Boston shymphony hall, 2018
(POV - Jonathan)
ruang megah yang berdiri di Massachusetts Avenue , Boston sejak 1900 akan menjadi saksi lahirnya seorang violinist muda berbakat pada tahun ini.
ruang yang mampu menampung dua ribu lebih pengunjung ini menjadi lambang historis sejak 1999 juga merupakan aula konser top 3 di dunia. siapapun pemain musik yang menginjakkan kaki di sini pastilah adalah nama - nama besar saja. Dan hanya nama Beethoven saja yang tertulis di atas panggung.
Aula relatif panjang, sempit, dan tinggi, dalam bentuk "kotak sepatu" persegi panjang seperti Concertgebouw Amsterdam dan Musikverein Wina. Tingginya 18,6 m, lebar 22,9 m, dan panjang 38,1 m dari dinding belakang bawah ke depan panggung. Dinding panggung miring ke dalam untuk membantu memfokuskan suara. Kecuali lantai kayunya, Aula ini dibangun dari batu bata, baja, dan plester, dengan dekorasi sederhana. Balkon samping sangat dangkal untuk menghindari suara jebakan atau peredam, dan langit-langit bertepi serta ceruk yang dipenuhi patung di sepanjang tiga sisi membantu memberikan akustik yang sangat baik pada setiap kursi. Konduktor Herbert von Karajan, dalam membandingkannya dengan Musikverein, menyatakan bahwa "untuk banyak musik, bahkan lebih baik ... karena waktu gema yang sedikit lebih rendah."
Organ Symphony Hall, Aeolian-Skinner dengan pipa 4.800 pipa (Opus 1134) dirancang oleh G. Donald Harrison, dipasang pada tahun 1949, dan ditandatangani oleh Albert Schweitzer. Ini menggantikan organ pertama aula, yang dibangun pada tahun 1900 oleh George S. Hutchings dari Boston, yang dikunci secara elektrik, dengan 62 jajaran dari hampir 4.000 pipa dipasang di sebuah ruangan sedalam 12 kaki (3,7 m) dan tinggi 40 kaki (12 m). Organ Hutchings telah ketinggalan zaman pada tahun 1940-an ketika nada yang lebih terang dan lebih jelas menjadi pilihan. E. Power Biggs, sering menjadi pemain organ utama untuk orkestra, melobi keras untuk suara bass yang lebih tipis dan treble beraksen.
tentunya semua informasi itu didapatnya dari wikipedia. mana mungkin lelaki sepertinya mampu datang kesini, ini adalah pertama kalinya ia bepergian keluar negeri dan menginjakkan kaki di aula musik sebesar ini. tak pernah terbayang olehnya sedikitpun.
Ruangan yang begitu megah ini akan menjadi saksi debutnya seorang pemain biola dari Indonesia berusia 24 tahun. sejenak ia menutup mata, sekelebat bayangan muncul di ingatannya.
Tangan indah dan halus, tersemat sebuah cincin di jari manisnya, senyuman yang cantik. semua berubah sekejap penuh dengan darah. ia memegang kepalanya. ia berkata dalam hatinya tidak, tidak sekarang.
Ia duduk di tepi kasur, di hotel yang telah disediakan oleh panitia. hotel terbaik di Boston. kasur yang empuk, fasilitas bintang lima. ia lalu merebahkan badannya yang hanya dibalut bathrob putih. pikirannya melayang disapu memori samar - samar.
terbayang wajah cantik seorang perempuan, sedang berlari sambil menarik tangannya di tengah - tengah hamparan ilalang. sinar matahari senja menyinari wajahnya, rambutnya bergerak indah terbawa angin, riak gaunnya yang berwarna kuning terlihat begitu sempurna.
perempuan itu berhenti dan memandang wajah si lelaki dengan hangat, bola mata coklat indah itu memancarkan hasrat dan cinta yang mendalam secara bersamaan.
ia lalu mendekat dan membisikkan sesuatu.
tiba - tiba si lelaki terbangun dari kilasan balik memorinya karena sebuah telepon.
