Bab 59

"Mana? Katanya Andrew nyuruh kita ke sini?" Tanya Karin saat sudah sampai di rumah pohon.

"Seriusan nih buktinya," kata Christ.

"Mana cobak lihat? Ya ampun Christ ini di kirimnya kemarin! Ngapain baru ngasih tahu sekarang? Percuma deh kita lari-larian ke sini!" Omel Karin.

"Rumah siapa ni oi? Tinggi bener," gumam Dita.

"Ini rumah pohon yang sering Andrew omongin sama Gue sama Christ. Naik yuk," kata Karin lalu masuk ke rumah pohon itu.

"Lah? Kacanya udah ada yang perbaikin?" Tanya Christ lalu mendekat ke arah kaca yang dulu pecah gara-gara Egi membenturkan kepalanya hingga berdarah.

"Emang kenapa sama kacanya?" Tanya Karin.

"Ada aja kejadian dulu," jawab Christ pelan.

"Gatahu aja kamu dulu aku sama Egi terlibat duel hebat. Nih lihat kan luka jahitan? Dia jedorin kepala aku ke kaca gara-gara ngancurin LED nya," jawab Christ.

"Ye kamu sih udah tahu LED itu hidup matinya si Egi masih aja. Emang kenapa kamu ngancurin LED nya Egi?" Tanya Karin.

"Aku ngancurinnya di hari ulang tahun aku," jawab Christ sinis ke arah Karin.

Senyum Karin perlahan pudar. Dirinya sangat tahu jika dirinya lah yang telah membuat Jesse dan Egi terlibat perkelahian. Karin sudah mencoba berbagai cara untuk menjelaskan kejadian yang terjadi di hari itu. Namun selalu saja Christ menolak dan tidak ingin membicarakan tentang hal itu.

"Ngapain Andrew nyuruh kita ke sini?" Tanya Dita.

"Ga tahu. Ah jadi inget kenangan lama kan," kata Christ sambil duduk di karpet beludru.

"Christ? Kamu inget kan kita pernah bikin diary dan kita taruh disini?" Tanya Karin sambil membuka semua laci.

"Hmm, terus?" Tanya Christ sambil memperhatikan Karin.

"Ga ada Christ! Coba kamu cari di sana," kata Karin. Christ dengan cepat bangkit dan membantu Karin mencari diary yang Ia maksud.

"Nyari apa?" Sebuah suara menghentikan kegiatan mereka.

"Saka kok bisa?" Tanya Karin lalu mendekat ke arah Saka.

"Gue udah bebaa," kata Saka sambil tersenyum cerah.

Nayara juga datang dan sudah ada di belakang Saka bersama Andrew. Sepulang dari les, Nayara langsung dipaksa oleh Andrew untuk datang ke rumah pohon. Awalnya hanya untuk berbincang singkat. Namun, siapa sangka akan bereuni kembali dengan teman lama.

"Lo di penjara karena apa? Kemana kalian selama ini?" Tanya Nayara.

"Nay," Karin mendekat ke arah Nayara dan memeluk erat sahabatnya itu.

"Maafin Gue udah ninggalin Lo Nay," kata Karin dengan mata yang berkaca-kaca.

Mereka ber-enam duduk melingkar di atas karpet lembut itu. Tak ada yang memulai percakapan, mereka hanya sibuk saling menatap satu sama lain. Bahkan Christ sudah mencoba berbagai cara agar kecanggungan di antara mereka hilang.

"Bentar bentar, ini kenapa pada diem semua sih? Kalian sahabatan kan? Ayo dong sapa kek nanya kabar kek," kata Dita.

"Kalau Lo gatahu apa-apa mending diem!" Kata Saka tajam.

"Lo ga usah marahin cewek Gue," kata Andrew hendak bangkit dan Christ berhasil menahannya.

"Eits Andrew inget misi Lo nyatuin kita bukannya nambah perpecahan," bisik Christ.

"Nay, apa kabar?" Tanya Saka di depan Nayara dan menunjukkan senyum manisnya.

"Apa peduli Lo sama keadaan Gue?" Tanya Nayara balik.

