"Anak perempuan yang mencari kebebasan"

Tepatnya ditahun 2011 untuk kali pertama merasakan jauh dari kedua orangtua, pergi melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di kota terbesar nomor 3 di Indonesia.

"Anak yang baru saja tamat SMP pada saat itu, dengan umur belasan tahun sudah ingin merasakan kebebasan, jauh dari kedua orangtua walaupun untuk bersekolah.

Yaa, aku fikir itu adalah hal yang lumrah yang biasa dirasakan oleh anak seusia itu pada umumnya.

Entah kenapa pada saat itu yang ada dipikiranku hanya ingin jauh dari papa, bukan berarti aku tidak sayang kepada papa.

Hanya saja selama ini papa terlalu keras mendidikku, mungkin itulah yang membuatku selaiu ingin jauh dari papa.

Mungkin untuk sebagian anak perempuan "Ayah" adalah Cinta pertamanya, tapi tidak berlaku untuk aku dan kakakku, kedua anak perempuannya.

Setelah selesai tugas papa mengantarkan aku dan kakak, papa pun kembali pulang.

Dalam hati "Yeay, akhirnya aku bisa bebas. Bebas melakukan apa saja yang kumau tanpa diketahui orangtuaku.

Mengingat jarak aku dan keluargaku memang terbilang jauh dan harus melewati beberapa pulau, aku memilih untuk bersekolah di Medan dan keluargaku di Kalimantan Barat"

Seiring waktu berjalan, lebih kurang satu tahun aku sudah mulai mendapatkan banyak teman dan circle yang menurutku pada waktu itu bisa dikatakan sudah terlalu offside untuk anak seusia kami, karna hampir rata rata mereka pengguna narkoba.

Terlepas dari itu, aku tidak begitu peduli dengan apa yang mereka lakukan.

Karna prinsip yang kutanamkan sejak dulu ketika berteman, tidak pernah membuat batasan batasan tertentu. Siapapun bisa menjadi temanku asal dia tidak pernah melakukan kejahatan/tindakan kriminal dalam bentuk apapun terhadapku, 'dia tetap ku anggap teman'.

Besyukur, pada saat itu disekolahku sedang mencari Atlet Pencak Silat karna kekurangan Atlet.

Berhubung sejak SMP hobby ku memang berkelahi dengan teman laki-laki disekolah, dan suka beladiri, aku pun mendaftar dan mengikuti latihan sejak 2012, setiap sore pukul 15:00 WIB sampai 18:00 WIB.

Baru hitungan bulan latihan, aku sudah disuruh mempersiapkan diri untuk mengikuti kejuaraan.

Dengan sangat bersemangat aku pun terus mempersiapkan diri agar bisa menjadi juara ketika pertandingan itu.

Ya, usaha disertai do'a dan tentunya latihan yang sungguh-sungguh aku pun mendapatkan juara 1 pada kejuraan pertama itu.

Sejak saat itu, aku mulai sering mengikuti kejuaraan Pencak Silat dari tingkat Kabupaten, Provinsi, bahkan Nasional.

Dari prestasi yang kudapat pada saat itu aku mulai banyak dikenal dan sudah mendapatkan penghasilan sendiri dan dari keringatku sendiri.

Hehe, ternyata begini asiknya Hobby yang menghasilkan uang.

Setahun, dua tahun, tiga tahun, selesailah sekolahku. Dan aku masih tetap melanjutkan pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Medan.

Kuliah, masuk di berbagai organisasi Ekternal dan Internal kampus dan Hobby masih tetap berjalan.

Hufft, benar-benar sangat produktif aktivitas sehari hariku pada saat itu.

Entah kenapa pada saat itu aku memutuskan untuk mengakhiri semuanya, setelah aktivitas-aktivitasku perlahan mulai kutinggalkan. Aku mencoba untuk tidak mau terikat terhadap apapun, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan aturan-aturan, ataupun kultur dan budaya yang sudah melekat dalam suatu wadah ataupun tempat, yang menurutku terkadang tidak rasional.

Persetan dengan semua aturan-aturan itu!

Aku hanya ingin menjadi manusia yang Bebas dan Merdeka. "Selagi yang kuperbuat tidak merugikan orang, dan tidak melanggar norma-norma yang berlaku"

Yaa, aku hanya ingin menjadi diriku sendiri, senyaman mungkin dan dengan versiku sendiri, tanpa harus memusingkan stigma masyarakat tentang apapun yang kulakukan, stigma negativ masyarakat yang kadang membuatku dilema salah satunya karna aku adalah seorang "Pengkretek"

"Jangan Pernah Jadi Hakim Atas Orang Lain,

Jangan Ambil Alih Tugas Tuhan. Karena, kita semua adalah Terdakwa"