Xiao Zhan

10 tahun telah berlalu pasca perang besar yang terjadi antara aliran hitam dan putih-netral.

Kabar tentang menghilangnya kedua jagoan terbaik Wang dan Song itu pun perlahan mulai di lupakan. Mereka semua menganggap jika keduanya sudah mati, terlebih lagi saat salah satu Rogue Kultivator menemuka bekas pertarungan antara keduanya yang di perkuat dengan gagang pedang milik Song yang telah di temukan hancur.

Para sekte besar yang ikut adil dalam peperangan tersebut lebih memilih menutup diri, guna mengembalikan kekuatan yang sempat menghilang.

Tanpa semua orang sadari selama bertahun-tahun, banyak yang terjadi di seluruh Benua Teratai Merah.

Terutama yang terjadi di dunia kultivator yang selalu menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan penduduk Benua Teratai Merah.

****

Di sebuah kota kecil, seorang bocah laki-laki berpakaian lusuh terlihat tengah berlari, seolah dirinya sedang di kejar sesuatu.

Dan benar saja, tidak jauh di belakangnya seorang pria paru baya berpakaian serba hitam sedang berlari mengejar bocah laki-laki tersebut.

"Tunggu kau pencuri kecil, jangan lari!!" teriaknya dengan nafas yang sedikit terengah-engah.

Langkah kakinya yang kecil serta tubuhnya yang kurus dapat dengan mudah menerobos kerumunan orang yang sedang berlalu lalang.

Sesekali ia melihat kearah belakang, memastikan jika seseorang yang mengejarnya sudah menyerah untuk menangkap dirinya.

Sesaat ia berhenti dan menghela nafas panjang, "Huft, hampir saja aku tertangkap." ucapnya pelan. Ia kembali melangkahkan kakinya pelan dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.

Bocah laki-laki itu terlihat gembira saat dirinya berhasil mencuri sesuatu yang kini berada di balik baju lusuh tersebut.

Namun kebahagiaan itu sirna saat sebuah suara tiba-tiba memenuhi indra pendengarannya. "Xiao Zhan, apa kau mencuri lagi?" tanya sebuah suara yang seketika menghentikan langkah kakinya.

Bocah laki-laki yang di ketahui bernama Xiao Zhan itu dengan cepat menengok kearah sumber suara, "Paman Ho..." ucapnya pelan.

Pria sepuh itu berjalan melangkah menuju Xiao Zhan yang masih terdiam di tempat, sesekali ia terlihat menghela nafas berat.

"Bukankah sudah ku katakan untuk tidak mencuri lagi?"

Saat sudah berada di hadapan Xiao Zhan, pria sepuh tersebut berkata dengan nada lembut. Ia kemudian mengelus atas kepala Xiao Zhan dengan penuh kasih sayang.

"Jika kau menginginkan sesuatu, kau seharusnya tahu untuk menemui paman dimana?" lanjutnya lagi.

Pria sepuh bermarga Ho itu tersenyum tipis, dia jadi teringat tentang pertemuan pertamanya dengan Xiao Zhan. Saat itu dirinya tengah berlatih di sebuah lembah yang letaknya jauh di dalam hutan belantara.

Ketika itu ia sangat terkejut saat ada seseorang yang berada di sana selain dirinya.

Dengan sekujur tubuh yang di penuhi luka, Xiao Zhan berjalan sempoyongan menghampirinya sambil mengisyaratkan jika dirinya sedang membutuhkan pertolongan.

Dengan cepat ia menghampirinya, dan bertepatan dengan itu Xiao Zhan kehilangan kesadarannya.

Awalnya dirinya berfikir jika Xiao Zhan adalah seorang kultivator karena berhasil mencapai lembah tempat dia biasa berlatih dan menghabiskan banyak waktu. Namun siapa sangka jika bocah laki-laki yang usianya kurang dari 10 tahun itu tidak memiliki sedikitpun aliran Qi di dalam tubuhnya.

Jelas hal tersebut membuatnya terkejut, bagaimana bisa seorang manusia biasa berhasil mencapai lembah itu dengan keadaan masih bernyawa.

Dirinya cukup yakin, jika hanya ada 1 kota kecil yang paling dekat dengan lembah yang di kenal sebagai Lembah Kehancuran itu.

Dan dia tahu betul jika di kota tersebut hanya ada beberapa kultivator yang masih berada di tingkat awal.

Mereka semua akan berpikir 100x untuk mendekati Lebah Kehancuran yang terkenal akan kengeriannya.

Tidak hanya di penuhi dengan Siluman yang berusia ratusan tahun, Lembah Kehancuran juga terkenal akan sebuah rumor yang beredar tentang dinding ilusi tingkat tingginya. Siapapun orang yang memasuki lembah tersebut, niscaya dia tidak akan kembali dalam keadaan hidup.

Jikapun dia berhasil kembali, pastinya akan kehilangan kewarasannya.

Setalah cukup lama terdiam, pria sepuh itu mulai menyembuhkan luka-luka yang di derita oleh Xiao Zhan.

