboh lagi, desu."
Kami berjalan sambil berbicara dengan Lolita itu, menunggu waktu agar sampai di kantin.