"halo" terdengar sebuah suara di seberang sana
"halo"
"Ini, Ayah nak" suara pria tua itu memecah sunyinya kamar
"iya"
"kau sudah sampai? ayah berharap kamu sukses"
si lelaki tak tahu harus menjawab apa, kamar itu menjadi lebih sunyi dari kuburan, lebih seram dari rumah hantu dan terasa sangat suram. suara jam meja terdengar seperti alunan ketukan dinamis dari sebuah musik. ia melihat ke arah meja. Jam 11.00, saatnya ia bersiap untuk jamuan makan siang dengan para pemain orkestra lainnya dan melaksanakan rehearsal setelahnya. Ia segera memakai kaus dalam dan sweater tebal, di sini sedang salju dan sangat dingin.
"welcome ,sir Jonathan"
seorang pria menyapaku
"thank you Mr. Dunn"
"did you enjoyed your room?"
"yes, it's really good. I never sleep at suit before"
"of course we give the best service for our special guest. follow me please"
aku berjalan mengikuti Mr. Dunn, ia adalah salah satu panitia event konser kali ini. ia sudah sangat berpengalaman dalam meng escort tamu. bahasa dan gesture serta sikap badannya seolah sudah terbiasa dengan hal seperti ini. sedangkan aku, lelaki biasa yang tak pernah dididik soal manner ataupun tata bahasa formal serta menghadiri acara formal dan mewah seperti ini sangat kaku. aku menghindari berbicara terlalu banyak, aku takut salah bicara.
kesempatan ini datang hanya sekali seumur hidup, take it or leave it. sukses sepanjang hidup atau malu seumur hidup.
aku duduk di sebelah pianis perempuan bernama Jane. Jane berambut pirang dan bermata biru. ia sudah mencerminkan kaum darah biru di dunia nyata, ia memakai pakaian kasual namun terlihat sangat elegan. tidak seperti aku yang auranya terasa tetap kumal meski dibalut pakaian bagus dari sponsor.
bagi Jane ini adalah ketiga kalinya ia tampil di Boston shymphony hall.
aku duduk menggantung dipinggir, seolah kursi itu tak pantas aku duduki.
"Jonathan, are you all right?" Jane menyapa
"yes, thank you"
ia lalu tersenyum
"you now, everyone always has a first time. so instead nervous or worry about it, try to relax and enjoy it" ia lalu mengedipkan mata padaku
aku mencoba memperbaiki posisi duduk hingga lebih nyaman. kami memulai santapan siang setelah konduktor datang.
konduktor kali ini adalah Ken David Masur, semua orang sangat mengenalnya. seorang konduktor berdarah jerman jepang yang lahir di amerika, putra salah seorang konduktor terkenal Kurt Masur. beliau juga seorang pianis dan soprano. ia juga aktif di paduan suara sejak kecil. menjadi asisten konduktor dan berbagai sejarah panjang yang ia lalui hingga saat ini. aku hanya pernah bertemu dengannya beberapa kali lewat zoom meeting. ia orang yang disiplin dan sangat bertalenta tentunya, tak mungkin aku anak bawang bisa sebanding dengannya. wibawa ketika bertemu langsung benar - benar berbeda.
makan siang berakhir jam 1, kami langsung menaiki mobil menuju hall, dan bersiap berlatih. ada sekitar 30 personel, mulai dari pianis, violinist, pemain cello, flute dan lainnya. kami akan menampilkan tchaikovsky flower waltz, dan penampilan spesial ku didampingi Jane dan Konduktor Ken David Masur, Paganini Caprice 24. aku tahu ini adalah pilihan sulit, tapi ini adalah tantangan yang harus aku ambil. jika tidak semua yang telah kulalui selama ini akan sia - sia. Tunggulah aku pasti akan kembali dan menjemputmu. aku mengusap cincin di jariku.