Pria sepuh itu kemudian mengalirkan Qi murni miliknya, untuk menyetabilkan kondisi Xiao Zhan yang sedang dalam keadaan kritis.

Hanya dalam beberapa tarikan nafas akhirnya Xiao Zhan berhasil melewati masa kritisnya.

"Aku tidak mengetahui apa yang baru saja di lewatkan oleh bocah malang ini, tapi yang pasti semua itu tidak mudah" gumamnya pelan.

Sambil menunggu Xiao Zhan kembali sadarkan diri, ia kembali melanjutkan latihannya yang sempat tertunda.

Tanpa terasa hari sudah menjelang malam, saat pria sepuh itu ingin mengangkat tubuh kurus Xiao Zhan tiba-tiba bocah laki-laki berpakaian lusuh itu membuka kedua matanya.

Karena panik, sontak saja hal tersebut membuat Xiao Zhan meronta hingga membuatnya terjatuh dan terguling ketanah beberapa kali.

"Nak, jangan terlalu banyak bergerak. Keadaanmu masih belum terlalu pulih" ucapnya lembut.

"Aa...air..." kata Xiao Zhan lemah.

Mendengar perkataan polos yang keluar dari bibir mungil bocah laki-laki tersebut entah kenapa membuat pria sepuh itu tersenyum hangat.

Dengan sekali kibasan tangan, sebuah botol air tiba-tiba sudah berada di dalam genggamannya. Jelas hal tersebut membuat kedua bola mata Xiao Zhan melebar dengan sempurna.

Ingin sekali Xiao Zhan bertanya, bagaimana cara dirinya melakukan hal itu.

"Kau tidak perlu memikirkan hal-hal yang aneh." ucap pria sepuh itu sambil tersenyum geli.

Xiao Zhan mengangguk pelan tanda mengerti, setelah meminum air yang di berikan, Xiao Zhan kembali tertidur.

Pria sepuh berambut merah itu menghela nafas berat, sebelum kemudian ia menggendong tubuh kurus Xiao Zhan dan membawanya ke suatu tempat.

***

Tiga hari telah berlalu saat pertama kali Xiao Zhan bertemu dengan pria sepuh yang di perkirakan usianya 40 tahun.

Selama itu pula, hari-harinya hanya di habiskan di atas tempat tidur, karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan.

Tubuhnya terasa sakit saat dia mencoba untuk menggerakkannya, dan hal itulah yang membuat Xiao Zhan bergantung kepada seseorang yang telah menyelamatkan nyawanya.

Pernah sekali Xiao Zhan bertanya tentang siapa nama pria sepuh yang sudah berbaik hati mau menolong dan merawatnya itu.

Namun pria sepuh itu hanya tersenyum dan mengatakan jika dirinya memiliki banyak nama.

Karena mendapat jawaban yang tidak pasti, akhirnya Xiao Zhan memanggilnya dengan sebutan Paman Ho Yun, yang artinya baik hati dan penuh kasih sayang.

Dan sejak saat itu keduanya semakin akrab, Xiao Zhan tidak segan menceritakan tentang latar belakangnya yang hanya seorang anak jalanan.

Awalnya Xiao Zhan tinggal di sebuah panti asuhan, namun kini panti asuhan yang membesarkannya itu sudah menghilang yang mengakibatkan anak-anak yang semula ada di dalamnya terlantar di jalanan.

Salah satunya adalah Xiao Zhan, demi bertahan hidup ia rela mencuri makanan dari kedai-kedai yang berjejeran di sepanjang jalan.

Walaupun Xiao Zhan mengetahui tindakan tersebut tidak benar, akan tetapi dirinya tidak mempunya pilihan lain.

Pernah sekali ia mencoba untuk bekerja menjadi kuli panggul di pasar, namun nyatanya hal itu sangat sulit di lakukan karena hampir semua orang tidak mempercayai jika dirinya mampu membawa beban yang beratnya mencapai 2 atau 3 kali lebih berat dari dirinya.

"Lalu, bagaimana kau bisa sampai di Lembah Kehancuran?" Tanya paman Ho.

"Aa..aku mencoba kabur dari seseorang yang mengejar ku."

Xiao Zhan kemudian menceritakan jika salah satu pemilik kedai terus mengejarnya saat mengetahui dagangan miliknya telah di curi oleh dirinya. Xiao Zhan yang tidak mengetahui harus bersembunyi dimana memutuskan untuk terus berlari menerobos hutan belantara dan semak belukar.

Xiao Zhan tidak mengetahui pasti sudah berapa lama dirinya berlari.

Yang ia ingat, langkah kakinya terhenti saat dirinya berpapasan dengan hewan buas berbentuk Ular namun memiliki tanduk kecil di atas kepalanya.

Xiao Zhan yang menyadari jika dirinya sedang dalam incaran hewan tersebut kembali berlari tanpa memperdulikan tubuhnya yang mulai melemah.

Sampai akhirnya tubuh Xiao Zhang terjatuh karena tidak kuasa menahan rasa lelah dan letih.

Pandangannya mulai kabur, sebelum kemudian Xiao Zhan tak sadarkan diri.