Flashback
Lisita resah, merasa perlu melakukan sesuatu agar mengembangkan perusahaan turun temurun dari keluarganya.
Ia ingin usaha mendiang kakeknya maju di Indonesia, tak hanya di Taiwan saja. Lisita hanya punya satu puteri, tak ada anak lelaki dalam keluarganya yang bisa menyokong perusahaan kosmetiknya. Perlu suntikan dana besar bagi perusahaan agar bisa berjalan semestinya.
Ia memutar otak, mendekati suaminya yang sedang membaca koran di ruang tamu.
"Azel, kita harus berbuat sesuatu untuk perusahaan Papa, kita tak bisa duduk manis berdiam diri sementara para pekerja mogok dan demo!"
Azel hanya tersenyum melirik isterinya. Matanya kembali menekuni tulisan yang ada di koran. Isterinya tentu saja tak terima, ia merampas koran yang dibaca suaminya agar perhatian suaminya penuh.
"Kau dengar tidak, sih? Kok malah baca koran!" Lisita merasa geram dengan suaminya itu.
"Tenanglah isteriku, aku sudah siapkan rencana." Azel tersenyum manis pads isterinya.