"C'mon Nay, Gue kan udah minta maaf ga bisa apa Lo balik lagi ke geng kita yang dulu?" Kata Saka santai.

"Emang Gue pernah pergi kemana, hmm?" Tanya Nayara yang membuat Saka merubah ekspresinya menjadi serius.

"Jangan macem-macem ya Lo sama Gue! Lo kira Lo doang yang sedih, ha?!" Teriak Saka tepat di depan wajah Nayara.

"Sak-,"

"Sssttt biarin aja," kata Christ lalu memeluk Karin.

"Faktanya kok cuma Gue yang sedih sementara kalian seneng-seneng di luar negeri!" Teriak Nayara sangat keras hingga membuat Dita terkejut.

"Wah," prok! Prok! Prok!

Entah apa yang membuat Saka tersenyum dan bertepuk tangan. Ia lalu mendekat perlahan ke Nayara hingga gadis itu menempel di tembok kayu rumah pohon itu. Saka lalu menaruh tangannya di sebelah badan Nayara, agar gadis itu tidak bisa lari.

"Lo berubah Nay. Kemana Nayara yang penurut dan polos itu, hmm?" Tanya Saka lembut.

"Udah ga ada!" Kata Nayara sambil menatap tiada henti mata Saka.

"Ahh pacar Lo si Jesse. Apa karena dia? Karena dia?!" Tanya Saka. Kini laki-laki itu mulai berani membelai wajah Nayara.

"Jauhin tangan berdosa Lo itu dari wajah Gue!" Kata Nayara sambil menepis tangan Saka.

"Tangan berdosa? Emang dosa apa yang udah Gue lakuin?"

"Lo bandar narkoba incaran polisi! Lo orang jahat yang gak punya hati! Dan Lo, adalah orang kotor yang terus lari dari penebusan dosa!" Teriak Nayara membuat Saka tersenyum miring.

"Lo kabur dari penjara kan? Dan waktu itu tanggal sepuluh agustus Lo nyopet ibu-ibu dan gak sengaja ngedorong Gue sampe jatuh ke jalan!" Teriak Nayara.

"Apa?!" Teriak semuanya barengan. Saka pun terlihat terkejut dengan ucapan Nayara.

"Ga mungkin Nay! Ga mungkin Gue ngelakuin itu ke Lo," kata Saka sambil menggelengkan kepalanya.

"Lo gak sengaja ngedorong Gue! Gue ditabrak mobil dan harus koma empat bulan! Tahun depan Gue harus ngulang sekolah cuma gara-gara kesalahan yang Lo lakuin!" Teriak Nayara lagi.

"Nay, Gue ga tahu kalau itu Lo. Gue panik dan cuma bisa lari sekencang-kencangnya supaya Gue ga di tangkap polisi," kata Saka berusaha meraih tangan Nayara.

"Maaf Nay," kata Saka lalu berlutut di hadapan Nayara.

"Kalau ada apa-apa teriak ya Nay," kata Christ lalu menuntun teman-temannya untuk keluar dari rumah pohon.

"Christ Lo gila? Kalau Nayara beneran di apa-apain gimana?" Tanya Andrew.

"Kayaknya itu masalah yang nggak bisa kita hadapi deh. Lagian si Saka pake nyebut-nyebut nama pacarnya Nayara. Dan juga Nayara bilang kecelakaan," jawab Christ.

"Nayara deket ya sama kalian dulu?" Tanya Dita.

"Banget, dia yang paling baik di geng kita. Dulu," kata Karin sambil menyisipkan senyuman di sela-sela perkataannya.

"Nay maafin Gue ya? Gue bakal lakuin apapun supaya Lo bisa maafin Gue," kata Saka.

"Gue gapapa karena Lo ga sengaja ngedorong Gue Saka. Tapi Gue kecewa sama Lo, dulu Lo ga gini," kata Nayara menahan tangisnya.

"Ga ada pilihan Nay! Gue harus berubah! Gue harus tinggalin diri Gue yang dulu untuk hidup di masa sekarang," kata Saka dengan air mata yang tak henti-hentinya mengalir.

