Ayu resah. Ia tak bisa duduk tenang, jangankan untuk tidur, sekedar berdiam diri sejenak pun tak bisa. Ia meremas tangannya yang kasar dan menua, tak sabar menunggu dipanhgil ke ruang sidang, ia ingin mengungkap pada dunia bahwa ia tak bersalah.
Sejak pagi Alenia Zefannya, puteri satu-satunya sudah datang membesuknya, mengatakan padanya agar mau berterus terang pada hukum, tunjuk mana pelaku yang sebenarnya. Ia meminta ibunya untuk berani berdiri menantang dunia karena tak bersalah.
"Bu, jangan takut. Ingat, ada aku, Alenia puteri Ibu, Alenia akan jadi tameng Ibu untuk mereka yang menipu hukum, bermain dengan takdir wanita berharga seperti Ibu." Alenia berlutut di depan Ayu.
Ayu tersenyum dalam tangisnya. Ia tak menyangka bahwa puterinya bisa sekuat ini, yakin bahwa Alenia juga mengalami banyak hal yang membuatnya tumbang, tapi ia memilih bangkit meski terseok.