"Yaudah, Gue juga ga punya alasan untuk maafin Lo. Jujur, Gue capek banget di tinggalin sama orang yang Gue sayang. Lo, mereka, sahabat Gue yang sekarang, kakak-kakak Gue," kata Nayara sambil menghela napasnya.

"Asal Lo tahu, Gue udah sendirian di dunia ini. Bahkan pacar Gue yang Lo sebut tadi si Jesse. Udah mulai ga peduli sama Gue," kata Nayara.

"Siapa bilang Lo sendiri Nay? Kan ada Gue, bodyguard Lo," kata William yang sejak kapan sudah ada di depan pintu. Berdiri bersandar dengan kedua tangan yang Ia lipat di depan dada bidangnya.

"William? Kok Lo tahu Gue ada di sini?" Tanya Nayara.

"Firasat. Ayo ke sekolah ada perlu Gue sama Lo," kata William lalu mendorong tubuh Nayara agar keluar dari rumah pohon itu.

"Lo siapanya Nayara?" Tanya Saka lalu menghentikan William.

"Lo budek atau gimana sih? Ga denger tadi Gue bilang apa?" Kata William. William lalu berbalik dan menghadap Saka.

"Kenalin Gue William Ackerley, calon pewaris perusahaan Ackerley. Tapi disini Gue berstatus sebagai bodyguard pribadi Nayara Kanendra. Yakan Nay?" Kaga William.

"Apaan sih Lo Will? Jangan ganggu Gue!" Perintah Nayara.

"Untuk sekarang ga bisa Nay. Ikut Gue ke sekolah, harus!" Kata William lalu segera menarik tangan Nayara.

"Andrew? Christ?" Pekik Nayara saat melihat kedua lelaki itu babak belur.

"Nanti minta aja nomer Gue ke Jesse. Nanti Gue ganti rugi," kata William.

"Tante pinjem Nayara mau diajak ke sekolah," kata William dan berlalu dari hadapan Sherina.

"Iya Will hati-hati," jawab Sherina bahagia.

"Naya sama William cocok banget! Dududududu," gumam Sherina lu melanjutkan kegiatannya.

"William ngapain sih Lo?" Tanya Nayara saat mereka sudah sampai di mobil William.

"Maaf Nay, Gue cuma ga mau Lo balik lagi ke masa lalu Lo," kata William.

"Tahu apa emangnya Lo sama masa lalu Gue? Ngapain Lo ngurusin, ha?" Teriak Nayara dan mulai menitikkan air matanya.

"Sial ngapain nangis sih?" Kata Nayara sambil menyeka air matanya.

Wiliam tersenyum lalu menyerahkan sekotak tisu untuk Nayara. "Gapapa Nay nangis aja, bakal Gue rahasiain kok."

"Gue tadi lagi berusaha nyelesaiin masalah tapi Lo ganggu! Lo yang udah bikin satu-satunya kesempatan yang ada jadi gak berguna!" Kata Nayara.

"Nyelesaiin apanya pake nangis-nangis kaya gitu? Yang ada Lo sama si siapa tadi namanya?"

"Saka!"

"Iya Saka! Yang ada Lo sama Saka malah main teater lagi kan ga asik Nay ga ada yang nonton," kata William sambil tertawa pelan.

"Jangan ketawa ga lucu!" Pekik Nayara.

"Iya maaf. Buruan selesaiin nangisnya, udah mau nyampe sekolah nih. Atau perlu Gue muter sekali lagi?" Tanya William.

"Ngapain kita ke sekolah?" Tanya Nayara saat sadar jika William benar-benar mengarahkan mobilnya ke area sekolah.

"Cepet Nay balik atau langsung?" Tanya William buru-buru.

"Sekali lagi," jawab Nayara. Dengan cepat William memutar mobilnya dan mengulang sekali lagi rute perjalannya.

"Ngapain kita ke sekolah Will?" Tanya Nayara.

"Terus kemana dong selain ke sekolah? Emang Lo mau jalan sama Gue?" Tanya William.

Kruyukk~ terdengar suara dari perut Nayara. Nayara langsung menahan perutnya agar tidak berbunyi lagi.

"Kita drive thru makan di sekolah," kata William.